Part 27

215 13 2
                                    

Jangan lupa vote & komen, ya. Thanks!

***

Apa? Dia mengulur waktu, ya? Tidak, dia berpura-pura tidak tegas, batin Kai.

"Setelah kau tembak, cukup lepaskan topengnya. Kau sudah melihat wajahnya," ujar Gong Yoo.

"Itu memang benar sih ...," jawab Lisa.

"Kau memang idiot yang merepotkan. Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu." Kai membuka penutup wajahnya, membuat Lisa terkejut karena ternyata itu memang benar wajah yang sama dengan wajah yang ia lihat waktu itu, sedangkan Jennie terkejut, ternyata Seoulman adalah orang yang pernah berkenalan dengannya.

Ki-Kim Jongin? batin Jennie.

Dia membuka topengnya sendiri? Tak kusangka dia mau bertarung seadil ini, pikir Lisa.

"Sudah puas?" Kai kembali memakai penutup wajahnya.

"Ya. Kau memang Seoulman yang kulawan di Namsan Tower. Terima kasih, semuanya jelas sekarang."

Sedangkan orang-orang yang sedang menonton siaran langsung itu tampak kesal dan penasaran karena tidak dapat melihat wajah Kai dengan jelas.

"Ti-Tidak, kita harus menyaksikan ini. Ini pertarungan untuk menentukan siapa yang akan menjadi Dewa. Ini akan menentukan siapa penyelamat dunia gila ini. Ini pertarungan suci!" teriak seorang pria yang mempercayai apa yang sedang ia saksikan saat ini.

Namun, kebanyakan di antara mereka tidak mempercayainya, tetapi hanya ikut menonton karena penasaran saja, sehingga mereka menganggap pria itu sudah tidak waras.

***

"Bagaimana?" tanya Komisaris Jenderal kepada staff yang sedang melacak lokasi pertarungan itu.

"Kita tak bisa pastikan dari sudut kamera ini. Lokasi pastinya juga dihalangi oleh sesuatu."

Kemudian di lain tempat, anak kecil bertopeng Vendetta itu masih menonton dengan santai. "Siapa yang akan menang, ya. Si Black, ya? Dia memang menarik."

***

"Aku mulai," ujar Lisa sambil mengarahkan panah merahnya.

"Kau ini sebentar-sebentar bilang 'Aku mulai', memangnya ini pertunjukkan pahlawan?"

"Cukup bertarung adil, 'kan? Setelah bilang 'Aku mulai', curang kalau aku maju lalu menembak panah, tapi kalau aku mendekat tanpa menembak ... itu tidaklah curang."

"Apa?"

Tiba-tiba, Lisa berlari maju mendekati Kai, tanpa menembakkan panahnya.

"Kau bodoh, ya? Kau justru mudah diincar!" Kai langsung menembakkan panah putihnya dalam jarak sedekat itu, sedangkan Lisa mengarahkan panahnya untuk menangkis panah Kai.

Lihatlah baik-baik! batin Lisa. Setelah ia berhasil menangkis panah Kai, ia melompat ke arah pria itu untuk menancapkan panah merahnya, tetapi semua dibuat terkejut karena panah Lisa tidak bisa mengenai tubuh Kai.

"Dia tidak tertusuk?!" ujar Gong Yoo.

"Bagaimana mungkin?" sambung Jennie.

Tak berselang lama, muncul cahaya merah di dada Kai. Ternyata ia sudah lebih dahulu ditembak panah merah oleh seseorang.

Sudah kuduga. Dia sudah kena panah merah, batin Lisa.

Kai mengeluarkan panah putihnya untuk mendorong panah merah milik Lisa.

"Itu jadi bertabrakan dengan panah putih miliknya, ya?" ujar Gong Yoo.

Dia tidak mundur meski kalah jumlah atau satu lawan satu. Dia mau bertarung adil karena dia tak bisa tertembak panah merah lagi. Dia yakin takkan kalah jika aku tak memakai panah putih. Siapa yang menembaknya? Tidak, yang harus kulakukan sekarang ...

Selected Candidate (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang