Part 31

215 13 2
                                    

"Aku mulai populer nih," ujar seorang pria.

"Kau memakai panah merah, ya?" tanya temannya.

"Gila, 'kan? Populer sedikit saja langsung disebut Kandidat Dewa."

Begitu sampai di sekolah, obrolan para siswa/siswi pun membahas tentang Kandidat Dewa. Lisa tidak berjalan beriringan di samping Jennie, karena dia tidak ingin menarik perhatian. Dia tetap berjalan di belakang Jennie untuk menjaga gadis itu.

Tenang saja. Bertindak seperti biasa, batin Lisa mencoba tenang. Ia kembali teringat Luka di pipi Jennie. Orang-orang bisa saja mencurigainya karena luka itu sama seperti luka milik gadis berkostum kucing yang disebut Yellow. Apalagi jika orang-orang juga menonton video perkelahian mereka waktu itu. Tidak menutup kemungkinan jika ada yang menyadari bekas luka itu.

"Nini, kau ke kelas saja lebih dulu. Sepertinya tadi aku meninggalkan bukuku di meja. Aku akan kembali dengan cepat untuk mengambilnya."

"Kenapa sangat ceroboh, Lili-ya. Baiklah, hati-hati. Apa kau akan menggunakan sayap?" tanya Jennie pelan, takut ada yang mendengarnya.

"Iya, Nini. Jika tidak menggunakan sayap, aku rasa tidak akan sempat."

"Baiklah. Kumohon berhati-hatilah, Lili. Aku tidak ingin kau ketahuan," ujar Jennie dengan tatapan memohon.

"Iya, Nini. Aku berjanji akan kembali dengan cepat. Pergilah ke kelas."

Akhirnya Jennie lanjut berjalan ke kelas, sedangkan Lisa pergi ke tempat sepi dan aman untuk terbang pulang mengambil bukunya. Begitu kembali ke sekolah, Lisa tidak bisa kembali turun ke tempat tadi karena ternyata ada beberapa siswa di sana, sehingga ia memutuskan untuk turun melalui pagar tembok bagian samping sekolah yang lebih sepi.

Lisa kemudian kembali berjalan menuju gerbang masuk agar tidak ada yang mencurigainya. Namun, sebuah mobil sedan hitam berhenti di sampingnya. Pengemudinya seorang pria mengenakan pakaian kantoran rapi.

"Kau Lalisa Manoban, 'kan? Segera masuklah ke mobil ini," ujar pria itu dengan tegas. Namun, karena Lisa tidak ada pergerakan untuk masuk ke mobil, pria itu memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampiri Lisa. Ia kemudian menunjukkan lencana polisinya.

Polisi?! Refleks, Lisa memasang kuda-kuda, lalu mengeluarkan sayap dan panah merahnya.

"Para petinggi memutuskan untuk menangkap para kandidat."

Lisa mundur perlahan, bersiap-siap untuk kabur. Namun, perkataan selanjutnya dari pria itu membuatnya berhenti bergerak.

"Namun, aku menolak," ujar pria itu.

"Menolak?" tanya Lisa.

"Salah kalau menangkap mereka. Itu panah merah, ya?" ia melihat tangan Lisa yang seolah sedang memegang sesuatu, tetapi tidak terlihat apa-apa di sana.

"Merah atau putih? Ini yang membuat suka atau membunuh orang?" tanya pria itu lagi, sambil berjalan mendekati Lisa dan memperhatikan tangan kanannya.

"Jika kau cabut panahnya, apa perasaan suka itu akan hilang? Satu bawahanku sedang berkontak dengan Jennie Kim."

Lisa langsung khawatir dan berlari mencari Jennie. Pria itu juga berlari mengikuti Lisa. Berhubung identitasnya sudah ketahuan oleh polisi ini, ia langsung terbang dengan cepat mengelilingi seluruh sekolah. Untungnya karena dia terbang dengan cepat, sehingga tidak terlihat oleh mata manusia biasa.

Akhirnya ia menemukan Jennie sedang berada di bagian belakang sekolah, dekat kolam renang outdoor yang sudah lama terbengkalai. Ia melihat Jennie bersama seorang wanita berseragam rapi seperti pria tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selected Candidate (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang