Jangan lupa vote & koment. Thank you!
.
.
"Setiap orang dilahirkan dengan tujuan menemukan kebahagiaan dan setiap orang hidup dengan tujuan menggapai kebahagiaan yang lebih besar."
***
Delapan tahun kemudian.
"Semoga aku juga bisa masuk ke Seoul Senior High School."
"Hei, ayolah, jangan menangis."
"Sampai jumpa besok jam tiga!"
"Hei, ayo pergi karaoke saat liburan musim semi!"
"Asahi, kita akan tetap menjadi teman baik di SMA, 'kan?" ucap seorang anak laki-laki sambil memeluk temannya
"Hentikan itu, kau aneh!" jawab temannya yang berusaha melepaskan pelukan itu.
"Aku merindukanmu!"
Berbagai celotehan lainnya memenuhi ruangan kelas itu. Saat ini adalah hari terakhir mereka menjadi murid SMP. Di papan kelas tersebut bahkan sudah dipenuhi coretan-coretan tentang kelulusan dan perpisahan anak kelas 9A. Ya, ruangan itu adalah ruang kelas Lalisa Manoban Bruschweiler. Di antara semua teman-teman kelas yang saling bercengkerama, Lisa justru terlihat hanya duduk diam seorang diri sambil menunduk. Anak yang dulunya selalu ceria, kini berubah total setelah kematian keluarganya.
Setelah merasa tidak ada gunanya jika hanya duduk di dalam kelas itu, akhirnya Lisa memutuskan untuk pergi ke minimarket.
Begitu tiba di minimarket tersebut, Lisa langsung menuju ke barisan roti-roti yang berada dalam kemasan. Ia menatap kemasan bertuliskan "Roti Melon" sejenak. Begitu lorong itu sepi, dia langsung memasukkan roti tersebut ke dalam saku almamater sekolahnya. Tidak ada raut gugup atau apapun yang terpancar dari wajahnya. Ekspresinya masih tetap datar, seolah tidak peduli kalaupun dia ketahuan mencuri.
Namun, dia seperti enggan untuk melangkah. Lisa pun menutup mata sambil menghela napas sejenak, kemudian ia menaruh kembali roti tersebut pada tempatnya dan berlalu pergi dari minimarket tersebut.
Lisa kembali berjalan tak tentu arah. Rasanya benar-benar malas untuk pulang, karena dia tidak pernah mendapatkan kebahagiaan di sana. Bagi Lisa, tidak ada tempat yang terasa seperti rumah, setelah kepergian keluarganya. Di hari setelah kejadian menyedihkan itu, Lisa tinggal bersama bibinya yang merupakan kakak dari Mommy Chittip, ibunya Lisa. Namun, mereka tidak pernah merawat Lisa dengan baik. Mereka hanya menganggap Lisa sebagai beban yang ditinggalkan oleh keluarganya. Hal itulah yang membuat Lisa semakin menderita.
Kini Lisa sudah tiba di apartemen tempat tinggalnya bersama keluarga bibinya itu, tetapi dia benar-benar merasa tidak ingin pulang. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rooftop apartemen tersebut. Begitu sampai, Lisa langsung melempar tasnya ke lantai, lalu berdiri di atas tembok pembatas rooftop tersebut yang lebarnya tak seberapa.
"Apakah ini saatnya untuk mati?" monolognya sambil melihat ke bawah. Orang-orang yang berlalu-lalang di bawah sana terlihat sangat kecil, menunjukkan betapa tingginya apartemen ini. "Ya, ini adalah saatnya," lanjutnya.
"Aku ingin ... bahagia."
Setelahnya, Lisa langsung menjatuhkan tubuhnya ke bawah dengan pasrah sambil menutup mata.
Grep!
Beberapa detik kemudian, Lisa merasa tubuhnya menyentuh sesuatu, tetapi itu tidak terasa sakit sama sekali.
Aku masih sadar. Apakah aku sudah di dunia lain? Tunggu ... surga dan neraka benar-benar ada? Apa yang sedang terjadi? batinnya.
Lisa segera membuka matanya. Ia pun terlihat bingung. "Hah? Apa itu?" Ketika ia sedikit mengangkat kepalanya, ia melihat seorang wanita cantik berambut pirang panjang dengan sayap putih dan cahaya merah berbentuk lingkaran di atas kepalanya. Benar-benar seperti malaikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selected Candidate (JENLISA)
FanfictionLalisa Manoban Bruschweiler. Kehidupannya yang sangat berat karena ditinggal oleh kedua orang tua dan adiknya sejak usia yang masih sangat muda, membuat ia kehilangan semangat hidupnya. Hari-hari terasa berat dijalani, sampai ia memutuskan untuk men...