Bab 1

7.3K 408 9
                                    

"Ini berkas-berkas yang harus Bapak tanda tangan."

Andre Nasution menoleh menatap sekretarisnya. "Sudah kamu teliti semuanya?"

Sekretaris itu tampak menganggukkan kepalanya dengan kaku. "Semuanya sudah saya baca dan saya revisi di beberapa bagian Pak." Jelasnya dengan intonasi suara datar seperti biasanya.

Andre segera membuka map yang diletakkan di hadapannya lalu membubuhkan tanda tangannya. Ia sudah sangat tahu bagaimana kinerja sekretarisnya ini sehingga tidak ada yang perlu ia ragukan lagi.

Prillyana Sukma Dewi, gadis mungil berparas cantik yang sudah beberapa tahun terakhir ini menjadi sekretaris seorang Andre Nasution yang merupakan seorang pengusaha properti, dimana anak perusahaannya sudah tersebar nyaris di seluruh kota bahkan sudah mulai merambah keluar negeri.

Sehingga tidak heran menjadi sekretaris pria itu tentu memerlukan kemampuan otak diatas rata-rata. Dulu ketika melamar kerja di sini Prilly harus bersaing dengan ratusan pelamar lain dan syukurnya ia yang lolos dan sekarang sudah memasuki tahun ke 5 ia menjadi sekretaris seorang Andre.

"Jadwal saya hari ini sampai jam berapa?" Tanya Andra setelah selesai menanda tangani berkasnya.

"Sampai jam 8 malam Pak setelah jamuan makan malam bersama Pak Salman dari HR group." Jawab Prilly.

"Apa kamu bisa membatalkannya? Saya rasa hari ini saya sedikit kurang enak badan." Andre memang merasa tubuhnya kurang fit akhir-akhir ini, terlalu banyak pekerjaan yang harus ia urus.

"Baik Pak."

Andre menganggukkan kepalanya setelah itu Prilly beranjak meninggalkan Bosnya yang memilih memejamkan mata sambil merebahkan tubuhnya diatas sofa yang ada di ruangannya.

Prilly kembali ke mejanya, ia harus menghubungi Pak Salman untuk membatalkan jamuan makan malam dengan Bosnya.

"Halo selamat siang." Sapa Prilly saat sekretaris pria itu menjawab telepon darinya.

"Saya hanya ingin mengabarkan jika jamuan makan malam bersama Pak Andre dengan berat hati terpaksa dibatalkan." Ucap Prilly dengan suara datar seperti biasanya. Jangan bayangkan jika Prilly adalah sosok sekretaris dengan gaya centil dan seksi karena Prilly sangat jauh dari kedua kata itu.

Prilly lebih sering memperlihatkan ekspresi datarnya bahkan tersenyum saja hanya sebagai bentuk formalitas ketika bertemu dengan klien-klien mereka sehingga tidak heran banyak sekali yang mencela Pak Andre yang memilih menjadikan sosok kaku seperti Prilly sebagai sekretarisnya.

Pak Andre hanya tertawa saja ketika rekan kerjanya banyak yang mengeluhkan sikap dingin dan kaku sekretarisnya karena bagi Andre yang penting adalah otak dan kinerjanya bukan paras atau kemolekan tubuhnya. Andre membutuhkan sekretaris untuk membantu pekerjaannya bukan untuk memuaskan hawa nafsunya seperti kebanyakan teman-temannya. Mereka menjadikan sekretaris mereka selain untuk bekerja mengurus perusahaan juga harus mampu mengurus 'burungnya'.

Andre sangat menentang perbuatan seperti itu karena Andre merupakan pria-pria bertanggung jawab yang sangat menjunjung tinggi sebuah kesetiaan.

Kembali kepada Prilly yang sedang mendengarkan ocehan sekretaris Pak Salman yang mengatakan pihaknya tidak profesional karena membatalkan jamuan makan malam secara sepihak.

"Maaf Ibu Ira, Pak Andre sedang tidak dalam kondisi fit jadi tolong pengertiannya." Prilly masih berusaha sabar menghadapi wanita yang terkenal sangat cerewet namun berotak udang itu.

Ira merupakan salah satu pesaing Prilly dulu ketika melamar kerja di AN Group yang merupakan perusahaan induk yang dipimpin langsung oleh Andre Nasution. Gaji dan tunjangan yang ditawarkan disana jelas tidak main-main sehingga peminatnya sampai ratusan orang. Sepertinya Ira memang punya dendam pribadi dengan Prilly sejak dulu sehingga tidak heran wanita itu selalu memanfaatkan setiap kesempatan untuk menjatuhkan Prilly.

Sayangnya Prilly tidak sebodoh itu sehingga Ira tidak pernah berhasil menjalankan aksinya.

"Sekali lagi mohon pengertiannya Ibu Ira. Selamat siang." Dan Prilly benar-benar mengakhiri panggilan karena tidak sanggup lagi mendengar ocehan wanita itu.

Diseberang sana terlihat Ira sedang mengumpati Prilly yang begitu menyebalkan menurutnya. Andre Nasution bukan sembarangan orang, Bosnya sudah bahagia sekali bisa mengadakan jamuan bersama pria sukses itu namun sayangnya jamuan itu harus dibatalkan dan Ira benar-benar kesal sekali, semua kekesalannya ia tujukan pada Prilly yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan apapun.

"Dasar wanita ular sialan!" Makinya lalu beranjak memasuki ruangan Bosnya.

*****

Setelah menyelesaikan pekerjaannya hari ini akhirnya Prilly bisa bernafas lega. Matanya sempat terpejam sejenak sebelum kembali terbuka dan meraih tas jinjing yang selalu ia bawa kemana-mana selama bekerja.

Prilly melirik jam dipergelangan tangannya sudah nyaris pukul 10 malam. Ia memang sering pulang terlambat beberapa hari terakhir ini karena banyak berkas yang harus ia periksa juga menyiapkan keperluan meeting untuk esok harinya.

Prilly memang selalu menyelesaikan pekerjaan perharinya karena pantang baginya menumpuk-numpuk pekerjaan yang pada akhirnya akan merepotkan dirinya juga. Suara langkah kaki Prilly terdengar memecah keheningan di lobi kantor.

Dijam segini memang kantornya sudah sepi hanya tersisa sebagian karyawan yang lembur itupun diruangan mereka masing-masing. Prilly sama sekali tidak terlihat takut melangkah sendirian di lobi yang luasnya lumayan besar. AN Group bukan perusahaan kecil gedungnya saja puluhan tingkat, yang menampung nyaris 1000 karyawan.

Akhirnya Prilly bisa bernafas lega saat merasakan hembusan angin malam yang langsung menyapanya begitu keluar dari lobi gedung. Seharian ini ia bekerja di ruangan sehingga melihat alam bebas seperti ini terasa sangat menyenangkan.

"Baru pulang Mbak?" Tanya Satpam pada Prilly.

Prilly mengangguk pelan. "Iya Pak." Senyum kecilnya terukir membalas senyuman hangat satpam yang berusia paruh baya itu.

Prilly memang dikenal sebagai pribadi yang dingin dan kaku bahkan banyak yang menilainya sombong hanya karena ekspresi wajahnya yang selalu terlihat datar. Prilly sangat jarang tersenyum namun bukan berarti ia tidak bisa tersenyum hanya saja menurutnya tidak terlalu penting mengumbar senyum kesana kemari toh urusannya dia disini hanya bekerja.

"Naik taksi Mbak? Mau Bapak panggilkan?" Tanya Satpam itu lagi.

"Nggak usah Pak biar saya ke depan saja. Selamat malam Pak." Prilly menundukkan kepalanya sedikit sebelum melangkah meninggalkan Satpam itu.

"Lo ngapain sih nyapa cewek sombong kayak begitu?" Satpam yang bernama Tarmizi itu menoleh menatap temannya. "Memangnya kenapa? Menurut gue Mbak Prilly baik dan nggak sombong juga." Belanya yang dibalas dengusan oleh temannya.

"Seluruh penghuni kantor ini tahu kalau si sekretaris Bos itu orangnya sombong! Lo nggak liat ekspresi wajahnya yang nggak bersahabat itu? Cih! Baru jadi sekretaris aja udah belagu." Hina teman Tarmizi sambil mencibir punggung Prilly yang sudah lumayan jauh dari tempat mereka.

Tarmizi hanya menggeleng kepalanya melihat temannya ini. "Jangan terlalu mudah termakan omongan orang sebelum lo buktiin sendiri. Takutnya nanti lo kemakan sama omongan lo sendiri malu!" Ucap Tarmizi sebelum beranjak untuk melanjutkan patroli malamnya.

*****

Ketemu lagi di cerita terbaru aku🥰🥰
Jangan lupa vote dan komennya yaa sayang..

My Boss🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang