Jangan lupa vote & komen, ya. Thanks!
***
"Mayatnya remaja laki-laki. Pengumpulan sidik jari, sampel darah, dan DNA telah selesai. Setelan kostumnya tampak menggunakan teknologi militer. Ini tak bisa dibuat tanpa banyak dana dan teknologi," ujar Wakil Komisaris Jenderal.
"Kita harus identifikasi dia sebelum yang lain bertindak. Juga yang disebut 'Calon Dewa' yang lainnya," kata Komisaris Jenderal.
Ketika mereka tiba di lokasi, yang ada di sana hanyalah mayat Kai yang tampak mengenaskan. Karena tidak ada yang bisa mereka tangkap, mereka memutuskan untuk kembali ke kantor sambil menunggu hasil tes keluar untuk memastikan identitas Seoulman.
***
Areum masih menangis di pinggir brankar Gong yoo, sedangkan Jennie dan Lisa pergi menghirup udara segar di rooftop rumah sakit, sekaligus melepaskan kesedihan mereka. Lisa tampak sangat sedih, karena lagi-lagi, ia harus menyaksikan kenalannya pergi meninggalkan mereka.
"Lisa-ya, ayo kita pulang. Kau belum tidur sama sekali, Lisa-ya," ujar Jennie.
"Apa yang akan mereka pikirkan, ya."
"Eh?"
"Istrinya dan Aya ... saat tahu Gong Yoo-si membunuh orang? Dan kita membantu melakukan itu."
"Menurutku, Areum-si sendirilah yang paling mengerti perasaan Gong Yoo-si. Dia juga tahu kita yang membantu mewujudkan itu," jawab Jennie.
"Menurutmu begitu? Jika itu aku ... akan kuhentikan saat keluargaku ingin membunuh. Dan jika ada yang membantunya⸺"
"Jangan berpikir seperti itu! Tindakan Gong Yoo-si telah menyelamatkan seluruh dunia. Jadi kau tidak salah, Lisa-ya. Keputusanmu benar ... dan berani. Apa pun situasinya, kau selalu mengatasinya. Kau bisa baik pada setiap orang. Meski seluruh dunia menyalahkanmu ... aku akan berpihak padamu, Lisa-ya. Aku ada di pihakmu."
Jennie berucap sambil panah merah di dadanya bersinar. Itu sedikit membuat Lisa salah paham. Ia berpikir, Jennie bisa berbicara seperti itu hanya karena efek panah merahnya saja.
"Rose, Jisoo ... apakah ada cara lain untuk menghilangkan efek panah merah dari Jennie?" tanya Lisa sambil menatap Jisoo dan Rose yang terbang di atas mereka.
"Cuma bisa menunggu 23 hari ...," jawab Jisoo menggantung.
"Atau Jennie mati, 'kan?" sambung Rose.
"Kurasa aku harus menunggu 23 hari untuk terbiasa dengan Jennie dan efek panah merahnya."
"Kau benci berbicara denganku?" tanya Jennie.
"Ah, bukan begitu, tapi kalau masih ada efek panah merah di tubuhmu ...."
"Ini tak ada hubungannya dengan panah merah. Aku menyukaimu sebelum kau menembakku dengan panah merah. Aku bahkan sudah menyerahkan tubuhku padamu. Saat bertarung bersama, aku semakin menyukaimu. Saat inilah, cintaku padamu yang terdalam!"
Melihat panah merah di dada Jennie yang masih bersinar, Lisa yakin itu semua hanya karena efek panah saja. "Aku tahu karena kau pernah menembakku dengan panah merah. Kata-kata yang tak disangka malah terucap. Kau tak lagi bisa mengendalikan diri."
"Justru itu! Selama ini aku hanya menahannya. Efek panah merah ini hanya membuatku tidak bisa menahannya lagi. Percayalah padaku, Lisa-ya."
"Benar. Jennie selalu menyukaimu, Lalisa. Kau cukup menjawabnya saja. Itulah gunanya panah merah," ujar Rose.
"Kalau begitu, biarkan aku mengatakan ini. Aku tak tertembak panah merah Gong Yoo-si, tapi aku mengaguminya. Menurutku, tindakan Gong Yoo-si untuk keluarga adalah keadilan sejati. Lisa-ya, apa kau membenci Ahjussi itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Selected Candidate (JENLISA)
FanfictionLalisa Manoban Bruschweiler. Kehidupannya yang sangat berat karena ditinggal oleh kedua orang tua dan adiknya sejak usia yang masih sangat muda, membuat ia kehilangan semangat hidupnya. Hari-hari terasa berat dijalani, sampai ia memutuskan untuk men...