Bab 19

1.8K 240 21
                                    


Tepat pukul 11 malam, Pak Burhan dan yang lainnya baru kembali ke rumah mereka masing-masing. Kini tinggallah Ali dan Prilly yang sudah terlihat mengantuk terutama Ali, pria itu benar-benar merasa lelah hari ini setelah begitu banyak kejadian yang ia lewati.

Prilly beranjak dari kursinya, ia ingin berjalan menggunakan satu kakinya menuju ke kamar. Ia tidak ingin merepotkan Ali lagi. Jujur, Prilly mulai merasa tidak nyaman dengan semua perhatian Ali, feeling-nya mengatakan jika pria itu sedang mengincar sesuatu darinya.

Prilly tidak tahu apa yang Ali inginkan darinya hanya saja ia ingin membatasi semuanya. Prilly tidak mau Ali terlalu jauh masuk ke dalam ranah kehidupannya.

Ali baru saja kembali dari dapur kecil yang ada di bagian belakang penginapan yang mereka tempati. Ali menyimpan gelas serta piring kotor yang mereka gunakan untuk menjamu Pak Burhan dan yang lainnya tadi.

"Lo mau ke kamar?" Tanya Ali yang dijawab anggukan oleh Prilly. Gadis itu terus berusaha melangkah meksipun nyaris sepuluh menit berlalu ia baru berhasil melangkah sekitar lima atau enam langkah. Pergelangan kakinya terasa nyeri dan menyakitkan setiap kali ia bergerak sehingga Prilly perlu meredakan sakitnya dalam setiap kali gerakannya.

Ali hanya bersidekap menatap gadis itu. Ia ingin tahu sampai dimana tingkah keras kepalanya Prilly namun sayangnya ia sendiri yang tidak tahan ketika melihat tubuh Prilly nyaris terjatuh ketika sebelah kakinya tak mampu lagi menahan bobot tubuhnya.

Prilly sontak terkejut saat kedua lengan kekar Ali kembali memeluk pinggang kecilnya. Jika tempo hari mungkin kedekatan mereka tidak akan sedekat ini karena posisi Prilly yang sehat walafiat tapi sekarang lihatlah bagaimana kedekatan wajah mereka yang bahkan nyaris menyentuh bibir masing-masing.

Keduanya tampak terpaku, Ali sungguh tidak sengaja ia tidak bermaksud melakukan kedekatan ini, sungguh ia hanya ingin menolong Prilly supaya gadis itu tidak terjatuh tapi siapa yang menyangka justru tindakannya ini membuat dirinya berakhir dengan saling bertatapan seperti ini.

Ali benar-benar terpaku dengan warna mata Prilly yang terlihat begitu indah ketika dilihat dalam jarak sedekat ini. Wajah mulus gadis ini benar-benar memanjakan mata Ali. Begitupula sebaliknya, Prilly tidak menyangka jika garis wajah Ali mampu membuat matanya tidak berkedip. Pria ini memiliki alis juga bulu mata yang begitu tebal dan lentik yang mampu membuat para wanita berdecak iri pada laki-laki ini.

Hembusan nafas mereka saling beradu, keduanya sama-sama bisa membaui aroma mint yang menguar dari mulut keduanya. Ali masih ingin berada dalam posisinya untuk kondisi yang lebih lama namun sayangnya Prilly sudah terlebih dahulu tersadar dan menjauhkan dirinya.

Ali sontak salah tingkah pria itu terlihat berdehem beberapa kali sebelum kembali melanjutkan niat awalnya yaitu membantu Prilly ke kamar.

Prilly tidak mengeluarkan suaranya sama sekali ketika Ali kembali menggendong dirinya menuju ke kamar. Wajahnya terlihat datar-datar saja seperti biasa berbeda dengan Ali yang tampak salah tingkah bahkan berkali-kali pria itu melirik Prilly yang begitu tenang dalam gendongannya.

Apa yang salah? Apakah Prilly benar-benar tidak silau dengan ketampanannya? Sudah sedekat itu jarak mereka tapi Prilly masih terlihat biasa-biasa saja, Ali yakin ada yang salah jika bukan pesonanya yang berkurang maka mata Prilly yang bermasalah.

"Gue tidur diruang tamu. Lo nggak perlu mikirin gue." Ujar Ali setelah menurunkan Prilly diatas ranjang. Prilly mendongak menatap Ali yang terlihat sibuk merapikan selimut untuknya.

Prilly tidak mengatakan apapun bahkan setelah Ali keluar dari kamarnya, gadis itu masih bungkam namun tatapan matanya tak teralihkan dari pintu kamar yang baru saja ditutup oleh Ali.

Diluar kamar tepatnya didepan pintu terlihat Ali yang menatap kesal daun pintu. Dengusan khas pria itu terdengar begitu kentara. "Dasar sombong nggak tahu terima kasih udah gue gendong juga bukannya makasih." Kesal Ali. "Bisa ya itu perempuan tingkat kepekaannya dibawah rata-rata, minimal basa-basi kek pas gue bilang tidur diluar. Ck! Dasar sombong." Setelah puas berdecak didepan pintu kamar akhirnya Ali berbalik menuju ruang tamu. Untuk malam ini biarkan saja ia yang mengalah, tidak apa-apa dia yang tidur disini yang penting Prilly bisa istirahat dengan nyaman dan kakinya cepat pulih seperti semula.

*****

Malam pertama mereka di desa sudah mereka lewati dengan tenang, pagi ini kondisi kaki Prilly benar-benar jauh lebih baik wanita itu sudah bisa berjalan meksipun masih tertatih namun ia jauh lebih baik daripada kemarin.

Pukul 5 pagi Prilly sudah keluar dari kamarnya, ia akan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Ali. Semalam selain membawa buah-buahan beberapa orang dari penduduk desa yang datang juga membawa bahan-bahan makanan untuk mereka meksipun sederhana tapi Prilly sangat berterima kasih.

Menurut penjelasan masyarakat disini mereka selalu menyediakan bahan makanan di rumah karena pasar disini letaknya lumayan jauh.

Prilly tidak apa-apa meksipun hanya memakan makanan sederhana namun ia sedikit cemas dengan Ali, ia takut pria itu tidak terbiasa dengan masakan sederhana.

Prilly sudah tiba di dapur yang letaknya tepat disebelah kamar yang ia tempati. Tanpa diperintah matanya sontak melirik kearah ruang tamu dimana badan besar Ali terlihat menggulung diatas kursi kayu yang ada diruang tamu. Dengan tubuh besarnya jelas Ali kesulitan untuk menyamankan posisinya disana dan entah kenapa Prilly merasa sedikit iba melihat kondisi atasannya itu.

Prilly melanjutkan niat awalnya keluar dari kamar. Gadis itu segera bergegas menyiapkan sarapan karena pagi ini mereka akan kembali meninjau lokasi dan bertemu langsung dengan pemilik-pemilik tanah untuk melakukan transaksi jika memungkinkan dan tidak terjadi pembatalan secara sepihak.

Bukan kali pertamanya Prilly mengalami hal-hal seperti itu, setiap pekerjaan tentu ada kendala atau masa dimana segala yang sudah dirancang dan diatur sedemikian rupa harus gagal hanya karena satu dua hal lainnya dan Prilly sudah menyiapkan diri untuk setiap kegagalannya itu.

Jika ia adalah orang yang mudah menyerah dan tidak memiliki keteguhan hati mungkin ia tidak akan merasakan kehidupan yang sekarang. Prilly memiliki jenjang karir yang bagus dan semua itu berkat kegigihan serta sikap tak mudah menyerah yang dimilikinya.

"Masa nasi goreng aja kali ya." Prilly bergumam sendiri. Ia mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng. Prilly membuat nasi goreng sesuai seleranya saja dan dia berharap Ali mau memakannya.

Karena sungguh Prilly belum bisa menebak kemauan atasannya itu berbeda dengan Pak Andre yang tidak banyak maunya sedangkan Ali setiap hari selera makanannya berubah-ubah.

Tak sampai setengah jam nasi goreng yang Prilly buatkan sudah tersaji diatas meja makan kecil khusus untuk dua orang yang menempel pada dinding kamar. Prilly menyukai interior penginapan ini, penginapan ini sepertinya benar-benar dirancang untuk pasangan yang ingin berbulan madu sehingga semua persediaan disini hanya tersedia untuk dua orang saja.

Setelah semuanya beres, dengan langkah tertatih Prilly berjalan menuju ruang tamu dimana Ali masih terlelap.

"Pak bangun!" Prilly bersuara membangunkan Ali tanpa menyentuh pria itu namun sayangnya Ali sama sekali tidak terusik dengan suara Prilly bahkan ia semakin mengeluarkan dengkuran halusnya.

Menghela nafasnya Prilly kembali memanggil atasannya itu namun kali ini ia memberanikan dirinya untuk menyentuh lengan pria itu. "Pak bangun ini sudah pagi."

"Bentar lagi Mama!"

Prilly tersentak kaget refleks ia menjauhkan tangannya dari lengan Ali. Pria itu sedang menggerutu dengan mata terpejam. Ali mengira yang membangunkannya adalah Santi, Ibunya.

Mata bulat Prilly terlihat berkedip-kedip beberapa kali saat Ali menyentakkan selimutnya hingga memperlihatkan bagian atas tubuh pria itu yang polos. Belum sampai disitu kembali Ali menendang selimutnya hingga kini kain tebal itu terperosok ke lantai.

Kali ini tidak hanya terkejut namun Prilly nyaris terkena serangan jantung saat melihat tubuh besar Ali yang hanya berbalut celana dalam. Pria itu tidur hanya dengan mengenakan celana dalam yang menutup sesuatu yang 'menggunung' di selangkangan pria itu.

Prilly tak kuasa menahan jeritannya saat Ali berniat memasukkan tangannya ke dalam celana dalamnya. "Arrghhh!!!!"

*****

My Boss🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang