Sepanjang perjalanan Ali tampak gelisah dan terlihat sama sekali tidak nyaman dengan suasana di dalam Bus yang begitu remang-remang belum lagi para penumpang yang sudah terlelap dan memperdengarkan suara dengkuran yang semakin membuat Ali tidak nyaman.Prilly bisa merasakan ketidaknyamanan Ali yang duduk disebelahnya. Prilly sudah meminta Ali duduk didekat kaca supaya lebih nyaman namun sayangnya pria itu justru menolak dan bersikap sok pahlawan dengan menyuruh Prilly duduk disana.
Ali sendiri sama sekali tidak pernah membayangkan jika dirinya akan berada dalam mobil yang menampung puluhan penumpang ini. Aroma-aroma tidak sedap juga sudah tercium sejak dirinya memasuki bus ini. Jangan bayangkan jika Bus yang mereka tumpangi adalah Bus-bus modern yang sering fyp di akun kalian.
Ali dan Prilly terpaksa harus memilih Bus jaman dulu karena belum ada rute Bus-bus modern itu ke lokasi yang akan mereka kunjungi. Ali nyaris turun dari bus ini jika tidak mengingat perkataan Prilly tempo hari perihal menginjak harga dirinya.
Ali tidak ingin Prilly semakin memandang rendah dirinya karena menolak ikut survei lapangan hanya karena fasilitas seperti ini.
"Bapak bisa duduk disini jika Bapak di nyaman disitu."
Ali menoleh menatap Prilly meksipun pencahayaan yang remang-remang namun Ali bisa melihat dengan jelas wajah datar khas gadis disebelahnya ini.
"Nggak perlu lo tidur aja." Ketus Ali sebelum mengalihkan pandangannya ke depan. Mau ditaruh dimana wajahnya jika ia setuju menukar posisi dengan Prilly.
Ali bukannya tidak tahu kernet yang berlalu lalang di lorong kecil bus itu sejak tadi menatap penuh minat kearah Prilly karena jujur saja penumpang yang menaiki bus itu rata-rata laki-laki sehingga ketika melihat Prilly jelas kernet itu sumringah.
"Bapak yakin?"
"Yakin banget gue! Udah lo tidur aja jangan banyak omong." Ali menarik kepala Prilly supaya rebah dipundaknya lalu menepuk kepala itu beberapa kali sebelum kembali menjauhkan tangannya.
Ali tidak sadar jika apa yang baru saja ia lakukan mampu membuat seluruh tubuh Prilly membeku. Jantung gadis itu tiba-tiba berdetak kencang, Prilly tidak tahu apa yang salah dengan dirinya namun perlahan matanya mulai memberat hingga akhirnya ia terlelap ditengah 'perang' di dalam otaknya.
Merasa pundaknya lebih berat dari tadi akhirnya Ali menoleh menatap Prilly yang sudah mendengkur halus. Tanpa sadar senyuman pria itu terbit, ia kembali menggerakkan tangannya untuk mengusap lembut pipi Prilly.
"Lo emang cantik banget minusnya lo sombong aja kelewat sombong sih kalau boleh gue jujur." Ali terkekeh kecil. "Tapi nggak apa-apa kesombongan lo terbayarkan dengan rupa cantik dan otak pintar lo." Lanjut Ali lagi.
Setelah puas menatap wajah cantik Prilly yang terlihat begitu polos ketika terlelap seperti sekarang ini, akhirnya Ali ikut menyenderkan kepalanya diatas kepala Prilly yang terlelap di bahunya.
Keduanya sama-sama terlelap sampai membuat kernet yang menargetkan Prilly sejak tadi itu hanya bisa menghela nafas pasrah.
"Orang cantik memang pasangannya sama orang ganteng." Ujarnya sebelum beranjak menuju kursi depan disebelah supir Bus.
"Kenapa muka lo?" Tanya teman supirnya.
"Biasa Bang patah hati gue." Jawab si kernet yang justru dibalas tawa serta hinaan dari sang supir.
Nasib-nasib.
*****
Menjelang subuh akhirnya Bus yang ditumpangi oleh Ali dan Prilly memasuki area pedesaan. Kondisi jalan yang sedikit rusak membuat body Bus terguncang hingga Ali yang masih terlelap terjaga.
Mata Ali terlihat menyipit menyesuaikan cahaya yang masuk sebelum akhirnya mata tajam itu benar-benar terbuka. Ali ingin merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku karena posisi tidurnya yang tidak nyaman namun seketika ia mengurungkan niatnya saat menyadari jika Prilly masih terlelap di bahunya.
Ali menundukkan kepalanya menatap Prilly yang ternyata masih begitu nyaman di alam mimpinya bahkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan kondisi jalan yang rusak yang membuat Bus beberapa kali nyaris oleng.
"Ternyata selain sombong Lo kebo juga kalau tidur ya?" Ejek Ali dengan kekehan gelinya.
Ali baru akan mengalihkan pandangannya saat ia melihat Prilly tiba-tiba memeluk tubuhnya sendiri. "Dingin.." Gumam gadis itu dengan mata masih terpejam.
Ali segera membenarkan posisinya tidur Prilly kini gadis itu sudah bersandar didadanya dengan Ali memeluk erat bahu gadis itu. Ali merapatkan jaket yang Prilly kenakan, ia juga berusaha menggapai tas Prilly yang diletakkan kakinya. Setelah mengupayakan seluruh tenaganya akhirnya Ali bisa meraih tas itu tanpa melepaskan pelukannya pada tubuh Prilly.
"Mana sih handuknya." Keluh Ali ketika tidak mendapati handuk yang ia inginkan. Ali terpaksa menyelimuti Prilly dengan handuk karena ia yakin gadis itu tidak membawa selimutnya.
Akhirnya ia menemukan benda yang ia cari dengan telaten Ali menutupi tubuh Prilly dengan handuk yang lumayan tebal. Prilly kembali tenang dalam tidurnya bahkan gadis itu terdengar mendengkur hingga membuat Ali tanpa sadar menarik sudut bibirnya membentuk senyuman yang terlihat begitu tulus.
Ali melirik jam dipergelangan tangannya masih pukul 4 pagi dan menurut perkiraan mereka akan tiba di desa sekitar pukul 8. Jarak yang mereka tempuh memang lumayan jauh bahkan sangat jauh dan setelah ini Ali tahu ia dan Prilly harus pulang pergi menyambangi desa ini sampai proyek yang mereka kerjakan benar-benar selesai.
Ali tersadar dari lamunannya saat merasakan kedua lengan kecil Prilly memeluk pinggangnya. Gadis itu masih terlelap jika terjaga tidak akan mungkin Prilly melakukan hal itu. Gadis sombong ini begitu anti dengannya. Jangankan memeluk dirinya seperti ini bercakap dengannya saja Prilly selalu enggan jika bukan Ali yang memulai duluan.
"Pak."
Ali menoleh menatap seorang penumpang yang tiba-tiba memanggil dirinya. "Iya?"
"Sepertinya istri Bapak masih kedinginan. Saya bisa pinjamkan selimut kalau Bapak mau." Pria yang usianya beberapa tahun diatas Ali itu terlihat ramah menyapa Ali dan menawarkan selimut untuk Prilly.
Ali yang notabene sangat anti dengan orang yang tidak ia kenal tentu saja menolak bantuan pria itu. "Tidak apa-apa Pak. Istri saya tidak akan kedinginan jika saya bersamanya. Terima kasih atas tawarannya." Ali menganggukkan kepalanya pada pria itu sebelum kembali memiringkan posisinya dan memeluk Prilly dengan erat.
Ali tidak tahu kenapa ia tidak suka jika ada yang menaruh perhatian pada gadis sombong dalam dekapannya ini. Benarkah ia hanya penasaran pada Prilly karena penolakan gadis itu? Memangnya kenapa kalau Prilly kebal dengan pesonanya? Bukankah Ali bisa lebih intens lagi menebarkan pesonanya sampai akhirnya Prilly luluh padanya?
Benar, Ali hanya perlu berusaha lebih kuat lagi supaya Prilly sadar akan pesona dan ketampanannya. Benar bukan?
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss🔥
RomanceCerita terbaru setelah 'Mrs. Aliandra' selesai. Jangan lupa dibaca, vote juga komennya ya, Insyaallah ceritanya nggak kalah seru dari cerita-cerita sebelumnya.. thanks♥️