Bab 25

1.8K 257 16
                                    

Malam harinya Prilly benar-benar datang ke rumah sakit untuk menjenguk Pak Andre. Ia datang dengan membawa satu parcel yang berisi aneka macam buah-buahan untuk Pak Andre juga satu buket bunga mawar segar yang berukuran sedang untuk Ibu Santi.

Prilly terlihat manis dengan dress berkerah sabrina yang panjangnya sampai dibawah lutut membuat penampilan Prilly terkesan begitu sopan namun sangat elegan. Riasan wajah gadis itu juga terlihat sesuai dengan gaun yang ia kenakan.

Tak lupa sling bag yang menggantung di bahu kanannya. Secara keseluruhan penampilan Prilly malam ini begitu cantik ditambah dengan rambut panjangnya yang ia biarkan tergerai indah dengan jepitan kecil berbentuk bulan sabit yang ia lekatkan di dekat telinga kanannya.

Prilly melangkah anggun menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar dimana Andre dirawat. Prilly sudah mengabari Santi jika malam ini ia akan datang sekaligus menanyakan kamar rawat atasannya itu sehingga ia tidak perlu bertanya pada perawat yang bertugas dimeja depan.

Prilly terus melangkah sampai akhirnya ia tiba dikamar yang ia tuju. Perlahan Prilly meletakkan parcel buahnya di kursi yang ada disebelah pintu lalu ia gunakan tangannya yang bebas itu untuk mengetuk pintu kamar.

Prilly menunggu beberapa saat sampai akhirnya suara lembut Santi terdengar dari dalam yang memintanya untuk masuk. Perlahan Prilly membuka pintu kamar lalu meraih kembali parcel buah miliknya untuk ia bawa masuk.

"Selamat malam Pak, Bu." Sapa Prilly dengan penuh kesopanan pada Santi dan Andre yang sepertinya sudah menunggu kedatangannya.

Prilly tidak melihat keberadaan Ali disana dan ia juga tidak mungkin untuk bertanya mengenai pria itu meskipun hatinya sedikit ingin tahu dimana pria itu. Beberapa hari terbiasa melihat Ali nyaris setiap detiknya membuat Prilly merasa janggal ketika hari ini nyaris seharian ia tidak melihat laki-laki itu terakhir mereka bertemu pagi tadi saat pria itu mengantarnya pulang ke apartemen.

Prilly berjalan mendekati ranjang lalu menyerahkan parcel juga buket bunga yang ia bawa pada Santi.

"Wah kamu repot sekali Nak. Terima kasih buketnya ya tau aja kamu kalau Ibu suka bunga mawar." Santi terlihat sangat bahagia menerima buket dari calon menantunya.

Prilly ikut tersenyum, syukurlah jika Santi menyukai sedikit buah tangan darinya. "Sama-sama Bu. Saya sama sekali tidak merasa direpotkan." Jawab Prilly yang membuat senyum Santi semakin mengembang lebar.

"Duduk dulu Pril. Sebentar lagi Ali balik, dia lagi beli makan malam sebentar." Ujar Andre seolah tahu jika Prilly memang sedang penasaran dengan keberadaan pria itu.

Prilly yang sudah biasa memperlihatkan ekspresi datarnya hanya menganggukkan kepalanya pelan lalu beranjak menuju sofa yang terletak tak jauh dari ranjang besar yang ditempati oleh Andre.

Santi tampak mengerling berusaha menggoda Prilly namun sayangnya gadis itu masih betah menampilkan ekspresi datarnya hingga membuat Santi kehabisan akal untuk membuat calon menantunya salah tingkah. Memang luar biasa sekali pengendalian emosi gadis ini.

"Bagaimana disana, semuanya lancarkan? Atau kalian terhambat kendala sesuatu disana?" Tanya Andre membuka pembicaraan mengenai pekerjaan yang langsung dimengerti oleh Prilly.

Ali sudah menjelaskan perihal di desa namun Andre sudah terbiasa mendengar penjelasan Prilly yang begitu detail dan terperinci seperti sekarang ini. Prilly bahkan tidak melewat insiden yang ia alami bukan bermaksud mencari simpati Prilly hanya terbiasa menceritakan sesuatu pada Andre tanpa melewatkan satu kejadian pun namun kali ini ia tentu saja melewatkan perihal traumanya yang sempat kambuh gara-gara keisengan putra Bosnya.

"Sekarang kamu sudah baik-baik saja Nak?" Tanya Santi sambil memperhatikan kaki Prilly.

Prilly menatap Santi lalu menarik kedua sudut bibirnya. "Sudah Bu. Kaki saya sudah seperti semula."

My Boss🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang