√20. GAZEBO

24 2 0
                                    

Happy Reading









































Entah ini menjadi takdir atau hanya kebetulan, saat ini di luar sedang hujan deras hingga membuat anggota lexxa yang ingin pulang mengurung kan niatnya.

"Nginep aja lah". Ucap Sheva memecahkan keheningan.

"Gimana? ". Tanya maxim kepada yang lainnya.

"Kalo menurut gua nginep aja, lagian hujannya deres banget gue takut ada apa-apa". Ucap Dylan mengusulkan pendapat nya.

Perkataan itu diangguki oleh natha dan reza mereka setuju dengan pendapat Dylan.

"Menurut lo gimana ris? ". Tanya Edgar ke haries.

"Gue setuju sama Dylan". Ucap haries yang sekaligus menjadi keputusan yang disepakati.

"NAHHH GITU DONG GUYSS". Teriak valio dengan senang sambil membawa PS ditangan nya.

"Kalo gitu mari kita main". Ucap valio sambil melempar salah satu stick PS nya ke maxim, dengan cekatan maxim menerima lemparan itu.

"Sev, ambilin mainan lainnya". Perintah valio ke sheva.

Sheva berdecak malas namun ia tetap menuruti perintah itu dan mengambil banyak jenis mainan seperti monopoli, catur, kartu remi, uno dll.

Vero yang sedari tadi diam dan memperhatikan kelakuan teman-temannya itu tiba-tiba beranjak dari duduk nya dan kemudian ia berjalan mendekat ke arah reza dan duduk di samping nya.

"Ayo siapa yang mau main? ". Ucap vero sambil mengambil kartu remi dan mengocok nya.

"Gue mau ikut". Ucap Dylan.

"Gue juga". Ucap natha juga ingin ikut bermain.

Vero menoleh kearah reza yang diam saja sedari tadi, yang ditatap mu merasa mulai tak nyaman dan akhirnya berkata.

"Gue ikut juga". Ucap reza memutuskan ikut permainan ini.

"Ris lo main sama gue aja". Ucap Edgar memohon.

"Gak, gue mau ke toilet". Ucap haries lalu berdiri dan pergi meninggalkan Edgar dan yang lainnya.

"Hahahaha". Tawa Revan terdengar.

" Kasian banget sih lo ". Ucap Revan menertawakan Edgar.

"Anjing lu ya, gak usah nge sok deh lo". Kesal Edgar.

Revan yang merasa bosan tiba-tiba mengambil stick PS yang ada di tangan valio dan maxim, dan salah satu stick itu ia lemparkan ke arah Edgar.

"Ayo lawan gue". Ucap Revan sudah bersiap duduk manis didepan layar TV.

"Dih siapa takut". Ucap Edgar lalu segera duduk di samping Revan.

"Bajingan Revan". Umpat valio kesal.

"Main ini aja". Ucap maxim sambil mengambil papan catur lalu meletakkannya didepan nya.

"Okelah". Ucap valio menyetujui nya.

Lihat lah siapa sangka hal seperti ini akan terjadi, mereka bermain bersama tanpa memperdulikan mereka itu musuh atau bukan, pada intinya mereka bersenang-senang dan melupakan sejenak masalah yang terjadi.

∆∆∆∆

Di sisi lain haries berjalan ke arah belakang bukan nya mencari letak toiletnya ia malah mencari seseorang, dan tak sengaja ia melihat salah satu pelayan di sana dan ia pun menghampiri nya.

"Bi, marven kemana ya? ". Tanya haries tanpa basa basi.

"Eh nak haries ya, marven nya di taman belakang". Ucap pelayan tersebut sambil menunjukkan arahnya.

"Oh gitu ya, makasih". Ucap haries lalu pergi meninggalkan pelayan tersebut, tapi ia sempat berpikir bagaimana bisa pelayan itu tau namanya.

Haries tak banyak berpikir ia pun berjalan ke arah yang sudah ditunjukkan tadi, sesampainya disitu haries membuka pintu keluar menuju taman itu, saat membuka pintu tersebut hawa dingin langsung menerpa kulit haries.

Ia melihat seseorang berdiri di gazebo ditengah taman itu, haries yang melihat orang yang dicari nya segera menghampiri nya.

Dengan keadaan sedikit basah, Kini haries sudah berdiri tepat dibelakang marven.

"Ngapain kesini? ". Tanya marven yang menyadari kedatangan haries.

"Kemana aja lo selama ini? ". Ucap Haries balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan marven barusan.

Marven berbalik lalu menatap haries, ia pun berjalan mendekat dan cukup lama ia menatap haries hingga tiba-tiba marven mendekap haries.

Haries yang kaget tiba-tiba dipeluk reflek ia memberontak namun dekapan itu makin kuat, Marven tak membiarkan nya pergi.

"Lepasin gue ven, nanti ada yang liat". Ucap haries.

"I miss you babe". Ucap marven lirih dan tak peduli dengan sekitar.

Seluruh tubuh haries tiba-tiba membeku, jantung nya pun berpacu dengan cepat setelah mendengar nya.

Haries yang mulai merasa nyaman perlahan ia membalas pelukan itu, kini ditengah hujan yang deras mereka saling memberi kehangatan, melepaskan rasa rindu yang selama ini menyelimuti mereka.

Marven perlahan melepas kan dekapan itu, ia kembali menatap haries, tatapan marven tak bisa dijelaskan dengan kata-kata banyak hal yang ada di dalam diri marven.

Perlahan kedua tangan marven mengusap lembut pipi haries, tatapan itu semakin dalam sehingga marven semakin mendekat kan wajahnya saat bibir mereka hampir bertemu marven kembali sadar dengan apa yang ia perbuat, dan menjauhkan kembali wajahnya.

Marven mengusap kasar wajahnya, ia harus menahan diri itulah yang ada dipikiran marven saat ini.

"Sorry, gue seharusnya bisapphh". Ucap marven namun tiba-tiba terpotong dengan tindakan haries.

" Cup "

Haries yang sudah tidak tahan dengan dorongan yang ada dalam dirinya, ia dengan beraninya mengecup singkat bibir marven.

Marven yang terkejut bukan main, tanpa aba-aba menarik tengkuk haries dan membalas ciuman yang barusan menurut nya masih kurang.

"Cupppmhh"

"Mhhh"

Ciuman itu semakin panas sebab marven menuntut lebih, ia memperdalam ciuman itu mengabsen setiap gigi haries dan saling bertukar saliva.

Sedangkan haries menerima itu dengan senang hati, ia mengikuti permainan lidah marven yang sangat baik.

"Cupppmhh"

Marven yang merasa haries sudah mulai kehabisan pasokan oksigen menghentikan kegiatan nya, marven mengusap bibir haries membersihkan bekas salivanya.

"Udah mulai berani sekarang". Ucap marven sambil mengusap rambut haries karena gemas.

"Huh, gue kelepasan tadi". Ucap haries mengelak.

Ada jeda beberapa saat sebelum haries tiba-tiba berkata.

"Jangan pergi lagi". Ucap Haries tiba-tiba.

Mendengar itu marven tersenyum, kemudian ia mengecup kening haries dilanjut mengecup kedua mata haries dan terakhir mengecup lembut bibir haries.

"I will always be beside you haries". Ucap marven sambil mendekap haries sekali lagi.

Mendengar itu hati haries kembali tenang, dan ia berpikir itu semua berkat marven, hanya satu hal yang ada di benak haries saat ini, ia tak mau kehilangan marven walaupun ia masih bimbang dengan perasaan nya.










































See u next chapter 👋👋

VIOLATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang