PSF | 19. Luka Juga Bagian Dari Bahagia Kan?

341 23 0
                                    

HAPPY READING

***

Lean tidak berbual ketika mengatakan ingin memikirkannya. Dia memikirkan usulan Lana itu sampai akhirnya tertidur lagi, mereka baru bangun jam lima kurang sepuluh menit. Lana kelabakan karena belum Salat Ashar. Membangunkan Lean secara brutal.

Mereka juga hanya mendekam di kamar. Mandi, bermain bersama Zean, makan malam, main lagi, lalu tidur lagi setelah jam sembilan malam. Tapi, itu Zean dan Lana bukan Lean. Pria itu hanya diam, termenung memikirkan perkataan Lana. Hingga akhirnya Aren melakukan panggilan video. Niatnya ingin melihat wajah menggemaskan keponakanya, tapi berujung melayani curhatan Lean karena Zean sudah tidur.

Lean bersandar pada sandaran sofa. Kakinya disilangkan sambil memegang ponsel yang dia angkat hingga sebatas wajah.

"Jadi seperti ini wajahmu jika tidur nyenyak?" Celetuk Aren.

Lean memutar bola matanya malas, "kau sudah melihatnya dulu."

"Itu sudah lama sekali. Aku sudah lupa," Aren terkekeh. "Lalu kenapa wajahmu justru suram sekali?"

"Aku sudah bertemu dengan Bi Rum."

"Lalu?"

"Beliau menceritakan segalanya, termasuk perselingkuhan Rina."

Aren terbelalak. Dia bergerak, mendekat pada layar ponsel. "Rina selingkuh?" tanyanya tidak percaya. Lean hanya bungkam. "Dengan Zean-Zean itu?" timpal Aren lagi.

Lean mengangkat kedua pundaknya, tidak yakin. Aren juga terlihat sudah menjauhi layar ponsel lagi. "Mustahil—" kata Aren setelahnya. Dia tidak percaya.

"Aku juga tidak percaya, tapi itu yang Bi Rum katakan."

"Ku dengan Bi Rum mengalami gangguan mental. Bisa jadi saja sebenarnya dia lupa tentang kejadian itu."

"Tapi Bi Rum tidak mungkin berbohong."

Aren kuncup-benar. Dia juga kenal betul bagaimana Bi Rum. Dia sering bertemu dengan Bi Rum ketika berkunjung ke rumah Sam sampai akhirnya Lean pindah rumah wanita itu juga ikut.

"Lalu apa rencanamu?" Aren bertanya.

Lean menghela napas. "Aku tidak yakin, mungkin mengakhiri semua pencarian ini."

"Kau takut jika Zean bukan darah dagingmu, tapi justru anak si Zean-Zean itu?"

Benar sekali, itu yang sebenarnya dia khawatirkan sejak tadi. Lean takut jika itu benar adanya. Dia baru mulai bisa menerima putranya itu.

"Aku tidak percaya jika Rina selingkuh darimu. Dia wanita baik dan lemah lembut. Dia juga begitu mencintaimu."

"Aku juga mencintainya-sangat"

"Aku tahu itu." Aren menjawab cepat.

"Tapi Lana memintaku untuk melakukanya, supaya semuanya jelas."

"Lana benar, semua harus dicari kebenaranya supaya jelas. Lagipula sekarang kau memiliki Lana. Dia bisa diandalkan. Setidaknya untuk menjaga Zean. Jarang ada wanita yang mau berkorban untuk kebahagiaan orang lain. Bahkan sampai menekan egonya dan kebahagiaannya sendiri."

"Dia naif." Lean berkomentar. Kemudian dia melirik ke arah ranjang, di sana Lana dan Zean nampak masih tidur nyenyak. Lean juga mengecilkan volume speaker nya.

Aren mengangguk menyetujui. "Setidaknya kau dapat untung banyak karena itu. Kau dapat istri, Zean dapat ibu."

Mereka langgeng sampai sepuluh detik. Lean juga memilih mengenakan Earphone. "Mulai sekarang belajarlah untuk mencintai Lana, tidak akan ada ruginya untukmu. Justru sebaliknya."

Play Second Fiddle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang