√30. KEBENARAN {2}

18 2 0
                                    

Happy Reading


Waktu terasa berlalu dengan cepat kini seluruh siswa mulai meninggal kan area sekolah untuk kembali ke rumah masing-masing.

"nongkrong gak?, " tanya Edgar pada haries yang masih mengemasi barang nya.

"gak dulu," balas haries.

"yaudah, gue cabut dulu, " ucap Edgar setelah menyalami haries dan reza.

Setelah memastikan Edgar telah keluar kelas reza pun akhirnya memutuskan untuk bertanya pada haries.

"lo yakin mau mutus hubungan sama marven, " tanya reza tanpa menatap haries.

"dari awal emang gak punya hubungan kan, " balas haries.

"terserah, tapi gue gak bodoh, " ucap reza membuat haries langsung menatap nya "gue balik dulu, " lanjut reza sebelum pergi meninggalkan haries sendiri di kelas.

Setelah diam sebentar untuk mencerna ucapan reza, haries pun segera keluar dari kelas untuk pulang ke apartement nya.

Sesampainya di halaman sekolah haries baru ingat bahwa ia tidak membawa kendaraan ke sekolah karena tadi pagi ia berangkat bersama Edgar.

Mengingat hal tersebut ia sedikit menyesal karena menunggu terlalu lama di dalam kelas dan pasti teman-temannya juga telah pulang semua, di tengah-tengah kebingungan nya tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di depan nya.

Jendela mobil itu terbuka dan haries melihat orang itu yang ternyata adalah seorang perempuan "haries, " panggil orang itu dari dalam mobil.

"i-iya kak," balas haries dengan gugup karena ia sangat ingin menghindari orang itu.

"mau pulang kan, ayo kakak anter, " tawar kak Vanka.

"terimakasih, tapi gak usah, " tolak haries sebelum ia memutuskan untuk pergi menjauh dari mobil kak Vanka.

Namun sebelum haries benar-benar pergi "sepertinya kamu tau siapa aku, " ucap kak Vanka membuat haries reflek berhenti.

"naiklah, gak perlu takut, " lanjut kak Vanka lalu segera membuka pintu mobilnya.

Melihat pintu mobil yang sudah terbuka membuat haries merasa tidak enak jika harus menolak lagi, entah kemauan darimana akhirnya haries masuk ke dalam mobil itu.

Sedangkan kak Vanka yang melihat haries telah duduk di samping nya segera kembali menyalakan mobilnya lalu berjalan meninggalkan area sekolah.

~

Sejak mobil berjalan tak ada satupun di antara mereka memulai topik pembicaraan sampai akhirnya Kak Vanka memulai nya lebih dulu.

"kamu lagi marahan ya sama marven, " ucap kak Vanka membuat haries reflek menoleh karena terkejut.

"kayaknya iya, kalo gitu maaf, " ucap kak Vanka karena haries tak menjawab sama sekali.

"kamu mau denger cerita gak?, tapi tenang aja aku gak berniat ngebujuk kamu kok, kakak bingung mau cerita ke siapa karena gak sembarangan orang boleh tau cerita ini, " jelas Kak Vanka.

"boleh kak, tapi kenapa aku termasuk bukan sembarangan orang?, " balas Haries akhirnya setelah lama ia diam saja.

Sebelum menjawab Kak Vanka tersenyum tipis "karena marven suka kamu, " goda kak Vanka membuat haries bingung harus bereaksi seperti apa.

"gak gak bercanda, " ucap kak Vanka agar haries tidak tegang-tegang amat.
mendengar itu haries kembali bernafas lega namun tetap saja masih terasa ada yang salah.

"haries aku gagal untuk jadi kakak yang baik buat marven, selama ini aku selalu lari dari masalah tapi marven dia selalu menghadapi nya bahkan ia menyelesaikan masalah yang seharusnya aku yang harus hadapi, " jelas Kak Vanka dan dengan setia haries tetap mendengarkan nya.

"10 tahun telah berlalu setelah kakak meninggal kan keluarga kakak sendiri, tanpa memikirkan kedepannya secara tidak langsung kakak seperti mengekang hidup marven, " lanjut nya dan kini mata Kak Vanka mulai berkaca-kaca.

Haries yang menyadari itu segera menyuruh Kak Vanka untuk berhenti lebih dulu, dan saat mobil itu telah berhenti di pinggir jalan Kak Vanka segera menyeka air matanya.

"jangan di lanjut Kak," ucap haries.
Kak Vanka mendengar itu menggelengkan kepala nya "gak bisa ris, kakak selalu bersikap kuat kalo di depan marven, perasaan bersalah ini gak bisa hilang, tapi setelah kakak tau marven mulai bergaul dengan teman seumuran nya hati kakak rasanya lega, " jelas Kak Vanka.

Kak Vanka mencoba diam sesaat menenangkan dirinya sendiri dan setelah perasaannya kembali normal ia kembali menjalankan mobil nya.

"maaf udah buat kamu gak nyaman, " ucap kak Vanka.

"gak kok, " balas haries sambil memeberikan senyuman.

Melihat itu kak Vanka ikut tersenyum "di depan itu kan apartement mu, " tanya kak Vanka sambil menunjuk nya.

"iya, eh kok kakak tau?, " tanya haries karena sedari tadi kak Vanka tak bertanya alamat rumahnya sama sekali.

"dari marven, " jawab Kak Vanka.

Haries yang mendengar nama itu lagi semakin membuat nya tak bisa melupakan marven, dan sampai akhirnya mobil Kak Vanka telah berhenti tepat di depan lobi apartement nya.

"makasih Kak, " ucap haries.

"lain kali kakak boleh cerita lagi kan, " ucap Kak Vanka.

"boleh, tapi jangan di mobil lagi, " balas haries membuat Kak mengangguk setuju.

"emm, kalo saran kakak mending kamu ngobrol berdua sama marven, kakak paham kamu takut dan kecewa sama dia kan, " jelas Kak Vanka sebelum haries keluar dari mobil nya.

"sekali lagi makasih ya kak, " balas haries tanpa menanggapi ucapan Kak Vanka.

Sedangkan Kak Vanka yang paham hanya bisa menganggukkan kepala nya, dan setelah memastikan haries telah keluar dari mobilnya ia pun segera menjalankan mobilnya untuk pergi meninggalkan area apartement itu.

Sesampainya haries di kamarnya ia langsung melemparkan tubuh nya ke atas kasurnya, dan ia mulai memikirkan kembali setiap kalimat yang keluar dari mulut Kak Vanka.

Apa yang harus di lakukan haries? , ia sendiri juga bingung atau ia harus melakukan saran dari Kak Vanka?.



see u next chapter 👋👋

VIOLATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang