1. Pria Yang Keras Hati

2K 66 3
                                    

SEMUANYA terhenti serempak saat waktu sudah menunjuk ke angka dua belas tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEMUANYA terhenti serempak saat waktu sudah menunjuk ke angka dua belas tepat. Suara bor serta suara mesin mobil yang mengaung pun lenyap ditinggalkan montir-montir yang sejak pagi berjibaku dengannya. Bengkel body repair and sparepart itu menghentikan sejenak seluruh aktifitas dan membiarkan seluruh pekerjanya rehat untuk menemui santap siang.

Asap knalpot masih mengepung di sana, bercampur dengan tajamnya bau cat semprot yang sudah tak bisa lagi di rasa karena para montir itu sudah terbiasa. Tidak terkecuali Daffa, pemuda dengan wearpack kusam berwarna abu-abu itu terlihat sudah memasukan semua tool kit ke dalam sebuah box besar. Sambil menghela napas bahagia, ia kemudian melenggang meninggalkan area bengkel karena nasi padang berlauk kuah cincang sudah membayangi kepalanya sejak tadi.

Daffa lekas membasuh tangan yang berlapis debu dan oli. Toilet yang letaknya persis di samping bengkel itu menjadi tempat pertama ketika wajah belepotannya bertemu dengan air. Setelah merasa lebih segar, Daffa kemudian memastikan satu lembar uang lima puluh ribuan itu ada di salah satu saku wearpacknya. Ia pun bergegas menuju warung masakan padang yang letaknya persis di seberang bengkel. Kakinya melangkah santai, matanya menyipit karena terik matahari. Debu jalanan pun seolah menyambut dan membuat pandangannya kabur saat angin tiba-tiba bertiup kencang.

CKIIIIIITTTT..............!!!!!!!!!!!!!!!!!

Pekikan suara ban mobil itu membuat Daffa reflek membenturkan tubuhnya ke tembok. Mungkin tak kurang dari dua detik, mobil sedan berwarna hitam itu lewat tepat di hadapannya dengan kecepatan penuh. Daffa yang hampir meledak jantungnya pun ternganga, ia menoleh dan mendapati mobil itu menukik tajam sebelum berakhir menghilang memasuki area bengkel.

"MATI KAH GUE? HAH? MATI GAK SIH?"

Daffa berbicara sendiri sambil meraba-raba tubuhnya yang masih gemetar di balik debu tebal. Pemuda itu lalu berlari. Sejuta kalimat omelan siap ia luncurkan bagi siapapun yang berada di balik kemudi NISSAN Skyline hitam yang hampir menabraknya barusan. Daffa memastikan tidak akan ragu untuk melaporkan tabiat gila si driver itu ke Bosnya nanti.

"Heh keluar lo!" seru Daffa yang kini terbatuk-batuk karena debu dan asap knalpot itu serasa menusuk hidungnya. "Pake pikiran nggak sih nyetirnya?! Kalau nabrak emang mau ganti lo?!"

Daffa mengibaskan tangannya tepat di depan wajah. Kaca film mobil yang terlampau gelap membuat Daffa kesulitan mengenali siapa pria yang berada di dalam sana. Mungkin sudah sekitar satu menit berlalu, Daffa tanpa sadar melupakan perkara nasi padangnya. Hingga akhirnya sosok yang sudah tak sabar ingin ia maki-maki itu membuka pintu mobil dan menyambut Daffa dengan senyum miring yang diulas puas.

"Besok-besok, kalau jalan sekalian aja tuh di tengah-tengah drive way. Udah tau baru jam istirahat, lo harusnya paham lah kalau ada mobil customer yang belum balik karena masih di test drive!"

Daffa mengerucutkan bibirnya kesal. Rangkaian kalimat umpatan di ujung lidahnya tiba-tiba saja bubar jalan ketika Sabian, si pemilik bengkel alias bosnya itu menatap dengan cara yang angkuh. "Gue yang salah nih Bang?" tanya Daffa seraya menunjuk dirinya sendiri.

Leave Out All The RestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang