"Dari mana?" tanya Algav dingin memandang lurus kaleng minumannya. Iel yang baru saja keluar dari kamar markasnya sontak terlonjak kaget.
"Ck, ngagetin lo." decak Iel menghampiri para sahabatnya yang duduk disofa.
"Dari mana, Iel?" tanya Bara lagi, ia tetap khawatir pada Iel dengan tampang datarnya. Walau sedari kemarin ia diam tapi dalam hatinya ia terus merutuki adiknya itu yang pergi tanpa kabar.
"Rumah." balas Iel dengan senyum kecutnya. Seketika Bara dan lainnya terhenti dari kegiatannya.
"Lo-" perkataan Ardi terpotong.
"Gue cuma ambil barang." kata Iel sembari membuka kaleng minuman dengan santai tanpa beban. Bara memandang diam Iel. Ia tahu apa yang dirasakannya.
"Ambil barang pulang pulang mabok."celetuk Zidan.
"Bacot!" sentak Iel.
"Ih kasar." seru Bobi dengan alaynya.
"Jangan kesana lagi." sahut Bara. Tanpa kecuali mereka memandang heran Bara.
"Kesana?" bingung Ken.
Bara mengangkat wajahnya yang semula menunduk. "Jangan balik ke rumah itu, Iel. Suruh bawahan buat ambilin barang lo." kata Bara memandang tajam Iel.
Tawa sinis terdengar dari bibir Iel. "Gila, lo!" desis Iel dengan raut emosi.
Klang
Iel melempar kaleng tanpa arah. Ia berdiri dan menatap bengis abangnya. "Gue gak butuh omong kosong lo." tekan Iel dengan pancaran amarah.
"Lo egois." sambungnya.
"Egois?" Bara menatap tenang adiknya, ia ikut berdiri. Para sahabatnya ikut bangun dari duduknya menganti sipasi perkelahian antar saudara.
"Ini semua demi kebaikan lo!" ucap marah Bara.
"Kebaikan?? Dasar pengecut! Atas dasar apa lo ngelarang gue hah!" Mata Iel memerah, tangannya tergenggam kuat.
"Dengan keadaan lo seperti sekarang, menurut lo itu baik. Lo mabuk, lo ngerokok. Lo fikir itu bagus, HAH!!" teriak Bara.
"Bar." Algav mencoba menengangkan Bara.
"Lo mendingan masuk." kata Revano.
"Lo juga." Revano menoleh pada Bara. Bara berdecih dan berlalu meninggalkan ruang tengah.
"Lo pikir gue mau," Bara menghentikan langkahnya saat suara Iel kembali terdengar.
"-gue yakin, princess masih hidup, dan dia bakal kembali, gue yakin." tutur Iel lesu, matanya memerah dan berair. Tanpa kata ia berlalu pergi keluar markas. Tanpa menghiraukan Bara yang membatu.
INEFFABLE
"Kami tidak bisa memprediksi, itu tergantung pada pasien. Alangkah baiknya jika pasien menunjukkan respon tapi sampai detik ini tak ada sedikitpun pentunjuk. Kami tidak ingin mengambil resiko. Maka dari itu kita akan menunggu perkembangan pasien dalam satu minggu kedepan jika masih belum ada. Dengan berat hati-" dokter tersebut menatap pria tua didepannya dengan gelengan.
Pria tua tersenyum menghela nafas kasar. Beliau menyentuh kaca pembatas pada ruangan gadis itu, cucunya. Cucu kesayangannya, tengah tertidur pulas dengan selang dan alat medis yang menggerombol pada tubuhnya. Rasa takut kian menyeruak teringak kata yang disampaikan dokter.
"Saya permisi, Tuan." dokter tersebut membungkuk singkat dan berlalu pergi.
Cklek
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Ficção Adolescente🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...