Bab 29

1.9K 268 29
                                    


Ali masih setia memangku tatapannya pada Prilly yang terlelap diatas sofa. Setelah kelelahan menangis gadis itu tertidur dalam dekapan Ali sampai akhirnya Ali baringkan Prilly diatas sofa.

Ali masih mengingat tentang etika kesopanan sehingga ia tidak membawa Prilly ke dalam kamar gadis itu. Kamar layaknya teritorial yang tidak bisa sembarangan di masuki terlebih disaat Ali sadar jika hubungannya dengan Prilly belum sampai ke tahap yang membebaskan Ali untuk memasuki kamar Prilly.

Ali sudah membenarkan kembali pakaian Prilly yang entah bagaimana caranya ia menarik resleting gaun yang Prilly kenakan hingga memperlihatkan bagian atas tubuh Prilly yang begitu wow.

"Ck!"

Ali berdecak kesal saat gairah itu kembali datang ketika ia membayangkan bagaimana pergulatan panasnya dengan Prilly berlangsung. Ia tidak menyangka jika dirinya akan bergelut sepanas itu dengan Prilly, wanita yang selama ini selalu ia tuding sebagai wanita sombong.

Rasanya Ali sudah membayangkan ejekan yang akan Bram layangkan jika sahabatnya itu tahu bahwa sekarang justru dirinyalah yang sudah bertekuk lutut pada Prilly.

'Jilat ludah sendiri gimana rasanya? Enak?'

Ali sontak mendengus pelan saat otaknya tiba-tiba memunculkan wajah menyebalkan Bram yang sedang mengejek dirinya. "Enyah lo sialan!" Maki Ali pada bayangan Bram yang justru menjulurkan lidah kearahnya.

Ali nyaris beranjak berniat melawan bayangan Bram itu namun niatnya segera urung saat mendengar rintihan dari mulut Prilly. Ali segera mendekati Prilly yang terlihat meracau di dalam tidurnya. Sekarang Ali mengerti kenapa Prilly sampai se trauma itu saat ia mencium gadis ini.

Rahang Ali mengeras tiba-tiba saat mendengar Prilly menangis didalam tidurnya sambil terus memohon dan menyebut nama pria bajingan yang sejak detik ini menjadi musuh utama Ali.

"Ssstt.." Ali beranjak dari posisinya lalu merebahkan tubuhnya disebelah Prilly meksipun sofa milik Prilly tak mampu menampung tubuh besarnya namun Ali cukup lega saat Prilly mulai tenang ketika ia bawa ke dalam pelukannya.

Nafas gadis itu kembali terdengar teratur pertanda Prilly kembali masuk ke alam mimpinya dengan damai.

"Tidur nyenyak gadis kecil." Bisik Ali sebelum membenamkan sebuah kecupan hangat di kening Prilly.

"Eugh.."

"Ssttt..ssstt.."

Ali refleks bersenandung lirih ketika mendengar Prilly melenguh dengan mata terpejam. Suara Ali terdengar begitu lembut, tangan pria itu juga begitu aktif mengusap-usap lembut punggung kecil Prilly supaya gadis itu kembali nyaman di dalam tidurnya.

"Badan kamu emang kurus tapi ini kamu kok penuh banget." Ali terkekeh pelan saat mengingat dada Prilly yang sempat terpampang didepan wajahnya tadi. Tidak terlalu besar memang tapi tidak bisa dikatakan kecil juga intinya Ali suka.

Ali sedikit merasa menyesal karena dirinya cepat sekali tersadar bahkan tangannya belum termanjakan dengan kemolekan tubuh Prilly tapi tetap saja Ali merasa bersyukur karena malam ini kekuatan imannya jauh lebih kuat hingga ia mampu mengalahkan rayuan setan.

Jarang sekali Ali yang sudah bernafsu bisa mengendalikan dirinya seperti tadi. Jujur saja bagi pria seperti Ali sex tentu bukanlah hal yang tabu lihat saja bagaimana pergaulannya selama ini. Diantara mereka -Ali, Bram dan Samuel- hanya Samuel saja yang hidupnya begitu lurus.

Ali sendiri bukan pria maniak seperti Bram namun ia juga bukan pria lurus seperti Samuel. Pokoknya dengan pergaulannya Ali tidak akan pernah memandang Prilly sebelah mata justru setelah ia tahu pahitnya kehidupan yang sudah Prilly lalui, Ali bertekad akan membuat Prilly bahagia.

My Boss🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang