Kondisi Andre mulai membaik namun pria itu masih tetap harus berada dibawah pantauan Dokter. Santi terlihat begitu setia menemani suaminya. Andre didiagnosa menderita penyakit serius dibagian organ tubuhnya namun hasil pasti belum keluar sehingga Dokter tidak bisa memastikan penyakit apa yang diderita oleh pemilik AN Grup itu."Udah enakan Pa?" Tanya Santi pada suaminya.
Andre yang terbaring lemah diatas ranjang menganggukkan kepalanya pelan. "Putra kita kira-kira kapan menikah ya? Papa takut waktu Papa nggak cukup untuk melihat putra kita menikah." Ujar Andre tiba-tiba.
Santi menepuk pelan lengan suaminya. Ia tidak suka ketika suaminya berbicara seperti itu seolah-olah mereka akan berpisah saja. "Papa pasti sembuh dan panjang umur sampai kita ngeliat cucu-cucu kita nanti." Seru Santi sedikit keras. Wanita itu sedang meredam rasa marah juga rasa takutnya, ia tidak ingin suaminya pergi meninggalkan dirinya.
Andre terkekeh pelan, wajah pucat pria itu sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanannya. Sekarang kita tahu dari mana asal pesona dan ketampanan Ali yang begitu memanjakan mata itu.
"Mama nggak suka Papa ngomong gitu!" Suara Santi mulai bergetar. Perasaannya sudah kalut sejak siang tadi dimana kondisi suaminya sempat drop bahkan Andre sampai kehilangan kesadarannya akibat rasa sakit yang menyerang tubuhnya dan sekarang ketika sudah sadar pria itu justru membicarakan hal-hal yang menakutkan seperti ini.
Andre tersenyum kecil, ia jadi merasa bersalah saat melihat istrinya mengusap wajahnya dengan kasar. Santi adalah wanita paling keras kepala yang pernah ia kenal namun begitu hati istrinya ini begitu rapuh sehingga tak jarang wanita yang sudah ia nikahi puluhan tahun lalu ini menitikkan air matanya meskipun untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu.
Andre tidak bermaksud membuat istrinya menangis seperti ini namun ia hanya ingin Santi menyiapkan diri jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Jika boleh memilih tentu Andre tidak ingin meninggalkan istrinya sendirian tapi jika Tuhan sudah berkehendak siapa yang bisa menolaknya? Tidak ada.
"Loh Mamanya Ali kok jadi cengeng gini sih? Duh kalau anaknya tahu pasti diledekin tujuh hari tujuh malam ini." Andre mulai bercanda bermaksud supaya Santi menghentikan tangisannya namun alih-alih berhenti tangisan wanita itu justru semakin kencang.
Andre tidak bisa berbuat banyak selain meraih tangan istrinya lalu menggenggamnya erat. Andre tidak bisa memeluk Santi disaat tubuhnya terpasang berbagai macam alat yang membuatnya kesulitan untuk bergerak.
"Mama wanita kuat Papa tau itu." Santi mendengar suara tulus suaminya namun ia tidak menoleh, hanya tangisannya yang terdengar semakin pilu. "Papa yakin Mama pasti mampu melewati apapun yang terjadi dengan atau tanpa adanya Papa." Suara tulus Andre terdengar tercekat dan hal itu berhasil membuat tangisan Santi semakin terdengar pilu.
Mereka sama-sama tahu jika kondisi saat ini benar-benar tidak menguntungkan untuk mereka. Santi merasa jika detik-detik ia kehilangan suaminya sudah terasa semakin dekat meksipun berkali-kali ia enyahkan pikiran itu namun hatinya terus membisikkan kata-kata kehilangan yang membuat dadanya sakit luar biasa.
"Pa--pa pasti sembuh! Ma--ma yakin." Santi berucap disela isak tangisnya. Santi menutup wajahnya dengan telapak tangan supaya Andre tidak melihat wajah pilunya namun sayangnya sejak tadi ekspresi yang ditampilkan suaminya sama pilu dan sakitnya dengan apa yang dirasakan oleh Santi.
Keduanya sama-sama merasakan hal yang sama tapi sebagai manusia mereka hanya bisa pasrah namun jika boleh meminta Andre ingin Tuhan memberikannya kesempatan setidaknya sampai ia melihat putra kesayangannya menikah.
Andre sangat berharap sebelum ia benar-benar pergi, Ali sudah menemukan tambatan hatinya. Andre tidak ingin putranya terus berkubang dalam kemaksiatan, sebagai seorang Ayah ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa mendidik anaknya dengan baik dan untuk terakhir kalinya Andre memohon supaya Tuhan memberikannya sedikit waktu.
Hanya sedikit saja, jika putranya sudah menikah maka Andre ikhlas jika dirinya dipanggil untuk pulang.
*****
Sepanjang malam Ali tidak memejamkan matanya. Pikirannya tidak bisa tenang sedikitpun, sejak menaiki Bus tadi perasaannya sudah benar-benar gelisah namun Ali berusaha untuk menghalaunya namun semakin menjelang malam dan suasana di Bus sudah mulai hening membuat perasaan gelisah itu semakin terasa.
Berkali-kali Ali menghela nafasnya lalu memaksakan diri untuk terlelap seperti Prilly yang sayangnya tidak bisa Ali lakukan. Pria itu benar-benar terlihat gelisah sekali.
"Bapak kenapa? Kedinginan?" Tanya Prilly yang terjaga karena Ali kerap kali mengganti posisi duduknya.
Ali menoleh menatap Prilly sekilas lalu menggeleng pelan. "Nggak bisa tidur aja. Lo tidur lagi gih perjalanan kita masih jauh sekali." Ujar Ali sambil membenarkan posisi duduknya.
Suasana di dalam mobil Bus terlihat remang-remang cenderung gelap sehingga Prilly tidak bisa melihat wajah Ali saat ini tapi ia yakin pria ini gelisah karena cemas memikirkan kondisi Ayahnya.
Prilly melepaskan sebelah headset yang ia kenakan lalu ia pasangkan pada sebelah telinga Ali hingga membuat pria itu menoleh menatap bingung kearah Prilly.
"Saya kalau lagi nggak bisa tidur, biasanya dengerin ini Pak." Prilly menyebutkan salah satu nama lagu sendu yang menjadi favoritnya selama ini. "Saya nggak tau juga apakah Bapak bisa seperti saya namun saya tidak ada salahnya jika Bapak mencobanya." Lanjut Prilly lagi.
Ali menganggukkan kepalanya lalu berusaha menyamankan posisinya dengan mendengarkan lagu yang Prilly perdengarkan padanya. Perlahan perasaannya mulai sedikit membaik. Prilly juga merasa lega karena Ali sudah mulai sedikit tenang.
Baru saja ia ingin memejamkan kembali matanya tiba-tiba ia merasakan genggaman hangat pada tangan kanannya. "Gue biasanya pegang tangan Mama gue kalau nggak bisa tidur." Jelas Ali tanpa perlu Prilly pertanyakan atas tindakan pria itu. "Buat malam ini aja ijinin gue megang tangan lo karena disini gue cuma punya lo." Ali berkata dengan sungguh-sungguh, tatapan matanya tak lepas dari mata bulat Prilly yang sejak tadi menatap kearahnya.
Prilly tidak mengatakan apapun lagi, namun perlahan ia membalas genggaman tangan Ali yang menggenggam tangannya begitu erat seolah-olah ia takut jika Prilly akan meninggalkannya. Keduanya sama-sama memejamkan matanya namun tanpa Prilly tahu diam-diam laki-laki yang memegang tangannya itu tersenyum sebelum matanya terasa berat hingga akhirnya ia terlelap.
Perlahan Prilly membuka matanya, ia menatap lekat kearah tangannya yang berada dalam genggaman Ali. Setelah puas menatap tangannya ia beralih menatap kearah Ali yang terpejam dengan kepala mengangguk-angguk karena jalan yang dilalui Bus tidak rata.
Prilly merasa kasihan sehingga ia meraih kepala Ali lalu ia rebahkan diatas bahunya. Posisi mereka seperti berbalik jika malam itu Prilly yang terlelap di bahu Ali maka malam ini giliran Ali yang bersandar nyaman di bahu kecil Prilly.
Prilly tidak bermaksud apa-apa ia hanya kasihan melihat atasannya ini. Ali sedang kalut dan ia bisa merasakannya, sebebal-bebalnya Ali ia merupakan seorang anak yang sangat menyayangi orang tuanya sehingga ketika orang tuanya sakit jelas Ali tidak akan merasa tenang.
"Papa.."
Prilly kembali mengalihkan pandangannya pada Ali yang mengigau memanggil Ayahnya. Prilly tidak tahu harus melakukan apa ia hanya bisa diam membiarkan Ali tenang dengan sendirinya. Namun sayangnya Ali mulai merasakan kembali kegelisahannya hingga mau tidak mau Prilly menenangkan pria itu.
Prilly mengusap-usap lembut kepala Ali lalu bersenandung pelan. Ia melepaskan headset ditelinga Ali kini ia menenangkan Ali dengan suara lembutnya dan ternyata berhasil. Pria itu mulai tenang dan tertidur dengan pulas tanpa sadar Prilly menyunggingkan senyumannya melihat wajah polos Ali.
"Saya yakin semuanya akan baik-baik saja Pak." Bisik Prilly sebelum dirinya ikut memejamkan matanya dan menyusul Ali ke alam mimpi.
*****
PO clo-1 khusus hari Jumat dan spesial hari lahir Ibu-nya Kak Maura!!
Harga PO 55k tapi khusus hari ini PO cerita ini hanya 70k+1pdf lain bebas milih. Slot hanya untuk 3 orang beruntung silahkan list nama ke wa +62 821-6196-6480.
Cerita ini bakalan tetap lanjut sampai Bab 35 atau 40 seperti biasa tapi tetap full ceritanya di pdf.
CATATAN!! YANG PO WAJIB SABAR!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss🔥
RomanceCerita terbaru setelah 'Mrs. Aliandra' selesai. Jangan lupa dibaca, vote juga komennya ya, Insyaallah ceritanya nggak kalah seru dari cerita-cerita sebelumnya.. thanks♥️