Bab 24

1.6K 237 14
                                    


Pukul 7 pagi Ali dan Prilly sudah tiba di terminal kota. Ali sudah dijemput oleh supir pribadi keluarganya sedangkan Prilly berencana kembali ke apartemennya dengan menggunakan taksi.

"Lo ikut gue!" Ali menarik tangan Prilly lalu membawa gadis itu berjalan menuju kearah mobilnya.

"Pak saya bisa pulang sendiri. Bapak langsung ke rumah sakit saja." Prilly berusaha menahan keinginan Ali yang ingin mengantarnya pulang.

Ali terlihat tidak menghiraukan perkataan Prilly, pria itu terus menyeret Prilly menuju mobilnya. Akhirnya Prilly hanya bisa pasrah dan menuruti keinginan Bosnya ini.

"Apartemen lo dimana?" Ali bertanya saat mereka sudah berada didalam mobil. Prilly menyebutkan alamat apartemennya pada Ali lalu pria itu memerintahkan supir pribadinya untuk menuju ke apartemen Prilly.

Sepanjang perjalanan Ali terlihat tidak tenang, pria itu tiba-tiba berubah menjadi pendiam dan Prilly tahu saat ini Ali sedang mencemaskan kondisi Ayahnya. Beberapa kali Prilly menolehkan kepalanya hanya untuk sekedar memastikan keadaan Ali meskipun pria itu ada disampingnya namun Prilly tahu saat ini hati dan pikiran pria itu tidak disini.

"Lo nggak mau sarapan dulu?" Tiba-tiba Ali menoleh dan bertanya padanya. Prilly yang sedang menatap Ali jelas membuat tatapan mereka beradu namun tidak seperti wanita pada umumnya yang mungkin akan segera mengalihkan pandangannya dan memilih berpura-pura tidak melihat berbeda dengan Prilly wanita itu justru menatap lekat wajah atasannya yang terlihat lelah namun sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanannya.

Ali yang tidak tahu jika Prilly memperhatikan dirinya ketika tatapan mereka bertemu dan beradu seperti ini alih-alih membuat wajah Prilly bersemu justru dirinya yang tampak salah tingkah. Ali tidak tahu kenapa tapi dirinya benar-benar lemah jika ditatap oleh Prilly seperti ini.

"Saya tidak terbiasa sarapan pagi Pak. Kalau pun ada saya hanya minum susu hangat dan selembar roti tawar." Jelas Prilly rinci kebiasaannya di pagi hari. Prilly bukannya malas memasak ia hanya tidak suka makan sendirian sehingga ia lebih memilih membeli atau makan diluar daripada dirumahnya.

Ali mengangguk kaku. "Baiklah. Setelah ini lo istirahat perihal laporan lo bisa kerjain besok hari ini gue kasih cuti khusus buat lo." Ali mengalihkan pandangannya setelah berbicara dengan Prilly. Jantungnya tidak kuat jika terus beradu tatapan dengan gadis disebelahnya ini.

"Terimakasih Pak tapi saya akan mengerjakan laporan hari ini dan paling lambat nanti malam laporan itu akan saya kirimkan ke email Bapak." Prilly tidak suka menunda-nunda pekerjaan, jika ditanya dirinya lelah tentu saja ia akan menjawab lelah namun pekerjaan tetap nomor satu untuknya sehingga tak heran jika selama ini Andre begitu mempercayai dirinya.

Ali menghela nafasnya, ia sudah tahu tingkat keras kepalanya sekretarisnya ini sehingga ia membiarkan saja apa yang ingin Prilly lakukan. "Iya terserah lo aja! Asal jangan sampai lo sakit." Entah sadar atau tidak perkataan Ali barusan yang terselip perhatian kecil itu membuat kedua tangan Prilly bergetar dan berubah dingin.

Jantungnya juga tiba-tiba berdetak kencang, Prilly tidak tahu perasaan apa ini tapi ia tidak merasa takut seperti biasanya karena alih-alih merasa takut Prilly jutsru merasa seperti berdebar namun terasa begitu menyenangkan.

Normalkah ini?

****

Akhirnya Prilly kembali ke apartemennya setelah beberapa hari meninggalkan tempat ternyaman nya ini. Prilly hanya mengucapkan terima kasih pada Ali saat mereka tiba di didepan gedung apartemennya. Prilly sengaja tidak mengajak Ali masuk karena pria itu harus segera menghampiri Ayahnya dirumah sakit.

Prilly juga berencana menjenguk Andre nanti malam. Sekarang ia hanya ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu lalu beristirahat, semalam ia tidak bisa tidur nyenyak karena Ali kerap kali mengerang gelisah didalam tidurnya sehingga membuat Prilly terjaga sepanjang malam untuk menenangkan pria itu.

My Boss🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang