Bab 20

2K 268 15
                                    


Suasana di gedung utama AN Grup terlihat ramai seperti biasanya. Para karyawan terlibat berlalu lalang melintasi loby termasuk Anaya si anak magang yang terlihat begitu cantik hari ini. Sejak kejadian dimana ia berdebat dengan seniornya disini nama Anaya mulai dikenal di kalangan karyawan terutama karyawan perempuan.

Mereka masih penasaran dengan sosok Anaya yang menurut mereka terlalu berani untuk ukuran anak magang. Lihat saja bagaimana Anaya melangkah menyusuri loby dengan wajah cantik yang begitu menggemaskan.

Mereka juga tidak buta dengan barang-barang bermerek yang melekat di tubuh mungil itu. Jam rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya sudah menunjukkan jika Anaya bukanlah sosok sembarangan.

"Mbak Prilly kemana ya? Kok dari kemarin nggak kelihatan di kantor." Keluh Anaya saat tidak menemukan Prilly dimanapun. Anaya bahkan sudah menyambangi lantai dimana Prilly bekerja namun yang ia dapati meja wanita itu kosong melompong.

Anaya terlihat merengutkan wajahnya. Padahal ia tidak sabar ingin memberikan Prilly hadiah hasil porotannya dari Bram, Kakak kesayangannya.

Kemarin waktu ia jalan-jalan bersama Bram ia membeli sebuah tas ketika sedang memilih ia tiba-tiba melihat sepasang tas mungil yang hanya tersisa dua pasang tanpa berpikir panjang Anaya segera mengambil tas itu. Satu untuk dirinya dan satu lagi akan ia serahkan untuk Prilly.

Anaya tidak tahu kenapa ia bisa menyukai Prilly bahkan disaat orang lain menghujat Prilly ia justru membela wanita itu. Bagi orang lain Prilly adalah sosok wanita sombong namun tidak untuk Anaya, Prilly adalah ideal seorang Kakak perempuan yang selama ini ia inginkan.

"Kalau Mas Bram sama Mbak Prilly kira-kira cocok nggak ya?" Anaya berceloteh sendiri, secara tiba-tiba ia membayangkan jika Bram dan Prilly menikah. "Wah! Pasti seru kalau punya Kakak ipar kayak Mbak Prilly." Serunya lagi.

Karena terlalu larut dalam hayalannya, Anaya terus berjalan hingga tak sadar seseorang sedang berdiri didepannya.

Bruk!

Anaya terjatuh ke lantai sambil memegang jidatnya yang terasa sakit. Anaya merasakan sakit luar biasa pada bokong kecilnya. "Aduh! Ini siapa sih kenapa berdiri ditengah jalan?" Omel Anaya masih belum sadar jika yang ia tabrak barusan adalah punggung lebar Samuel, sahabat kakaknya yang lain.

"Anaya kamu ngapain disini?"

Anaya seketika menoleh ketika mendengar suara berat seseorang yang sangat ia kenali. "Kak Sam?" Beo Anaya dengan wajah memerahnya. Anaya masih dengan posisi yang sama, ia terlalu terkejut melihat Samuel berdiri menjulang dihadapannya.

Samuel adalah pria pertama yang mampu membuat jantungnya berdetak kencang. Samuel merupakan cinta pertama sekaligus cinta monyetnya Anaya. Anaya sudah menyukai pria itu bahkan sejak dirinya masih duduk dibangku sekolah menegang pertama.

Namun sayangnya Samuel selalu menegaskan jika dirinya hanya dianggap sebagai Adik, tidak lebih namun Anaya tidak pernah menyerah, ia selalu memperjuangkan cintanya pada Samuel.

"Aku kerja disini Kak." Jawab Anaya sambil beranjak dari posisinya. Anaya meringis pelan saat merasakan sakit dibagian bokongnya.

Samuel menatap datar gadis didepannya ini. Anaya masih semenggemaskan dulu. Samuel segera mengenyahkan pikirannya, ia tidak boleh seperti ini. Anaya hanyalah Adik baginya tidak lebih.

"Kak Sam ngapain? Mau jumpa Mas Ali?" Anaya sengaja membedakan panggilan antara Ali, Bram dan Samuel karena menurutnya Samuel jauh lebih berharga untuk dirinya.

"Jemput pacar." Jawab Samuel cepat.

Wajah sumringah Anaya sontak berubah sendu namun gadis itu tetap berusaha terlihat baik-baik saja didepan Samuel. "Oh--iya Kak." Anaya tak tahu harus memberikan tanggapan seperti apa karena lagi-lagi Samuel menyakiti hatinya.

My Boss🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang