HAPPY READING
***
Pertemuan pertama itu diikuti dengan Zean yang sudah satu minggu di kontrakan bedeng Lana. Anggi sudah beberapa kali datang untuk menjemput, dari ketika anak itu sadar dan sedang tertidur. Tapi hasilnya selalu kembali dengan alasan Zean menangis hingga kedua matanya membengkak, sebesar biji kenari.
Lana yang tak tega akhirnya meminta Anggi untuk mengizinkan Zean tinggal bersamanya, sampai wanita itu menemukan pengasuh yang cocok dengan Zean atau Lana menyetujui untuk menjadi Ibu sambung.
Tiga hari yang lalu, di hari minggu sore. Saat Anggi ingin mencoba lagi peruntungannya. Jika beruntung akan membawa Zean pulang, jika tidak ya sekedar menjenguk.
Zean yang sudah menerima sinyal tanda bahaya sejak kedatangan Anggi, bersembunyi di pelukan Lana. Cengkramannya di kemeja Lana kencang sekali, jika bocah itu lepaskan mungkin akan meninggalkan jejak. "Sayang beri salam dulu dengan Ante." Titah Lana membujuk Zean.
Zean menggeleng tegas.
"Ayo menurut sama Kak Lana, jika Zean menurut Ante Anggi tidak akan memaksa."
Anggi menatap Zean dengan bibir yang dikerucutkan. Ia sakit hati sekaligus senang. Lengketnya Zean dengan Lana ini pertanda bagus untuk misinya. Bilang saja Anggi licik, tapi memang itu kenyataanya. Dia tak akan marah jika sekalipun ada yang mengatainya. "Zean tidak rindu dengan Ante? Ante datang bawa lollipop loh." Anggi merogoh tas jinjingnya mengeluarkan dua buah lolipop besar. Sebenarnya tidak hanya lollipop. Dia juga membawa sekantong besar bahan makanan dan makanan ringan untuk Zean dan Lana.
Zean sedikit menggerakan kepalanya di ceruk Lana, sepertinya mulai tertarik tapi juga masih enggan. Takut dipaksa seperti kemarin-kemarin atau dilarang dengan Lana karena selama beberapa hari di bawah pengasuhan Lana, Zean menjadi terkontrol soal apa yang dimakan.
Anggi masih menunggu penuh harap.
"Boleh kok kalau Zean mau makan lollipop. Tapi tidak boleh banyak-banyak." Lana ikut membujuk, tak tega melihat Anggi.
"Mama."
Lana menggeleng, dia tahu Zean memintanya untuk mengambilkan untuknya. "Kalau Zean mau, Zean harus ambil sendiri dari Ante Anggi. Minta baik-baik."
"Sini sayang, Zean boleh memiliki semuanya!" timpat Anggi.
Zean mulai tertarik, kepalanya ia angkat menatap wajah Lana lekat. Lana pun hanya membalas dengan anggukan kepala dengan sudut bibir yang ia tarik lebar-lebar. Selepas itu Lana menurunkan Zean dari gendonganya, membiarkan Zean berjalan ragu-ragu menghampiri Anggi yang duduk di kursi. Mengambil lollipop dan bergegas kembali pada Lana yang duduk di pinggir kasur. Lana dengan sigap langsung mengangkat Zean dan didudukkan di atas pangkuannya. "Bilang terima kasih sama Ante."
"Terima kasih Ante," kata Zean belum terlalu jelas penuturannya.
Anggi mengangguk semangat, senyumnya merekah. Dia tidak menyangka Zean mau berbicara seperti itu. biasanya anak itu lebih banyak diam meskipun sudah mulai bisa berbicara.
"Aku tidak menyangka Zean bisa sepesat ini perubahanya bersamamu."
"Zean anak pintar mbak. Tidak sulit mengajarinya."
"Aku setuju, dia mewakili gen ibunya. Almarhum ibunya sangat pintar dan cerdas sampai membuat Om Sam dan Tante Indi, Opa Oma Zean akhirnya memutuskan untuk mengadopsinya."
Lana hanya bungkam, dia tidak tahu harus menanggapi dengan apa. Diapun anak yang lahir tanpa kasih sayang orang tua. "Kau sudah lama tinggal dan menjadi pengasuh di sini?" Anggi bertanya.
"Sejak lima tahun yang lalu Mbak, setelah Nenek meninggal aku memutuskan mencari kerja di kota. Aku sama seperti Zean, piatu sejak lahir. Bedanya Ayahku menyusul ibuku satu bulan setelahnya karena sakit. Nenek bilang karena Ayah terlalu mencintai Ibu."
Anggi membekap mulutnya-dia tidak tahu jika kisah hidup Lana semenyedihkan itu. "Mbak, soal penawaran Mbak Anggi kemarin..." Lana menjeda ucapanya. "Boleh beri aku waktu beberapa saat lagi? Aku pernah ada di posisi Zean dan tahu bagaimana rasanya. Untungnya aku masih punya Nenek yang melimpahkan seluruh kasih sayangnya padaku. Tapi pernikahan bukan sesuatu yang main-main kan Mbak? Aku tidak boleh gegabah."
"Aku tahu apa yang kau rasakan Lana. Seandainya aku jadi kau, mungkin langsung menolak tanpa pikir panjang. Apalagi yang mengajak menikah saja belum menampakkan batang hidungnya." Anggi mendengus masam, mengingat betapa bejatnya sepupunya itu.
"Ayah Zean itu pria yang terkadang sulit dipahami jalan pikiranya. Aku juga terkejut hingga mengatainya gila ketika dia memintaku untuk melamarmu. Tapi aku akan menjadi taruhannya jika dia hanya berniat mempermainkanmu. Dia berpikir lebih dalam dari orang pada umumnya berpikir, dia juga tidak mungkin asal mencomot orang untuk dijadikan istri jika tidak ada sesuatu dalam dirimu."
Anggi menghela napas sejenak. "Mungkin alasan utamanya karena Zean," Anggi melihat Zean yang begitu tenang menikmati lollipop di atas pangkuan Lana, "dia begitu keras pada Zean selama ini. Terkesan ayah yang kejam, tidak punya prikemanusiaan juga. Tapi dia punya alasan untuk itu. Dia tidak tahu cara melindungi putranya disaat dia sendiri tidak bisa menjaga putranya, karena ketika melihat Zean dia akan mengingat momen paling menyakitkan dalam hidupnya."
Anggi menjeda ucapanya, menatap Lana lekat-lekat. "Lana, kelahiran Zean adalah hari dimana Lean kehilangan Ayah, Ibu serta istri yang hidup dengan nya hampir separuh umurnya saat itu secara tiba-tiba."
Lana menganga, kedua matanya membola sempurna. Dia terkejut sampai tidak bisa berkata-kata. Tubuhnya menegang, pasokan oksigen berhenti seketika. Dia mengira hidupnya adalah yang paling menyedihkan, yatim piatu sejak bayi, harus putus sekolah karena harus mencari nafkah untuk hidupnya sendiri setelah Neneknya meninggal. Ternyata ada yang lebih dari dirinya.
"Jadi tolong pikirkanlah baik-baik Lana." Mohon Anggi pada akhirnya.
To Be Continued
____________
KAMU SEDANG MEMBACA
Play Second Fiddle
AdventureNovel ini menceritakan tentang seorang pria duda beranak satu, Lean namanya. Dia menyeret gadis muda bernama Kalana untuk masuk ke dalam dunianya yang kelam. Menjadi ibu pengganti untuk sang putra yang bernama Zean tanpa rasa cinta. Lean ingin menca...