05

18.5K 1.5K 6
                                    


Note: KATA KASAR TIDAK UNTUK DITIRU
.
BIJAK DALAM BERKOMENTAR

TERIMA KASIH
.

.
.


Plak....

Suara tamparan terdengar menggema dari arah dapur. Xenon yang baru sampai di ruang tengah langsung berlari ke arah dapur. Matanya melotot melihat Zayn yang menahan perih di area pipinya.

"BUKANKAH SAYA BILANG JANGAN MAKAN JIKA TIDAK SAYA SURUH! PERGI DARI DAPUR SEKARANG!!"

Xenon, remaja itu menahan nafas begitu mendengar nada bicara Samudra yang terkesan dingin dan tak mau di bantah. Sementara Zayn sudah pergi ke sekolah.

"Hiks... Huwa...... "

Samudra menengok ke asal suara dia terkejut begitu mendapati tubuh Xenon yang bergetar di tempatnya berdiri dengan air mata yang membasahi pipinya. Xenon terlalu terkejut, dia sudah tau sifat Samudra tapi baru kali ini dia melihat secara langsung seorang ayah yang marah.

"Baby....

Xenon langsung pergi dari dapur menuju taman belakang. Dia ingin mengejar Zayn dan mengobati lukanya tapi Zayn pasti menolaknya secara Zayn sangat membenci Rachel.

" hiks anak anj hiks ini gue juga kenapa nangis segala hiks dasar cengeng hiks... Gue takut hiks Zayn di siksa sama si Samudra hiks... Huwa emak hiks tolongin Xexen hiks "

Kembali ke tempat Samudra, pria paruh baya itu terkejut pandangannya masih tertuju pada tempat tadi Xenon berdiri lalu menatap tangannya yang tadi dia gunakan untuk menampar Zayn. Dia kemudian mengacak rambutnya sambil berteriak kesal.

"Anak sialan. Gara gara dia putraku ketakutan!! Bersiap saja dengan hukumanmu anak tak berguna!" setelah mengatakan itu dia pergi menuju ruang kerjanya.

.
.
.
.
.

Di area rooftop sekolah Zayn terisak kecil. Tamparan papanya begitu kuat hingga membekas di pipi putihnya. Rasa sesak kembali menjalar di dadanya. Ingin dia melawan ketika sang papa memarahinya. Ingin dia berteriak tepat di muka pria tua yang sayangnya menjadi papanya. Namun ingin hanya menjadi angan. Kenyataannya dia tak bisa melawan, jika dia melawan maka rasa sakitnya akan semakin bertambah dan dia tak suka itu.

Zayn sudah berjanji akan menjaga tubuhnya ketika Zayn bertemu dengan 'dia'. Zayn menatap ke arah langit yang mendung sepertinya sebentar lagi akan hujan.

Dan benar saja, tak lama hujan turun dengan deras. Zayn tak beranjak dari duduknya dia malah menikmati dinginnya hujan meski bekas cambukannya masih terasa perih. Zayn mengencangkan tangisannya dia tak tahan dengan rasa sakit di hatinya, bahkan luka cambuk di tubuhnya terasa lebih baik daripada rasa sakit di hatinya.

"Xe hiks lo kemana? Gu-gue kangen lo hiks bantu gue Xe hiks gue gak sanggup menghadapi mereka sendirian hiks lo udah janji bakal nemenin gue Xe hiks... "

.
.
.
.

Bel istirahat kedua berbunyi. Zayn sudah mengganti seragamnya yang basah dengan seragam cadangan yang ada di lokernya. Sekarang dia sedang menyantap makanannya dengan kedua temannya, Reandi Nicolas Dirgantara atau akrab dipanggil Rean dan Alina Camelia Dirgantara panggil saja Alin.

Mereka berdua adalah kakak beradik yang paling setia kepada Zayn. Mereka berteman sejak kelas satu SMP dan karena itu keduanya tahu masalah apa yang dihadapi oleh Zayn.

Rean dan Alin merupakan anak motor tanpa geng yang biasanya mengikuti balapan. Keduanya paling malas jika harus terlibat dalam perkelahian, tapi jika itu berhubungan dengan Zayn keduanya akan menjadi tameng yang kuat untuk Zayn.

Xenon | Second Life [End]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang