Bab 13

1.7K 272 35
                                    


Ali sedang membaca berkas-berkas yang ada di mejanya, jujur memeriksa dan mencari kelemahan dalam sebuah kontrak kerja bukan pekerjaan sulit bagi Ali. Meksipun ia memilih jurusan arsitektur dahulunya tapi berkat kecerdasan otak yang ia miliki Ali mudah sekali memahami hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan jurusannya dulu.

Kening laki-laki itu tampak berkerut saat melihat bait demi bait yang menjadi isi kontrak ini tersusun dengan sangat rapi serta pasal-pasal yang begitu mengikat sehingga segala macam penyelewengan dapat teratasi dengan baik.

"Pintar juga tuh perempuan." Tanpa sadar Ali memuji kepintaran Prilly karena berkas ini adalah berkas yang dibuat oleh gadis itu selaku sekretaris juga orang kepercayaan pemimpin perusahaan.

"Pantas Papa pertahanin dia sebagai sekretarisnya." Lanjut Ali lagi.

Tiba-tiba terdengar pintu ruangannya diketuk dari luar tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas ditangannya Ali mempersilahkan yang mengetuk pintu ruangannya masuk.

Aroma mawar bercampur strawberry tiba-tiba menyeruak memenuhi ruangannya hingga membuat Ali menoleh dan ternyata Prilly yang sedang berjalan kearahnya membawa nampan berisi makanan yang ia minta tadi.

Ali baru sadar jika aroma yang menguar dari tubuh Prilly cukup manis menyapa indera penciumannya, jika biasanya wanita-wanita kenalannya akan memakai parfum-parfum mahal dengan berbagai macam aroma yang justru membuat Ali mual.

Ali menyukai wanita yang wangi namun wangi yang soft yang tidak membuat bulu hidungnya keriting seperti wangi Prilly ini. Lagi-lagi tanpa sadar Ali memuji wanita yang ingin ia taklukkan ini.

"Ini cemilan yang Bapak minta." Ucap Prilly sopan sambil meletakkan piring berisi aneka kue diatas meja Ali.

Prilly juga menyiapkan secangkir kopi untuk Bosnya itu. "Saya tidak tahu Bapak menyukai kopi manis atau pahit jadi saya menyiapkan kopi ini dengan kadar kemanisan yang standar." Jelas Prilly detail namun dengan wajah yang begitu datar.

Ali tak bisa melepaskan pandangannya dari wanita didepannya ini. "Lo nggak bisa senyum ya?" Tanya Ali menghilangkan keformalan di antara mereka.

Ali tidak bisa bersikap formal apalagi pada orang yang sudah terlebih dahulu ia kenal. Memang hubungannya dengan Prilly tidak dekat namun mereka sudah bertemu beberapa kali sebelumnya jadi wajar jika Ali blak-blakan seperti ini.

Prilly menatap Ali dengan tatapan datar khas dirinya. "Saya permisi Pak." Prilly memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Ali karena menurutnya tidak penting dan tidak berhubungan dengan pekerjaan.

"Tunggu! Lo bisa nggak sih sopan sedikit sama gue?" Ali tiba-tiba merasa panas karena lagi-lagi Prilly tidak menghargai dirinya. "Gue bos lo disini asal lo tahu!"

Prilly menghela nafasnya, ia harus bersikap profesional meksipun atasannya sekarang sangat jauh dari kata itu. "Maaf Pak." Ucapnya berniat menyudahi perdebatan ini karena hal ini benar-benar tidak penting.

"Saya bisa tersenyum karena saya manusia." Akhirnya Prilly memilih menjawab daripada pembicaraan ini berujung perdebatan. "Kalau begitu saya permisi Pak masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Permisi." Dan kali ini Prilly benar-benar beranjak dari ruangan Ali tanpa menghiraukan gerutuan pria itu.

"Dasar wanita sombong! Awas lo sekarang lo bisa nyuekin gue kayak gini lo liat aja besok, gue yakin lo bakalan ngemis-ngemis perhatian sama gue." Ucap Ali penuh kesombongan dan keyakinan tanpa sadar jika apa yang ia ucapkan suatu saat bisa menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

*****

"Prilly."

Prilly yang sedang berjalan menuju kantin kantor menghentikan langkahnya ketika mendengar seseorang memanggil namanya. "Iya Pak." Prilly berbalik dan membungkukkan sedikit badannya menyapa Pak Agung, sang manager yang sejak awal sudah menaruh perhatian pada Prilly.

"Kamu mau makan siang?" Tanya Agung basa-basi.

Prilly menganggukkan kepalanya, wajahnya masih datar seperti biasa. "Iya Pak." Jawabnya singkat.

Agung terlihat salah tingkah ditatap seperti itu oleh gadis pujaan hatinya. Usia Agung memang sudah dewasa namun ia masih lajang dan sejak Prilly bekerja disini ia sudah menaruh hati pada gadis ini namun sayangnya Prilly sangat sulit untuk ia dekati, buktinya sampai detik ini ia masih belum bisa melewati batasnya sebagai sesama rekan kerja. Prilly selalu membentangkan jarak diantara mereka.

"Kamu mau makan siang sama saya?"

"Dia makan siang sama saya Bosnya!"

Agung dan Prilly refleks menoleh ketika mendengar suara lain yang menjawab pertanyaan Agung. "Pak Ali?" Agung terlihat bingung.

Dengan gaya cool-nya Ali berjalan mendekati Prilly dan berdiri tepat disebelah Prilly yang sedang menatap aneh kearahnya.

"Lo sekretaris gue jadi sudah sewajarnya lo ngurusin gue lahir dan batin." Bisik Ali ditelinga kiri Prilly.

Prilly menaikkan sebelah alisnya ia terganggu dengan kalimat lahir batin yang keluar dari mulut laki-laki disebelahnya ini tapi sayangnya Ali hanya meliriknya sekilas tanpa menjelaskan lebih lanjut perkataannya tadi.

"Kalau begitu kami permisi dulu Pak Agung." Ali dengan sengaja membelit pinggang Prilly lalu menarik tubuh mungil itu hingga menabrak tubuhnya.

Prilly kembali dibuat terkejut dengan sikap semena-mena atasannya ini namun belum sempat Prilly menghempaskan tangan Ali yang memeluk erat pinggangnya laki-laki itu sudah terlebih dahulu menyeretnya pergi.

Agung hanya bisa mengepalkan kedua tangannya saat melihat gadis pujaannya berada dalam rengkuhan pria lain namun sayangnya ia tidak memiliki kuasa lebih untuk melawan putra tunggal Andre Nasution itu.

"Sial!" Umpatnya sebelum beranjak menuju kantin.

Ali tampak menoleh menatap ke belakang memastikan jika pria yang mengajak Prilly berbicara tadi sudah tidak ada disana. Prilly yang merasa tubuhnya semakin merapat ke tubuh Ali segera menginjak kuat kali Ali hingga refleks pria itu menjerit dan melepaskan belitan tangannya.

"Astaga! Gila lo ya!" Ali meringis sambil berjongkok memegang kakinya yang terlapisi sepatu namun rasa sakit itu benar-benar terasa nyata. "Kaki kayak kaki bebek aja sok nginjak kali gue lo, gue injak balik pincang lo." Dumel Ali masih dengan posisi berjongkok.

Prilly sendiri hanya menatap datar pria didepannya. "Saya peringatkan Anda Pak, lain kali kalau Anda lancang bukan hanya kaki Bapak yang saya injak."

"Terus apa?"

"Harga diri Bapak!" Jawab Prilly cepat sebelum beranjak meninggalkan Ali yang melongo sebentar sebelum tawa geli pria itu terdengar.

"Lama-lama lo manis juga ya Pril sayang aja lo sombong kalau nggak udah gue jadiin istri lo." Ucap Ali asal sebelum beranjak menyusul sekretarisnya.

*****

Kayaknya cerita ini kurang menari ya? Yang komen makin kesini makin sedikit padahal aku mood banget baca komen kalian loh bikin semangat ngetiknya terus idenya juga lancar.

Apa aku pending aja cerita ini? Aku udah usaha banget Update lebih dari 1x setiap harinya kalian nggak mau hargai itu dengan komen dan vote kalian? 🥺

My Boss🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang