Chapter 32

2.6K 231 11
                                    

Jika saja Baekhyun punya permintaan yang bisa dikabulkan, ia ingin memutar waktu sekarang juga dan bisa menghindari terjadinya kecelakaan berencana itu.

Ia jelas mengerti kenapa ia bisa terjatuh, ia merasakan seseorang yang mendorongnya namun ia tidak dapat mengelak.

Ia terkekeh sinis, menatap beberapa orang yang berlalu lalang dengan pakaian serba hitam.

Baru saja salah satu anaknya selesai dikebumikan, dan sekarang ia tengah duduk diruang tengah dengan mata jelas membengkak.

Tak dapat ia pungkiri rasa sedih, kesal, kecewa, bersalah, menyesal; menjadi satu kesatuan dalam hatinya.

Jika saja ia bisa memilih, biarkan saja dirinya yang tidak selamat. Namun, apa boleh buat jika tuhan berkehandak, ia tidak punya hak untuk memilih.

"Aku turut berduka cita atas meninggalnya salah satu anakmu."

Suara seseorang disebelahnya membuyarkan lamunannya, ia menoleh dan kemudian wajahnya berubah keruh saat tau jika Minki yang duduk disebelahnya.

Ia tidak membalas ucapan pria itu, ia tau watak Minki. Pria itu jelas tidak ikhlas mengucapkan bela sungkawa yang tercetus di mulut ularnya.

"Sebaiknya kau pergi." ujar Baekhyun penuh penekanan, ia dalam mode tidak ingin diusik oleh siapapun, namun sungguh sialnya ada manusia seperti Minki yang terus merecokinya.

Dapat Baekhyun lihat Minki yang mengangkat satu alisnya, pria itu tertawa sarkas lalu menatapnya remeh, "pantas saja anakmu tidak selamat."

Oke, cukup sudah. Baekhyun memang bisa sabar, tapi jika sudah membawa urusan anak, ia tidak terima.

Prang!

Gelas yang ia pegang sadari tadi, ia banting kelantai, beralih mencengkram keras pipi pria ular didepannya ini.

"Sekali lagi kau membahas anakku, kupastikan kepala dan badanmu akan terpisah." ancam Baekhyun, "aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, jadi jaga sikapmu selama berada di sekitarku." lanjutnya dengan tatapan menusuk menatap tepat pada mata Minki yang bergetar.

Minki tidak dapat menyembunyikan ketakutannya, aura disekitar Baekhyun saat ini begitu mengerikan, Minki dapat merasakan aura membunuh dari pria didepannya.

"Baek, hentikan."

Suara orang lain mengintrupsi ketegangan antara Baekhyun dan Minki, hingga cengkaraman tangan Baekhyun di pipi Minki terlepas saat orang itu menarik lengannya.

"Jangan ikut camput, Park Chanyeol." ujar sarkas Baekhyun menghempaskan tangan Chanyeol yang memegang lengannya.

Chanyeol terdengar menghela nafas, "sehari saja bisakah kau tenang?" titahnya.

"Aku akan tenang jika saja tidak ada ular yang duluan merecokiku." sindir Baekhyun kini beranjak meninggalkan keduanya tanpa peduli jika sedari tadi kakinya menginjak pecahan beling dari gelas yang dibantingnya.

Darah jelas terlihat pada lantai yang dipijaki Baekhyun, namun tidak ada rasa sakit disana, semua rasa sakitnya sudah berkumpul menjadi satu dalam hatinya.

Chanyeol mengusap wajahnya frustasi, kini berjalan tergesah kearah Baekhyun, kemudian tanpa aba-aba menggendong pria itu ala bridal style.

Baekhyun tidak protes, membiarkan Chanyeol menggendongnya, ia sudah sangat lelah dengan hari ini, rasa ingin menangis kembali menghinggapinya, namun air matanya tidak dapat keluar lagi.

Sampai dilantai dua, Chanyeol membawa Baekhyun kedalam kamar utama, lalu membaringkannya diatas ranjang miliknya.

Luhan datang dengan bayi digendongannya.

DANGEROUS MAN [CHANBAEK] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang