INEFFABLE - 15 Kebenaran yang terutarakan

3.6K 331 45
                                    

"Oya?!"

Ara memiringkan kepalanya ke samping sembari molotot kecil ke arah Iel yang menatapnya yakin

"Iya, percaya abang deh." bisik Iel mendekat telingan sang adik.

"Abang yakin? Nanti abang salah liat." ucap Afa ikut berbisik.

"Ck, abang no tipu-tipu ini." Iel menatap serius abangnya.

Ara menegakkan kepalanya kembali memandang Aarav yang sedang makan dengan hikmat tanpa merasa ke ganggu. Keningnya sedikit mengkerut kala mengingat percakapan dengan abangnya.

"Besok-" Ara menoleh.

"-kita selidiki." Iel mengedipkan sebelah matanya. Ara melongo sambil mengangguk kecil.

Tring

Dentingan sendok pada piring membuat sejoli kakak beradik itu berjingkat. Direnc berkilat tajam pada Iel. "Makan!"

INEFFABLE

Ara menyembulkan sedikit kepalanya dengan tubuh menempel di dinding. Matanya menyipit guna memperjelas objek di dalam ruangan tersebut. Keningnya berkerut mendapati senyuman pada sesosok yang ia amati.

"Abang senyum." bisik Ara mendongak.

Sebuah smirk tercipta di bibir Iel. "Tuh kan, apa yang abang bilang." balas Iel berbisik.

"Tapi adek gak yakin." keningnya berkerut.

"Kenapa gak yakin sih dek, udah jelas jelas loh." bisik Iel tertahan.

"Ish, ya gatau adek susah percaya nya." Ara mengerucutkan bibirnya.

"Kemarin jelas banget abang liat bang Aarav ngegandeng cewek bahenol." papar Iel menunduk melihat raut bingung Ara.

"Cewek Bahenol?"

"Iya dek, gak nyangka bang Aarav suka cewek. Apalagi modelan kek gitu sekali jaring dapet kerang mutiara." Iel terkikik diatas Ara yang berekpresi aneh.

Ekhm

"Eh?"

"Ngapain?" Kedua bersaudara tersebut segera menegakkan tubuhnya.

"I-ini--- nyari nyamuk? Iya! Nyamuk, haha...." Iel menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ngapain?" tatapan datar dan suara yang dingin membuat hawa semakin mencekam.

"Abang ma-"

Haacim

Ara menggosok hidungnya merasa gatal. Disisi lain Iel menghela nafas lega saat abang sulungnya memilih menghampiri Ara daripada menanyainya lebih lanjut.

Aarav menahan pergelangan tangan adik perempuannya yang masih sibuk menggosok hidungnya yang memerah. "Lain kali cari teman main yang sehat, apalagi sampai bawa kuman." Aarav berlalu menggandeng Ara dengan tatapan sinis mengarah pada Iel yang menyentuh dada dramatis.

"Kuman?!" Iel mengusap dadanya.

"Dikira gue ga mandi tiga kali sehari apa? Ya walaupun kadang cuma satu kali sehari sih." Iel terkikik geli dengan ucapannya sendiri.

Disisi lain, Ara hanya diam memandang abang tertuanya yang sibuk membersihkan kedua telapak tangan Ara dengan tisu basah beraroma bayi yang selalu disediakan oleh Lia di kamar putrinya.

"Jaga kebersihan itu penting, dek. Abang bakal kasih peringatan keras karena masih ada debu di rumah ini sampai buat kamu bersin." kata Aarav memancarkan aura ketegasan yang kuat.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang