INEFFABLE - 40 Keributan kecil

2.8K 260 18
                                    

Sudah satu minggu terlewat sejak percakapan di meja makan kala itu. Hampir satu minggu  pula Ara sudah melakukan kegiatan kesehariannya, yaitu bersekolah hingga kegiatan lesnya. Dan selama itu juga Ara belum bertatap muka langsung dengan kakak tertuanya. Engah sudah pulang atau belum, Ara mencoba mengalihkan pikiran dengan belajar.

Ara dengar juga, bundanya tengah bolak balik ke kediaman keluarga Suwirya, yang katanya ingin membahas tentang lamaran kak Sana dan abangnya. Entah kenapa Ara semakin merasa jauh, semakin hari Ara merasa abangnya melupakan dirinya, bahkan dalam satu minggu, abangnya hari menemuinya satu kali, itu pun sangat singkat. Apalagi setiap malam, abangnya akan beristirahat di apartemen miliknya sendiri.

Ara menutup pintu mobil setelah berpamitan pada kawannya terlebih dahulu. Selanjutnya jadwal Ara adalah bimbingan. Ara memandang jalanan luar yang basah akibat air hujan.

Ara mencoba fokus pada bimbingan nya di tengah hawa dingin yang menusuk poti-pori kulit Ara. Hawa yang selalu mengajak kita untuk berpelukan dengan kasur dan selimut. Hingga beberapa jam kemudian Ara bisa bernafas lega setelah menyelesaikan soal dari pengajar.

Ara melihat isi ponselnya sebentar sebelum keluar dari ruangan, ayahnya menghubunginya beberapa jam yang lalu.

"Saya permisi dulu, miss." Pamit Ara.

Hujan sudah berhenti, walaupun hawa dingin masih menusuk di malam hari ini. Beberapa kali Ara meneguk liurnya melihat pedagang kaki lima yang ramai pembeli, ingin berhenti tapi sepertinya Ara sudah ditunggu oleh sang ayah. Padahal ia lapar sekali, Ara melewatkan makan siang hingga makan malam.

"Nona, semuanya sudah menunggu anda."

Ara mengangguk lalu bergegas memasuki rumah, setelah menutup pintu mobil.

"Ayah." Ara memanggil sang ayah sembari mendekat, mengambil tempat di tengah ayah dan bundanya berniat mencari kehangatan.

"Dingin banget." Ucap bunda menyentuh pipi putrinya.

"Kita harus terbang ke kota kakeknya kak Sana malam ini." Ucap Ayah masih menatap ponselnya.

Aslan datang dengan rambut basah, seperti nya habis mandi disusul Iel yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos.

"Kenapa kesana?" Tanya Ara sembari bergelayut di lengan ayahnya.

"Neneknya kak Sana meninggal." Ucap ayah sembari mengelus rambut putrinya.

"Sekarang Yah?" Tanya Iel.

"Iya, siap-siap dulu sana. Kita disana sekitar dua harian, nginep di hotel nanti." Ujar Ayah.

"Aslan langsung pulang aja nanti, ada operasi besok pagi." Ucapan Aslan diangguki oleh Ayah.

"Harus ikut ya?" Gumam Ara yang masih meringkuk dipelukan ayahnya.

"Kenapa memangnya, adek gak mau ikut?" Tanya bunda sembari menerima air hangat yang dibawakan pelayan.

"Minum dulu, dek." Ara menerima sodoran bundanya.

"Abang Aarav udah kesana duluan, kita juga harus dateng walaupun sebentar, ya?" Ucap Ayah.

Ara menghela nafas lalu mengangguk.

"Adek bersih bersih dulu, biar bubda bantu siapin bawaannya." Ucap bunda diiyakan oleh Ara.

"Yel, kamu juga siap siap sana." Bunda menegur putranya yang masih asik dengan game nya.

"Huum."

INEFFABLE

Sedari menginjakkan kaki di kediaman kakek kak Sana, Ara selalu mengekori abangnya Iel, bahkan ia mengikuti kemanapun abangnya pergi. Duduk pun sengaja berdempet ke abangnya. Dan Iel pun diam saja, ia paham jika mungkin saja adiknya tengah merasa tak nyaman.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang