"Terima kasih ya Mbak, mobilnya saya bawa."Dan akhirnya Prilly benar-benar menjual mobil sedan kesayangannya. Dengan berat hati ia membiarkan orang lain memiliki mobil itu.
"Iya Pak. Hati-hati Pak, tolong jaga dia baik-baik." Ucap Prilly sambil mengusap lembut mobil hitam itu.
Pria yang membeli mobil itu terlihat menganggukkan kepalanya. "Pasti Mbak. Terima kasih sekali lagi." Dan akhirnya mobil itu benar-benar hilang dari pandangan Prilly.
Prilly kembali menghela nafasnya, sebelum beranjak dari parkiran mobil menuju gedung dibelakangnya, gadis itu tampak menormalkan ekspresi wajahnya. Ia tidak ingin ada yang tahu bagaimana perasaannya sekarang.
Prilly masih berada di kantornya dan saat ini sedang istirahat untuk makan siang. Setelah merasa dirinya sudah lebih baik, Prilly berbalik dan melangkahkan kakinya memasuki kantornya lagi.
Seiring dengan langkah kakinya desas-desus mengenai dirinya kembali terdengar meskipun samar-samar ia masih bisa mendengarnya. Prilly kembali menghela nafasnya, harinya sudah buruk dan ia tidak ingin semakin memperburuknya dengan mendengar mendengar kalimat-kalimat menyakitkan dari karyawan disini.
"Lama-lama ngeliat dia gue rada kasihan deh." Kembali suara karyawan perempuan yang menggosipkan Prilly terdengar sedangkan Prilly sudah menghilang ke dalam lift.
"Ngapain lo kasihan sama dia! Dia begitu juga karena sifat sombongnya sendiri."
"Iya sombong banget dia mah nggak pernah mau gabung sama kita berasa pemilik perusahaan padahal cuma babu Pak Andre." Sahut temannya yang lain.
Anaya kebetulan sedang berada disana sejak mereka menggosipkan Prilly tampak mendengus kesal. "Mbak Prilly baik kok kenapa mereka jahat banget sama Mbak Prilly." Gumamnya pelan.
"Kalau bukan karena tubuhnya gue juga yakin Pak Andre nggak bakalan mau punya sekretaris modelan dia cantik sih tapi sombongnya itu loh kelewatan banget."
Anaya sudah mulai gerah dan tidak sanggup lagi mendengarkan omongan buruk mereka tentang Prilly. Sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepalanya, dengan santainya Anaya berjalan menuju perkumpulan karyawan perempuan yang sedang menggosipkan Prilly itu.
Anaya kebetulan sedang membawa dua cup kopi ditangannya. Ia baru saja kembali setelah makan siang bersama teman-temannya ia sengaja membeli dua cup kopi untuk menemani kerjanya dan sekarang sepertinya fungsi dari kopi itu mulai berubah, kopi itu tidak lagi berguna untuk dirinya namun untuk menyiram para karyawan itu.
Brak!
"Arrgh!!" Teriakan para perempuan itu terdengar diikuti dengan tubuh Anaya yang membungkuk dihadapan mereka.
"Aduh maaf Mbak saya kesandung!" Anaya memperlihatkan wajah penuh rasa bersalahnya supaya aktingnya semakin terlihat natural.
"Lo kalau jalan bisa hati-hati nggak sih hah? Lo nggak liat baju kita semua kotor gara-gara minuman sialan lo!" Wanita yang memakai pakaian paling ketat diantara teman-temannya itu berteriak memarahi Anaya.
Anaya sendiri terlihat tak gentar wajah ketakutannya tadi sontak berubah sumringah menatap wanita-wanita didepannya.
"Minuman saya nggak seberapa kotornya ketimbang hati dan mulut Mbak-Mbak cantik ini." Ujar Anaya yang membuat para karyawan itu terlihat shock dengan keberanian Anaya.
"Lo--"
"Mending Mbak-Mbak cantik ini tobat sebelum terlambat, mati nggak ada yang tahu loh Mbak." Potong Anaya lagi, Anaya terlalu berani untuk seorang karyawan magang tapi siapa yang perduli jika ia putus kontrak disini ia akan menghubungi Kakaknya untuk memaksa putra si pemilik perusahaan untuk menjadikannya sebagai karyawan tetap.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss🔥
RomanceCerita terbaru setelah 'Mrs. Aliandra' selesai. Jangan lupa dibaca, vote juga komennya ya, Insyaallah ceritanya nggak kalah seru dari cerita-cerita sebelumnya.. thanks♥️