"Yaudah si, pasti ikut academy gituan tuh sibuk...sabar aja, paling nanti telfon balik."
Ara mendengkus kecil dengan pandangan yang masih menatap layar ponselnya. Feli menggeleng kecil, "Yakin deh, nanti abang lo telfon balik. Kalo gak lupa." ucap Feli dengan nada melirih di kalimat terakhir.
"Mending kita ke lapangan aja, abang lho udah mau tanding, Ra!" Jia berdecak melihat tingkah Arina bersemangat.
"Halah! Bilang aja lo mau liat pacar lo itu." Feli menatap sinis Arina.
Arina membawa telapak tangannya menutupi bibirnya yang tersungging malu, "Ya kan mau support Ardi."
"Gembel banget lo! Mau muntah gue lihat gaya pacaran lo yang kelewat bucin." Ara meringis mendengar kata pedas Feli.
"Jahat banget lo, Fel. Namanya juga masih anget angetnya." bela Arina sembari menyeruput teh manis dingin.
"Kalo udah lupa, lo hampir satu tahun ma Ardi. Udah gak anget lah itu, bege!" Arina mengerucut kesal.
"Bodo!"
"Udah udah, mending makan dulu." Ucap Ara laku memasukkan potongan bakso ke mulutnya.
"Btw, gimana hubungan lo sama Kak Algav? Kak Algav kan orangnya kaku bet, betah emang?" tanya Feli.
"Julid dasar." Feli melotot mendengar penuturan Jia.
"Bukan Julid lah, gue kepo!" sentak Feli.
"Mulut lo lemes." Arina bertepuk tangan, mengangkat jempol pada Jia
"Setuju-setuju." Arina mengangguk-angguk.
"Haish! Sebel gue sama lo!" Feli menatap tajam Arina.
"Helow! Yang ngomong kan Jia kok nyalahin gue." Arina melotot.
"Gara-gara lo pokoknya."
"Ck, bisa diem gak!" Jia menatap penuh permusuhan pada dua gadis yang cekcok di hadapannya.
"Jia tenang." Ara menarik Jia agar duduk kembali.
"Serah lah, gue mau ke Ardi." Arina beranjak menuju dimana sang kekasih berana.
"Dasar couple lebay." cibir Feli kembali mengaduk ketoprak yang ia pesan.
"Namanya cinta." Ara mengendikkan bahu atas perkataannya, sedikit tak yakin.
"Ribet!" kali ini yang berbicara Jia si cuek.
Ara kembali fokus pada makanannya. Pikirannya kembali mundur, mengingat satu tahun belakangan ini. Entah keajaiban apa hingga bisa merasakan sekolah umum kembali atas izin keluarganya tentunya. Dan hampir satu tahun ini, Bara meninggalkan kota untuk mengenyam pendidikan yang ia inginkan, dan selama itu pula Bara semakin sulit untuk dihubungi.
Ara melirik ponselnya. Ya, akhirnya sang ayah memperbolehkannya untuk memiliki ponsel walaupun ada beberapa syarat sebelumnya. Menalaah tentang hubungannya dengan Algav, tak ada yang berbeda. Ara pun tak terlalu mebgharapkan hal yang lebih, biarlah waktu berjalan dengan semestinya. Kerena ia juga masih dibawah umur, lebih tepatnya kurang beberapa minggu lagi hari lahirnya akan datang dan tepat saat itu umurnya akan tujuh belas tahun.
Ara sudah beranjak dewasa :)
INEFFABLE
Ara hanya menjadi penonton tanpa bayaran. Bukan drama ataupun film, ini hanyalah tontonan berasal dari bundanya yang sedikit sering muncul beberapa hari ini dengan tema calon istri. Aarav yang memijit pangkal hidungnya, pening. Saat bundanya terus saja menuntutnya untuk membangun rumah tangga. Sudah hampir tiga hati ini! Bundanya selalu datang dengan lembaran foto perempuan yang berbeda-beda. Aarav tak tertarik sungguh. Bukan! Ia tak menyimpang, tapi ia masih ingin menjaga adiknya. Alasan klasik! Ya memang tapi Aarav memang masih ingin mengisi waktu luangnya dengan kemanjaan Ara bukan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen Fiction🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...