Jalanan pagi ini terlihat padat, untung saja Algav menjemput Ara dengan motor gedenya. Sesudah meminta izin dari orang tua Ara, Algav membawa Ara ke kediamannya karena maminya terus saja meminta Algav untuk membawa calon menantunya kemari.
Algav mengulas senyum, menunduk mengamati tangan putih milik Ara yang masih melingkar di perutnya. Membuka kaca helm, jari Algav terjulur untuk mengusap pergelangan tangan Ara."Udah sampai."
Sedikit menoleh ke belakang mencoba melihat Ara yang masih menyender di punggung kokoknya. "Gak mau turun?"
"Bentar." suara Ara terendam di bahu Algav.
"Kamu tidur di jalan?" tanya Algav sambil melepas helmnya.
Ara melepas pelukannya, turun dari motor dengan bantuan Algav. "Engga tidur, cuma ngantuk."
"Sini aku rapiin." Ara menurut membiarkan Algav memperbaiki tatanan rambutnya yang terurai.
"Mami mana?" tanya Ara memandang rumah besar Algav yang terlihat sepi.
Algav berjalan dengan tangan yang masih bertautan erat. Ara mengamati setiap sudut rumah Algav yang terlihat elegan.
"Calon mantu, mami."
Syra datang, memeluk serta mencium kedua pipi milik Ara. Bibirnya merekah, begitu senangnya Syra melihat Ara. "Mami buat kue, special untuk calon mantu, Mami."
Ara terkekeh seraya mengikuti langkah Syra. "Wah, enak kayaknya, Mi." Algav yang ditinggalkan pun memilih pergi.
"Pasti dong."
"Ada puding juga?" pekik Ara senang.
Mengulas senyum, Syra mendekat dengan sebuah piring dan pisau yang khusus untuk memotong puding. "Sengaja mami buat, kata Algav kamu suka makan puding."
"Iya, Mi. Suka banget."
Ara menerima piring berisi puding dari Syra, "Terima kasih, Mi."
Mengambil duduk di meja makan, Ara menikmati puding dengan binar merasakan manisnya. Syra tertawa melihat raut wajah gadis disampingnya itu.
"Nih, coba juga kuenya. Sesuai kesukaan Ara juga, kue brownies penuh coklat lumer."
"Humm...suka banget, Mami." Ara sampai menutup mata merasakan coklat yang lumer dimulutnya.
"Nanti, bawa pulang." Ara dan Syra tertawa.
"Kenapa ketawa?" Ara tersentak kaget karena suara Algav yang setengah berbisik tepat di telinganya.
"Ish, kaget."
Algav tak menaggapi. Memilih mengulurkan tangan tanpa berpindah dari belakang Ara, menyendokkan puding ke dalam mulutnya. Lalu mengangguk. Ara hanya memperhatikan tangan Algav yang terjulur dari belakang seolah mengukungnya.
"Manis banget." komentar Algav.
Syra mendengkus kecil. "Karena ada Ara kalo gak ada Ara mana mau mami buat, pasti gak ada yang makan. Kamu sama papi mana mau."
"Padahal enak loh, manis manis. Kamu gak coba ini?" tanya Ara menunjuk kue dengan coklat lumer hingga ke piring.
Algar mengerutkan dahi, lalu menggeleng. Mengambil duduk di sebelah Ara. Ara terkekeh, mengambil sesendok kue dan menyodorkan ke lelaki itu. "Coba sedikit."
"Manis banget itu, gak mau." Algav membuang muka ke samping.
Akhirnya Ara mengarahkan sendoknya ke dalam mulutnya sendiri. "Hm...yummy."
"Loh, mami mana?" Ara menyadari jika mami tak ada di hadapannya.
"Angkat telfon." Ara mengangguk.
"Ke atas yuk." ajak Algav sembari mengelus sudut bibir Ara yang terkena coklat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen Fiction🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...