PSF | 4. Sebab Akibat

365 25 0
                                    

HAPPY READING

***

Lean naik Bus Rapid Transit (BRT) lintas Jawa Tengah atau sering disebut Trans JaTeng. Siang ini tak terlalu banyak penumpangnya, mungkin efek dari hujan tadi pagi. Bus berhenti di tempat pemberhentian pertama, dua orang yang keluar dan empat yang menggantikanya.

Sedangkan dirinya turun di tempat pemberhentian selanjutnya. Dia kerap datang berkunjung ke Rumah Sakit ini, entah untuk menemui Anggi atau Om Danu seperti saat ini.

Langkah kakinya begitu santai menyusuri setiap lorong, menaiki lift hingga akhirnya sampai di lantai tertinggi gedung. Ruang Direktur, lantai tujuh.

TOK! TOK!

Cukup dua kali ketukan, pintu terbuka dari dalam. Pria berumur sekitar 60 tahun yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu yang mengendalikannya dengan remot kontrol.

"Ada apa Om mengundangku?" Lean bertanya selepas mendaratkan tubuhnya pada kursi seberang Om Danu. Tanpa dipersilahkan dulu.

"Om dengar pengasuh Zean mengundurkan diri, kau sudah mendapat penggantinya?"

Sudah Lean duga, Om nya mengundangnya pasti untuk masalah yang satu ini. Pria itu begitu mencintai Zean.

"Andai saja cucuku itu tidak takut denganku, aku sudah pasti memilih pensiun dan mengurus cucu. Kapan kau akan menggantikanku?"

Lean meringis. "Aku tidak tertarik Om," tolaknya entah sudah yang keberapa, ribuan mungkin.

Om Danu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Keningnya yang sudah keriput semakin ia kerutkan. "Mau siapa lagi jika bukan kau, Lean. Aku tidak punya anak dan keluarga."

"Om bisa menikah lagi."

"Tapi aku tidak akan bisa punya keturunan." Pria ini divonis mandul alias tidak bisa punya keturunan. Hal itu menyebabkan dirinya ditinggalkan oleh mantan istrinya.

Lean menghela napas, begitupun Om Danu. Mereka lenggang sesaat.

"Oke, kita kesampingkan dulu masalah ini. Bagaimana dengan cucuku?"

"Aku sudah menemukan orang yang cocok dengan anak itu-" Om Danu memotong ucapan Lean, "kau masih memanggil anakmu dengan sebutan anak itu? Dia punya nama Lean."

"Tapi namanya sama dengan pria yang Rina cari. Walaupun mungkin itu nama keluarganya yang saat itu sedang dicari, tapi aku tetap tidak menyukainya."

"Kenapa tidak kau cari tahu, agar semuanya jelas?"

"Dimana aku harus mencarinya Om, Rina hanya mengatakan namanya. Di dunia ini ada banyak nama Zean."

"Mimpi itu masih menghantui tidurmu? Kapan kau mau melakukan terapi?"

Lean lenggang. Anggi dan Om Danu bahkan Aren sudah berulang kali memintanya untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan. Tapi dia selalu menolak, baginya itulah caranya untuk merindukan mendiang istrinya. "Sebenarnya aku belum terlalu paham Om dengan ucapan terakhir Rina sebelum meninggal."

"Tentang dia meminta maaf atas meninggalnya Sam dan Indi?" tanya Om Danu memastikan.

Lean mengangguk. "Jelas Mama Papa meninggal karena kecelakaan. Terlalu mustahil jika Rina terlibat. Tapi, hari itu juga Rina melahirkan karena pendarahan yang menjadi penyebab utamanya karena syok dan stres. Kemungkinan juga mereka saling berkaitan, karena serangan jantung Papa juga kambuh sebelum kecelakaan itu."

"Kau ingin mencari tahu semuanya?"

Lean menggeleng tak yakin. "Entahlah Om, terlalu minim informasi. Mungkin sebenarnya ada yang dibahas oleh mereka bertiga sebelum Papa terkena serangan jantung."

Menurut informasi terakhir kedua orang tua Lean mengalami kecelakaan dalam perjalanan ke Rumah Sakit. Ayah Lean terkena serangan jantung, dan Ibu Lean yang tak ahli dalam mengemudi memaksakan diri untuk mengemudi. Keduanya meninggal di tempat dan satu saksi lain yaitu ART di rumah Lean masih hidup. Tapi, mengalami gangguan pendengaran dan lumpuh kaki.

"Mungkin kau bisa bertanya dengan satu-satunya saksi di hari itu," saran Om Danu. Dia bisa melihat wajah keputusasaan Lean.

"Setelah kejadian itu Bi Rum syok berat Om. Aku juga tidak tahu dimana dia tinggal sekarang."

"Kau bisa mencobanya dulu."

Lean mengangguk berulang, dia setuju. "Sepertinya aku memang tidak bisa terus diam seperti ini."

"Kapan kau akan memulai? Sebelum itu pastikan dulu, kau sudah mendapat pengasuh pengganti untuk Zean. Putramu itu terlalu istimewa."

"Mungkin akan ku lakukan setelah menikah Om. Aku akan membawa anak itu bersamaku."

Om Danu melotot. "APA? Menikah?"

Lean berdehem. "Hmm, aku sudah menemukan orang yang cocok dengan anak itu," katanya enteng tanpa dosa.

To Be Contiued
___________

Play Second Fiddle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang