Sudah dua hari berlalu sejak insiden itu dan dua hari itu juga tak ada peningkatan dari putri Direnc. Sejak membuka mata, Ara hanya menatap kosong, bibirnya tak pernah tergerak mengucapkan sepatah kata apapun. Ia hanya akan mengangguk dan menggeleng saat ditanya. Sesekali matanya menitihkan air mata saat kesendirian menemani. Dan kemarin Direnc membawa putrinya untuk kembali ke mansion, berharap putrinya membaik.
Ara hanya melirik ke samping, kepala nya terasa berat untuk menoleh saat sisi kosong sampingnya terisi oleh raga seseorang. Tak ada pembicaraan sebelum Algav akhirnya membuka suara.
"Mau cerita?"
Algav menoleh menatap wajah cantik yang memandang ke depan dengan tatapan lembutnya, helai rambutnya berkibar saat angin berhembus.
"Masalah gak akan selesai dengan hanya berdiam diri." lanjut Algav.
Jujur saja, ia bukan orang yang bisa menasehati orang lain. Bahkan hidupnya saja juga masih bermasalah, tapi Algav mencoba untuk membuat senyum gadisnya kembali. Gadisnya? Algav menghela nafas mencoba mnyadarkan diri jika ini bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal seperti itu.
"Tau? Seberapa terpuruknya keluarga kamu melibat kondisi kamu? Tak ada yang tenang dengan sikap diam kamu. Bilang kalau kamu kesakitan biar kita bisa bantu untung ringankan! jangan hanya diam. Karena bukan kamu saja yang sedih tapi yang lain juga."
Setetes air mata Ara jatuh. Ia menunduk, "Maaf."
Tanpa perintah Algav merengkuh gadis itu. Ara menangis terisak di pelukan pria yang menyatakan perasaan belum genap seminggu ini. Algav membawa jari jemarinya mengelus surai hitam beraroma buah.
"Semua sayang sama kamu, jangan membebani diri dengan perkataan konyol dari pria itu. Cukup pikirkan jika keluargamu sangat menyayangi dirimu sampai bunda kamu rela mengorbankan hidupnya untuk putri kesayangannya. Cukup ingat jika kamu tidaklah sendiri." suara berat Algav mengalun merdu di telinga Ara.
"Makasih."
Algav merenggangkan sedikit pelukannya. Dengan tangan kirinya masih bertengger di pinggang Ara, ia menghapus air mata Ara dengan tangan kanannya. "Cantik."
Ara mengerjab, pipinya bersemu merah melihat tatapan Algav yang terasa dalam. Rahang kokoh, hidung mancung, mata yang tajam dan jangan lupa jakun yang sesekali bergerak untuk menelan ludah. Terasa indah untuk dilewatkan.
Cup
Ara kembali melotot. "Liatin apa, hm?" suara berat Algav menambah kadar ke saltingan Ara. Ara sedikit memukul bahu pria yang tertawa kecil itu.
"Ish." Algav kembali memeluk gadis yang ia sebut sebagai gadisnya.
INEFFABLE
"Ayah." suara lirih tersebut bisa membuat Direnc menoleh.
Ara memeluk Direnc, menangis. Direnc tak berkata apapun biarlah putrinya menumpahkan keluh kesahnya dengan tangisannya. Lia yang baru saja masuk ke kamarnya dibuat terkejut dengan pemandangan putrinya tengah menangis dipelukan sang suami.
"Maaf, A-ayah. Harusnya adek gak buat k-kalian sedih~~~Maaf ayah...maafin Adek."
Direnc mengaguk kecil, menangkup kedua pipi putrinya . "Its okay, yang penting lakuin itu lagi ya. Papa, buna, abang ikut sedih, nak." kata sendu Direnc.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen Fiction🚫 Bisa dibaca terpisah dari ALARAYNA, Tapi kalau mau paham alurnya ya mendingan baca sih🚫 "Hingga saat ini, belum ada perkembangan dari penelitian kecelakaan itu. Para penyelidik masih berupaya mengonfirmasi pada sopir serta beberapa korban yang s...