Part 10

700 47 3
                                    

Jangan lupa vote & komen. Thank you.

***

"Aku muak dengan ide itu." Tiba-tiba ada suara seorang pria dari balkon kamar Jennie yang merespons perkataannya, membuat semuanya terkejut.

"Jennie-ya! Aku akan melindungi⸺" Lisa langsung berlari menuju jendela yang menghadap balkon. Begitu dia membuka tirai yang menutup jendela, ia dibuat terkejut.

"Ca-Calon Dewa?" ucap Lisa terkejut begitu melihat gelang yang bersinar di pergelangan tangan pria yang menggunakan setelan jas dan membawa tas kantoran itu. Ia dan Jennie langsung menyiapkan panah merah masing-masing.

"Tembak aku dengan panah merahmu. Menembakku akan membuktikan bahwa aku tidak dikendalikan, dan kau bisa memerintahku untuk mengatakan apa yang sebenarnya kupikirkan."

Lisa dan Jennie masih ragu. Apa yang sebaiknya mereka lakukan saat ini? Mereka takut salah mengambil langkah.

Pria itu meninju kaca jendela dengan pelan. "Cepat tembak aku! Bagaimana jika aku dikendalikan oleh Seoulman?"

"Dia ada benarnya," ucap Jisoo.

"Tunggu. Kalian tidak perlu menembaknya. Atau lebih tepatnya, akan lebih baik jika kalian tidak melakukannya," ucap Rose sambil terbang menghampiri jendela, menghadap langsung dengan pria itu.

"Orang ini tidak berbohong. Benar, 'kan?" lanjut Rose, menatap pria itu, kemudian tersenyum.

Akhirnya, mereka membiarkan pria itu masuk, tetapi Jennie dan Lisa masih mengaktifkan panah merahnya, yang diarahkan pada pria itu.

"Kalau Rose bilang dia tidak berbohong, maka dia tidak mungkin berbohong. Jika kita bekerja sama, maka seperti yang Rose katakan, lebih baik tidak menembaknya. Menembaknya akan memungkinkan kita untuk memaksanya mengatakan yang sejujrnya, tapi dia juga akan menuruti apa yang kita katakan atau suruh lakukan," ucap Jisoo sambil melipat tangan di depan dada.

"Aku percaya pada Rose," ucap Lisa.

"Aku juga," sambung Jennie. Akhirnya mereka berdua tidak mengeluarkan panah merah lagi.

"Aku hargai itu. Aku tidak mempunyai banyak waktu lagi," ucapnya, kemudian mengeluarkan sebatang rokok untuk dihisapnya.

"Apa maksudmu dengan 'tidak banyak waktu lagi'?" tanya Lisa.

Pria itu mengurungkan untuk menghisap rokok dan memilih untuk menjawab pertanyaan Lisa terlebih dahulu. "Yah, aku menderita kanker stadium akhir. Itu tersebar di mana-mana dan tidak bisa disembuhkan. Lalu, tiga bulan setelah aku diberitahu bahwa hanya memiliki waktu tiga bulan untuk hidup ... malaikat muncul di hadapanku. Aku yakin 100% dia datang untuk membawaku ke akhirat."

***

"Kau di sini untuk membawaku pergi?" tanyanya kepada sang malaikat.

"Kau sudah kehilangan semua harapan untuk hidup," ucap malaikat.

"Harapan? Jangan bicara omong kosong. Aku sudah mencapai akhir hidupku. Semua manusia akhirnya akan mati."

"Begitu, ya. Tapi aku pernah membaca sebuah buku kuno, bahwa mereka yang nyawanya diambil dan telah menerima kematian, bisa menjadi lebih kuat daripada mereka yang telah kehilangan semua harapan untuk hidup."

"Apa yang kau bicarakan?"

"Aku bilang, aku bisa memberimu kesempatan untuk hidup lagi. Jika kau menjadi Dewa sebelum kau menyerah pada penyakitmu, hidupmu akan selamat. Kau akan hidup selama ribuan tahun."

Selected Candidate (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang