Anaya tidak tahu jika rumahnya akan seangker ini ketika mati lampu. Gadis itu tampak mengkerut memeluk kedua lututnya di sudut kamar.
Anaya masih mengerjakan beberapa pekerjaannya ketika lampu dirumahnya padam. Biasanya ada Mbok yang bekerja dan tinggal di kediamannya sehingga Anaya tidak akan ketakutan namun malam ini Anaya hanya sendirian di rumah sebesar ini karena si Mbok sedang izin beberapa hari untuk pergi ke acara salah satu kerabatnya.
Jika ia tahu rumahnya akan mati lampu mungkin Anaya tidak akan pernah memberikan izin si Mbok pergi. Anaya tidak bisa mengandalkan siapapun jika malam seperti ini karena Abangnya tercinta akan sibuk dengan kemaksiatannya sedangkan orang tua mereka tidak hanya malam tapi siang dan malam sibuk dengan pekerjaan mereka jadi tidak heran jika Anaya terbiasa hidup dengan asisten rumah tangga mereka.
Seperti saat ini ketika menangis Anaya bukan memanggil nama Ibunya melainkan nama si Mbok. Anaya sudah menghubungi Abangnya beberapa saat yang lalu dan Anaya berharap Abangnya masih belum sepenuhnya teler ketika ia hubungi sehingga ia bisa segera pulang dan menemukan dirinya.
Tok.
Tok.
Anaya kembali mendengar suara ketukan pada kaca jendela kamarnya. Tubuh kecilnya semakin gemetar. Anaya ketakutan sekali. Anaya kembali berusaha mencari ponselnya yang tadi ia campakkan entah kemana.
Dengan suasana gelap Anaya beranjak dari posisinya meraba-raba sekitar ranjangnya namun ia tidak menemukan ponselnya.
"Kemana lagi tuh ponsel." Decak Anaya kesal. Ia kembali terperanjat saat mendengar suara ketukan di jendela kamarnya lagi.
Dengan nafas terengah karena ketakutan Anaya beranjak mendekati pintu kamarnya, ia ingin keluar dari kamarnya. Setelah membuka pintu kamarnya Anaya kembali merasakan debaran jantungnya yang menggila saat melihat suasana rumahnya yang gelap gulita.
Untuk pertama kalinya Anaya merasa kesal karena luas rumahnya yang begitu besar membuat suasana semakin mencekam ketika mati lampu seperti ini.
Dengan kaki gemetar Anaya melangkah keluar menjauhi pintu kamarnya. Ia juga tidak tahu kemana ia akan bersembunyi karena untuk melihat saja ia kesusahan.
"Aw!" Anaya berteriak kesakitan saat kakinya tanpa sengaja tersandung rak yang terletak di sudut ruangan.
Tok!
Tok!
Suara ketukan pintu diikuti suara bel terdengar nyaring membuat jantung Anaya kembali berdebar. "Siapa?" Suara Anaya terdengar bergetar.
"Anaya! Buka pintunya!" Suara teriakan didepan pintu utama membuat senyuman Anaya tanpa sadar mengembang lebar.
"Mas Sam!" Pekiknya sebelum beranjak menuju pintu utama rumahnya. Tak ia hiraukan rasa sakit pada kakinya, ia harus segera membuka pintu rumahnya.
Dengan bermodal nekat Anaya berjalan cepat ditengah kegelapan menuju pintu utama rumahnya. Anaya bisa menebak arahnya hanya saja beberapa kali ia kembali tersandung namun tak sampai membuatnya terjatuh.
Senyum Anaya mengembang lebar ketika ia sudah mencapai pintu tanpa menunggu lama Anaya segera memutar kunci pintu hingga akhirnya ia bisa melihat wajah panik Samuel.
"Mas!" Pekiknya begitu bertatapan dengan Samuel.
Laki-laki itu terlihat sangat berantakan dengan nafas terdengar memburu tanpa mengatakan apapun Samuel segera menarik tubuh kecil Anaya ke dalam dekapannya.
Anaya sontak terpaku namun tak bertahan lama karena detik berikutnya gadis itu justru menangis terisak-isak dalam dekapan Samuel. Seluruh rasa takut dan cemas yang ia rasakan beberapa saat lalu kini ia tumpahkan dalam dekapan Samuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss🔥
RomanceCerita terbaru setelah 'Mrs. Aliandra' selesai. Jangan lupa dibaca, vote juga komennya ya, Insyaallah ceritanya nggak kalah seru dari cerita-cerita sebelumnya.. thanks♥️