Part 24

178 15 0
                                    

Jangan lupa vote & komen, ya. Thanks!

***

"Tidak!" teriak Jennie histeris. Ia langsung terbang cepat ke depan Lisa untuk melindungi gadis itu, sambil menghadap Lisa. "Aku tidak akan membiarkanmu mati!"

Jennie! batin Lisa panik melihat panah putih yang semakin mendekat.

Namun, begitu panah putih hampir mengenai kepala Jennie, panah itu bergerak memutar dan kembali menuju Lisa.

"Panah yang kutembakkan hanya ditujukan untukmu," ujar Kai.

Panah itu datang ke arahku. Lisa langsung menangkis panah putih itu menggunakan panahnya, tetapi Jennie masih berdiri di hadapannya, sementara tiga jarum suntik itu terus bergerak ke arah mereka, lebih tepatnya menuju punggung Jennie.

Percuma, aku tidak memiliki cukup waktu untuk menangkisnya. Aku hanya bisa membawa Jennie pergi, tapi jika aku melepaskan tangan Nancy ... itu sangat beresiko.

Tiba-tiba, Jiyeong terbang dengan cepat dan langsung menebas dua selang yang terhubung dari tangan Nancy ke jarum suntik itu, hingga tersisa satu suntik lagi. Namun, ia tidak memiliki cukup waktu untuk menebasnya, sehingga ia mengulurkan tangannya untuk menghalangi suntik itu agar tidak terkena Jennie. Akhirnya, suntik itu menancap di lengannya dan virus dalam suntik langsung memasuki tubuhnya. Virus itu menyebar dengan cepat, membuat kulit Jiyeong seluruhnya memerah dan darahnya seperti mendidih dari dalam, hingga kulit dan dagingnya meleleh perlahan-lahan.

Jiyeong hanya bisa menjerit kesakitan, sedangkan Jennie dan Lisa terkejut menyaksikannya secara langsung. Mereka tidak menyangka bahwa Jiyeong akan mengorbankan dirinya.

"Luar biasa, dia meleleh!" Nancy terkejut karena tiba-tiba merasakan dadanya sangat kesakitan.

"Eh? Apa ... yang ... yang benar saja ...." Nancy menghembuskan napas terakhirnya. Tanpa ia sadari, Jiyeong berhasil menancapkan pedangnya tepat di jantung, menembus sampai punggungnya.

"No-Nona Telinga Kucing ... a-apa kau baik-baik saja? Syukurlah ... aku bisa berguna. Aku menyelamatkan Nona Telinga Kucing. Sampai sekarang, aku hidup dalam kemiskinan. Aku mengerikan, ta-tapi ... aku senang bertemu denganmu, Nona Telinga Kucing. Saat ini ... aku bahagia," ucap Jiyeong dengan kulit wajahnya juga yang mulai meleleh.

Jennie yang terkejut kini berada di pelukan Lisa, sambil melihat Jiyeong dengan sedih. Dia pun merasa sangat berterima kasih karena pria itu sampai mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan dirinya.

"Kau ... melindungiku," ujar Jennie.

"Aku bahagia sudah terlahir ...." Tubuh Jiyeong akhirnya meleleh seluruhnya sampai dengan tulang-tulangnya, tersisa pakaiannya yang tersangkut di rangka bianglala dan panah merah Jennie yang keluar dari tubuh Jiyeong.

Jennie terduduk sambil menangis. "Maafkan aku. Maafkan aku."

Top datang menghampiri lelehan tubuh Jiyeong, kemudian menggendong roh pria itu sambil memegang dua lingkaran yang merupakan panah merah dan sayap milik Jiyeong.

"Terima ini, Yellow-si." Top memberikan keduanya kepada Jennie. Lingkaran itu langsung terpasang di pergelangan tangan dan lehernya. "Dan jangan lupakan ini." Panah merah yang Jennie tembakkan pada Jiyeong pun kembali padanya.

Lisa menatap sedih atas kepergian Jiyeong. Di satu sisi ia cukup lega karena Jennie tidak terluka, tetapi di sisi lain, ia merasa sedih karena harus ada lagi yang meninggal.

"Yah, itu cukup menghibur. Parade panah merah untuk saling melindungi orang lain. Aku sangat bersyukur Jiyeong mati," ujar Kai.

"Kurasa Kwon Jiyeong senang dengan kematian yang paling bahagia untuknya," ucap Top menatap roh Jiyeong yang menutup mata dengan tenang dan menampilkan senyuman.

Selected Candidate (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang