Setelah kekesalannya diruang rapat mereda kini Ali terlihat bergelung nyaman di pangkuan Prilly. Pria itu merebahkan kepalanya di paha Prilly lalu menyembunyikan wajahnya di perut gadis itu. Ternyata berdekatan dengan Prilly benar-benar mampu membuat perasaannya kembali membaik.Prilly sedang memeriksa beberapa file penting yang harus ia laporkan pada Andre terlebih wacana semula kini sudah berubah karena Ali sendiri yang akan merancang struktur pembangunan resort itu sesuai dengan keinginan pria itu.
Prilly melirik sekilas pria yang sedang mencium perutnya dari luar pakaian yang ia kenakan. Ia biarkan saja Ali berbuat semaunya daripada pria itu marah-marah dan membanting pintu seperti tadi.
"Tangannya tolong ya Pak." Desis Prilly saat tangan nakal pria itu mulai menyusup ke bagian belakang baju yang ia kenakan. Ali ini memang luar biasa jahilnya.
Bukannya takut dengan teguran Prilly, pria itu justru semakin berani hingga telapak tangannya bersentuhan langsung dengan kulit punggung Prilly yang begitu mulus.
Terdengar suara decakan dari mulut Prilly namun Ali sama sekali tidak terlihat gentar. "Cuma ngusap doang nggak lebih." Suaranya terdengar tidak jelas karena Ali masih membenamkan wajahnya di perut Prilly.
"Tapi ganggu Pak! Saya nggak konsen kerjanya. Kalau nggak saya balik ke meja saya saja!"
"Eh jangan dong! Saya masih emosi ini takutnya kamu nggak ada saya banting juga itu meja Bos kamu." Seru Ali dengan kepala sudah menjauh dari perut Prilly. Mata pria itu tampak menyorot wajah cantik Prilly dari bawah. "Kamu dilihat dari bawah gini makin keliatan cantiknya ya?" Tiba-tiba Ali memuji kecantikan Prilly.
Prilly yang sedang fokus pada kertasnya mengalihkan pandangannya menundukkan sedikit kepalanya supaya ia bisa menatap Ali yang masih betah berada di pangkuannya.
"Mulai gila!" Dengus Prilly sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya. Bukannya marah dikatakan gila oleh Prilly, Ali justru tertawa terbahak-bahak sekarang ia merasa lucu jika Prilly mengatainya gila.
Karena gemas dengan wajah datar Prilly, tiba-tiba Ali memalingkan kepalanya lalu mengigit gemas paha Prilly hingga membuat gadis itu memekik kesakitan.
"Mas!!" Kembali suara pekikan Prilly terdengar memenuhi ruangan Andre. Prilly sudah bersiap memukul kepala Ali dengan map yang ada ditangannya namun kali ini ia kalah cepat dengan Ali, pria itu sudah terlebih dahulu beranjak dari posisinya.
"Nggak kena! Enggak kena! Wlee!" Ali menjulurkan lidahnya kearah Prilly yang berdecih sinis kearahnya. "Udah tua masih kayak anak-anak. Nggak tau diri!" Maki Prilly yang kembali dibalas tawa oleh Ali.
Pria itu sepertinya benar-benar sudah gila lihat saja dimaki separah apapun oleh Prilly bukannya marah ia justru terlihat cengengesan tak jelas seperti sekarang ini.
"Mas kapan mau kamu mulai desainnya?" Prilly bertanya sesaat setelah ia mendapat balasan email dari Pak Andre. Seperti yang Ali katakan kemarin, ketika sudah nyaman tanpa dipaksa Prilly akan dengan sendirinya memanggil Ali dengan panggilan Mas seperti sekarang ini.
Ali yang sudah duduk dikursi kebesaran milik Ayahnya itu tampak menoleh menatap Prilly. "Nanti malam lebih cepat lebih baik kan?" Prilly menganggukkan kepalanya lalu mulai mengetik di laptopnya mengirimkan balasan atas pesan Andre tadi.
"Iya sebaiknya memang desainnya kamu buat lebih cepat supaya proyek ini bisa segera dikerjakan." Prilly berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop. "Lagipula jika proyek ini berhasil, aku yakin proyek kedepannya juga akan menjadi tanggung jawab kamu lagi."
Mendengar perkataan Prilly sontak Ali mengerlingkan matanya menggoda Prilly. "Secara tidak langsung kamu sedang mengupayakan kita supaya terus bersama bukan?" Ujarnya penuh percaya diri.
Prilly segera mengalihkan pandangannya pada Ali yang sedang menaik turunkan alisnya menggoda dirinya. Dengan ekspresi datarnya Prilly membalas perkataan Ali yang sontak membuat wajah tengil pria itu berubah nelangsa.
"Aku cuma mau kamu buktikan kalau Pak Andre dan Ibu Santi nggak sia-sia sekolahin kamu jauh-jauh kalau ujung-ujungnya kamu cuma jadi beban buat mereka."
Kejam sekali mulutmu Prilly.
*****
Ali pulang lebih awal hari ini karena Samuel dan Bram mengajaknya berkumpul malam ini. Setelah dipikir-pikir semenjak dekat dengan Prilly, Ali mulai lupa dengan keberadaan sahabatnya itu.
Hingga sore ini Bram menerornya terus menerus begitupula dengan Samuel yang katanya ingin berbicara penting dengan Ali.
Prilly masih bekerja saat Ali keluar dari ruangannya. "Kamu beneran nggak apa-apa aku tinggal pulang duluan?" Ali kembali memastikan lagi pada Prilly. Gadis itu sama sekali tidak tampak keberatan saat Ali mengatakan jika dirinya akan berkumpul dengan teman-temannya.
"Silakan Pak! Hati-hati dijalan." Jawab Prilly sekenanya sebelum mengembalikan fokusnya pada laptop didepannya.
"Aku mau ke club loh sama teman-teman aku." Ali kembali berusaha memancing emosi Prilly. Biasanya wanita akan mencak-mencak tidak jelas jika pasangannya akan pergi ke tempat maksiat seperti itu tapi lihat Prilly bagaimana bisa wanita itu terlihat biasa saja.
Yang menjadi pertanyaannya memangnya Prilly menganggap Ali sebagai pasangannya?
Jawaban Ali, peduli setan mau dianggap siapa yang pasti Prilly miliknya.
"Ya terus kenapa?" Prilly benar-benar tak habis pikir dengan perubahan sifat pria didepannya ini. "Dari dulu juga Bapak emang senang pergi ke tempat itu kan?" Prilly balik bertanya namun ditelinga Ali justru terdengar seperti sindiran.
"Ya itukan dulu. Semenjak dekat sama kamu kan nggak pernah lagi aku ke sana." Bantahnya cepat. "Lagian kamu juga aneh masak aku mau kesana kamu santai-santai aja. Minimal cemburu lah." Rajuk Ali dengan wajah manyunnya.
Prilly menaikkan sebelah alisnya menatap Ali dengan tatapan datar khas dirinya. "Kenapa harus cemburu?" Tanyanya santai yang jutsru membuat Ali gelagapan.
"Karena kamu playboy?" Ali semakin gelagapan ketika Prilly mulai memojokkan dirinya. "Kalau kamu kembali ke sifat kamu yang itu ya sudah." Lanjut Prilly kelewat santai hingga membuat Ali menganga lebar.
"Bisa kamu sesantai itu ya?" Ali tak habis pikir dengan jalan pikiran Prilly. "Apa kedekatan kita selama ini nggak ada artinya buat kamu?" Tanya Ali tanpa menyembunyikan kekecewaan dalam setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Menghela nafasnya Prilly memilih kembali memfokuskan dirinya pada pekerjaannya yang masih lumayan banyak. Ia tidak punya waktu untuk meladeni sifat kekanakan Ali yang datang disaat yang tidak tepat.
Pria itu ingin ia cemburu? Apa dengan ia cemburu Ali akan mengurungkan niatnya untuk berkumpul dengan teman-temannya di club? Tentu saja tidak bukan, jadi apa gunanya pria itu menodongnya perihal cemburu jika Ali sendiri tidak berniat menjaga perasaannya.
Ali tersenyum miris, ternyata ia terlalu percaya diri selama ini. Ali terlalu yakin jika Prilly memiliki rasa yang sama dengannya ternyata wanita itu sama sekali tidak tertarik padanya. Miris sekali.
Tanpa mengatakan apapun Ali beranjak meninggalkan Prilly yang tampak tak terganggu dengan kepergiaan Ali. Wanita itu masih begitu fokus pada laptopnya sampai akhirnya gerakan tangan Prilly terhenti setelah Ali benar-benar pergi meninggalkan dirinya.
Prilly menatap sendu layar laptopnya, apa tindakannya kali ini salah? Apa ia terlalu abai pada perasaan Ali? Tapi kenapa Ali begitu bodoh sampai harus mempertanyakan perihal cemburu padahal jelas-jelas pria itu bisa melihat ketidaksukaan Prilly saat mendengar jika pria itu akan pergi dan berkumpul di club malam bersama teman-temannya.
Kenapa pria itu berubah kekanakan seperti ini?
Prilly tidak bisa lagi melanjutkan pekerjaannya lebih baik ia mencari udara segar sebentar untuk menenangkan kembali dirinya. Kondisi hati Prilly saat ini benar-benar tidak nyaman.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss🔥
RomanceCerita terbaru setelah 'Mrs. Aliandra' selesai. Jangan lupa dibaca, vote juga komennya ya, Insyaallah ceritanya nggak kalah seru dari cerita-cerita sebelumnya.. thanks♥️