"Bapak mau mampir dulu?" Prilly tidak mungkin tidak berbasa-basi dengan Bosnya yang sudah berbaik hati mengantarkannya."Kalau kamu maksa boleh. Ayok!" Pria itu langsung mematikan mesin mobilnya dan beranjak turun meninggalkan Prilly yang ternganga lebar melihat bagaimana antusiasnya Ali ingin bertamu ke apartemennya.
Meskipun Prilly menawari Ali karena basa-basi namun ia sedikit merasa bahagia karena Ali seantusias itu. Prilly tidak menafsirkan lebih perihal perasaannya saat ini, ia hanya ingin menjalaninya saja.
Hubungannya dengan Ali hanya sebatas atasan dan bawahan, tidak lebih.
Ali berjalan lebih dahulu memasuki lift lalu menekan tombol dimana lantai apartemen Prilly berada. Prilly sendiri tak ambil pusing toh pria ini sudah pernah menjemputnya malam itu.
Ia juga merasa aneh ketika Ali menanyakan alamat apartemennya tadi pagi padahal pria itu sudah mendatangi apartemennya sebelumnya namun Prilly mengerti jika pagi tadi perasaan dan pikiran laki-laki ini sedang kalut.
"Di apartemen kamu ada makanan nggak?" Prilly yang berdiri disebelahnya menoleh. "Bapak mau makan lagi?"
"Mas Ali jangan bapak! Kita bukan atasan sama bawahan sekarang!" Ali kembali memperingati Prilly yang kelepasan memanggilnya Bapak.
Prilly mengangguk saja, ia terlalu malas berdebat untuk hal-hal yang tidak penting seperti ini. "Kamu lapar?" Prilly kembali mengulang pertanyaaan yang sama pada laki-laki ini.
Ali menganggukkan kepalanya. "Tadi makanannya terlalu pedas." Prilly mengangguk paham, pria ini memang tidak menghabiskan makan malamnya karena tidak sanggup menahan rasa pedas di mulutnya dan mungkin sekarang Ali kembali merasa lapar saat rasa pedas itu sudah benar-benar hilang dari mulutnya.
"Aku belum belanja stok makanan tapi kayaknya ada beberapa sisa makanan yang bisa dimakan."
"Asal bukan racun dan makanan haram, aku bisa kok." Sahut Ali asal yang refleks membuat Prilly memukul punggung pria itu.
Pukulan yang Prilly layangkan bukan pukulan manja ala gadis-gadis gemes tapi pukulan dengan sekuat tenaga gadis itu hingga membuat Ali memekik kesakitan.
"Kamu mukulnya kenapa kenceng banget?" Protes Ali sambil berusaha mengusap bekas pukulan Prilly.
Mereka hanya berdua di dalam lift hingga membuat Ali bebas mengekspresikan dirinya. Lihat saja bagaimana wajah manyun pria itu sekarang.
"Jangan nyebelin makanya!" Dengus Prilly sebelum memfokuskan tatapannya pada pintu lift yang sebentar lagi akan terbuka.
"Sakit banget punggung aku sumpah!" Ali berusaha menarik perhatian Prilly namun sayangnya pintu lift terlebih dahulu terbuka hingga membuat gadis itu keluar dari lift dan mengabaikan dirinya.
Ali sontak mendengus. "Belum pernah gue ketemu perempuan secuek dia." Decak Ali sebelum beranjak mengikuti Prilly yang sudah tiba didepan pintu apartemen miliknya.
Ali baru akan menyusul Prilly saat ponselnya kembali bergetar. "Siapa sih nelpon malam-malam gini?" Dengusnya kesal, pasalnya ia sudah sangat sangat lapar dan ingin menyantap makanan yang ada di apartemen Prilly.
Kening Ali tampak berkerut saat melihat deretan nomor asing yang tertera di layar ponselnya. "Siapa ya?" Ali berusaha mengingat-ingat nomor dari negara mana yang menghubungi dirinya ini.
Ali memiliki banyak teman yang sekarang tinggal diluar negeri tapi semua nomor mereka tersimpan didalam ponselnya tidak seperti nomor ini.
"Bapak mau masuk atau mau disitu aja? Saya mau tutup pintu." Suara dari pintu apartemen membuat Ali mendongak disana sudah ada Prilly yang sedang bersidekap menatap tajam kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss🔥
RomanceCerita terbaru setelah 'Mrs. Aliandra' selesai. Jangan lupa dibaca, vote juga komennya ya, Insyaallah ceritanya nggak kalah seru dari cerita-cerita sebelumnya.. thanks♥️