HAPPY READING
***
Mereka tak langsung pamit pulang setelah itu. Lana membantu anak-anak untuk bersiap makan siang, berujung melihat anak-anak main, sekaligus melatih mental Zean yang sudah mulai berkemban pesat sekali. Mulanya Zean memang masih terlihat takut-takut, tapi berkat kata-kata ajaib Lana. Akhirnya bocah dua tahun itu luluh dan berani berbaur. Dengan syarat Lana tetap wajib berada dalam pandangannya.
"Kakak...kakak...ini anak kakak?" tanya bocah kecil, umurnya kira-kira empat tahun. Rambutnya dikuncir dua, tirai rambutnya menjuntai menutupi keningnya yang lebar, bibirnya juga mungil dan badanya kecil.
Lana tersenyum, lalu berjongkok di hadapan bocah itu. Dia mengangguk mantap. "Iya, ini anak Kakak. Tampan bukan?"
Bocah itu mengangguk cepat. Helaian rambutnya ikut bergoyang-goyang. "Kok masih muda sudah punya anak?" celetuk bocah itu.
Lana membola, sedikit kaget. Tapi dia masih bisa mengontrol ekspresinya dengan senyuman. "Apa Kakak masih terlihat sangat muda?" Lana bertanya.
Bocah itu mengangguk mantap.
Lana terkekeh. "Kakak sudah menikah sayang, umurnya sudah cukup. Namamu siapa?"
"Arsyila."
"Nama Kakak, Lana," lalu dia mengulurkan tangan kanannya. Arsyila menyambutnya. "Kalau anak kakak ini namanya Zean. Kau mau berkenalan dengannya?"
"Apa boleh? Dia terlihat takut denganku."
Lana terkekeh, lalu melirik Zean yang tampak tegang di sampingnya. "Adik Zean hanya belum terbiasa. Jika Kakak Arsyila mau mengajaknya bermain. Pasti dia tidak takut lagi."
"Panggil aku Syila Kakak," Arsyila meralat.
"AH.... oke Kakak Syila. Bagaimana mau mengajak Adik Zean bermain?"
Arsyila bungkam, sejurus setelahnya dia justru menoleh kebelakang sambil berucap, "apa teman-teman Syila juga boleh diajak bermain dengan Adik Zean?"
Lana ikut melihat arah pandang Arsyila, ada tiga bocah yang terlihat seumuran dengan Arsyila. Dua perempuan dan satu laki-laki. "Tentu saja, panggil temanmu ke sini sayang!"
Balik kanan, Arsyila tergopoh-gopoh menarik ketiga temannya pada Lana.
Lana menyambut mereka dengan senyum hangat, sedangkan Zean sudah melesak dalam pelukan Lana. "Hai anak cantik dan tampan. Siapa nama kalian?" Lana bertanya, suaranya mendayu-dayu. Lembut sekali.
Arsyila memperkenalkan tiga temannya. "Ini Aray," dia menunjuk satu-satunya pria di antara mereka. Lalu menunjuk bocah cantik dengan rambut setinggi bahu, "ini Dhea," dan yang terakhir dia merangkul gadis bermata bulat, "ini Tita, tapi dia tidak bisa berbicara dan mendengar."
Lana terpaku sesaat, "nama Kakak, Lana. Ini Adik Zean." Lana memperkenalkan diri, sambil memperagakan tangan nya dengan bahasa isyarat seadanya yang dia bisa.
Dhea dan Aray serempak menyapa, "Hai! Kakak Lana, adik Zean," sedangkan Tita melambaikan tangan.
Lana mengangguk, dia mengangkat tangan kanan Zean untuk di lambaikan. "Hai teman-teman!" kata Lana—dia mengajari Zean.
"Kakak Lana apa Adik Zean juga tidak bisa berbicara seperti Tita?"
Lana terkekeh, lalu menggeleng. "Adik Zean bisa berbicara, tapi dia sedang takut dan malu sekarang."
Keempatnya serempak menatap Zean, membuat Zean semakin melesak dalam dekapan Lana. "It's Okay sayang, Kakak-kakaknya baik kok. Zean tidak perlu takut."
"Hai! Adik Zean, kita tidak makan orang seperti zombie kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Play Second Fiddle
AdventureNovel ini menceritakan tentang seorang pria duda beranak satu, Lean namanya. Dia menyeret gadis muda bernama Kalana untuk masuk ke dalam dunianya yang kelam. Menjadi ibu pengganti untuk sang putra yang bernama Zean tanpa rasa cinta. Lean ingin menca...