27

7.9K 766 5
                                    

Double up :v


Vote n comment












Royance terkejut bukan main. Mendengar apa yang di katakan Xenon. Dia ingin marah tapi kepada siapa? Istrinya yang menjadi tersangka sudah mati, sementara Natasya sudah sekarat. Tidak mungkin kan dia marah kepada Tuhan?

Dia masih waras dan tau kalau itu semua adalah takdir. Memang tidak selamanya indah tapi itu pasti pilihan terbaik yang Tuhan berikan untuknya dan juga keluarganya.

Tapi kalau bisa Royance ingin meminta satu hal, kembalikan putranya atau setidaknya pertemukan dia dengan jiwa putranya yang sudah hilang.

Api sudah menjalar bahkan sampai ke lantai lima. Royance tidak lagi berharap bisa selamat karena balas itu mustahil.

Royance mendekat ke arah Xenon yang sekarang duduk di jendela. Tanpa aba aba di memeluk Xenon dengan sangat erat.

"Maaf karena mencoba mencelakaimu dan terima kasih sudah menggantikan putraku. Tapi bolehkah saya memohon, kembalikan putraku"

Xenon cukup terkejut namun dia membalas pelukan itu.

"Aku tidak tahu dia ingin kembali atau tidak, tapi jika aku bertemu dengannya lagi aku akan mencoba membujuknya"

"XENON.... "

Xenon terkejut oleh teriakan itu. Dia memandang ke bawah dimana Zayn berlari sambil menangis. "Kenapa jadi seperti ini"

Natasya, wanita itu berusaha berdiri dengan sisa tenaganya dia mendekat ke arah keduanya.

"Jika aku harus mati di sini MAKA KALIAN JUGA HARUS MATI DENGANKU BAJINGAN!!"

Dia mendorong mereka berdua hingga jatuh tepat di atas mobil yang terparkir di bawah.

"XENON !!! "

Zayn berlari dengan kencang mendekati Xenon. Mobil yang menjadi tempat Xenon jatuh hancur. Tubuhnya masih utuh namun pastinya banyak tulang yang patah.

Beruntungnya lagi sebelum mengenai Mobil Royance memutar posisi hingga dia dulu lah yang menghantam Mobil.

Xenon kembali merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya. Pandangannya kembali memburam, telinganya berdengung kencang. Hanya ada wajah khawatir Zayn sebelum kesadarannya hilang total.

.
.
.
.
.

Zayn terpaksa di kurung di kamarnya karena dia terus saja berteriak dan mengamuk. Terhitung sudah satu bulan sejak kejadian itu.

Tubuh Royance dan Rachel di bawa oleh pihak keluarganya sementara Jackson dan yang lainnya menghilang hanya Romi yang kembali tapi keadaannya jauh dari kaya baik.

Sejak saat itu Zayn menjadi pendiam. Dia tidak bisa di ajak bicara bahkan oleh Raka maupun si kembar Rean dan Alin. Aldi dan juga tadi pun sama, mereka hanya akan bicara seadanya.

Sela masuk ke kamar putranya. Hatinya ngilu melihat kondisi bungsunya yang jauh dari kata baik. Kamarnya begitu berantakan dengan banyak pecahan kaca di lantai. Zayn memandang kosong ke depan, tangannya penuh luka bekas serpihan kaca. Kantong matanya juga jelas terlihat dan bubur yang tadi padu Sela bawa masih utuh tak tersentuh.

Sela menghela nafasnya. Dia duduk di pinggir kasur menyandarkan kepala Zayn di bahunya."Zayn sayang, makan dulu ya. Kami sudah melewatkan sarapan."

Zayn diam tidak menyahut dan itu berhasil membuat air matanya lolos begitu saja. Sela tau putranya benar benar merasa kehilangan. Meski dia tidak tahu ikatan seperti apa yang di jalan Zayn dengan Xenon, tapi yang pasti ikatan itu sangat kuat, kasih lebih kuat dari ikatan keluarganya.

Sela mengambil bubur hangat yang baru dia bawa. Dia dengan sabar berusaha menyuapi putranya meski tak jarang Zayn menolak.

Samudera sang kepala keluarga hanya bisa meraup wajahnya kasar. Dia sebagai seorang ayah merasa gagal, dia kembali menatap layar laptop yang terhubung dengan CCTV di kamar bungsunya.

"Maafkan papa Zayn, kalau papa bertindak ini tidak akan terjadi bukan? Papa mu ini memang bajingan"







Mingu demi minggu telah berlalu. Berkat usaha keluarganya, serta psikiater yang ada untuk Zayn, dia perlahan pulih dan bisa di ajak bicara.

Meski hanya beberapa kata saja dan itupun kalau memang penting. Tapi Ardennes tetap senang karena bungsunya bangkit dari keterpurukan.

Pagi ini Zayn sarapan dengan keluarganya. Seperti biasa mereka menyapanya dengan nada lembut tapi Zayn hanya menanggapi dengan anggukan. Sela terlihat menghela nafasnya, Raka yang duduk di samping Sela dengan inisiatif mengelus punggung mamanya meyakinkan kalau semuanya butuh proses.

Acara sarapan sangat tenang seperti biasanya. Hanya ada suara sendok dan garpu yang terdengar.

"Aku selesai" Zayn langsung pergi dari sana setelah makanannya habis. Tujuannya sekarang adalah taman belakang dimana terakhir kali dia dan Xenon bercanda pohon apel itu sudah tidak berubah lagi hanya ada daun yang hijau.

Zayn duduk di bawahnya sambil membaca buku yang tersimpan di kamarnya. Kebanyakan adalah cerita novel yang sangat Xenon gemari. Namun kali ini dia membaca novel yang berjudul my home satu satunya novel yang sangat aneh menurutnya.

Setahunya itu adalah novel yang selalu Xenon bawa kemanapun karena itulah Zayn menjadi penasaran.

Dia membuka setiap lembarnya, Zayn mengernyit heran kenapa Xenon sangat menyukai novel ini padahal isinya saja sudah tidak terbaca. Ada juga beberapa halaman yang sobek bahkan halaman terakhirnya terlihat sudah terbakar.

Zayn menyerah, dia tak mengerti dengan novel itu. Dia merebahkan tubuhnya di atas rumput, menutupi wajahnya sendiri dengan buku itu.

"Mungkin gue keterlaluan ya, lo pasti marah kan karena gue terlalu lama terpuruk. Gue minta maaf Xen, tapi gue butuh waktu buat ikhlas. Gue harap lo ngerti"

Raka yang berdiri tak jauh darinya hanya bisa tersenyum kecut begitupin dengan yang lain. Sela meletakkan nampan berisi cemilan dan jus di meja kecil yang dibawa Arsen.

Mereka sengaja ingin menghabiskan waktu dengan Zayn dan juga ingin memperbaiki hubungan mereka. Dan yang merasakan kehadiran orang lain mengangkat bukunya dan mengernyit heran karena keluarganya yang lain ada di sini.

"Ada apa? " tanyanya.

Raka mengangkat tubuh Zayn dan memangkunya. Dia mengelus surai Zayn sambil tersenyum. Dia senang karena adiknya sudah mulai berekspresi meski hanya sesaat.

"Sayang, kau tidak kangen teman temanmu? " Zayn melirik ke arah Sela. Jujur dia kangen tapi dia masih belum siap bertemu mereka.

"Kangen, aku ingin kembali bersekolah"

"Bagaimana sayang? Kapan kita akan kembali menyekolahkan Zayn? " tanya Sela kepada suaminya.

"Hem, tergantung dengan dia saja. Jika Zayn sudah siap aku akan mengurusnya"

"Aku ingin pindah sekolah, mungkin agak jauh dari mansion tapi aku ingin di sana. Teman temanku juga ada di sana"

Anggota Ardennes tersenyum senang. Zayn kembali berbicara panjang dan sedikit berekspresi. Artinya tidak sia sia usaha mereka selama empat bulan penuh.

"Baiklah, sekolah mana yang Zayn maksud, papa akan secepatnya mengurus kepindahanmu."

"Kalau gitu Arsen juga pah, biar bisa terus pantau Zayn".

Samuel mengangguk setuju dengan usulan putra tengah nya. Mereka kembali bercengkrama, membicarakan hal hal receh mulai dari Arsen yang menceritakan kejadian lucu yang sempat dia alami sampai Samuel yang menceritakan kisah masa mudanya dengan Sela.

Zayn hanya tersenyum sesekali terkekeh pelan mendengar cerita itu. Sampai hari sudah mulai sore, mereka memutuskan untuk masuk kedalam mansion.








Tbc
_________

Typo tandai

Gantung dulu
See u next chapter

Xenon | Second Life [End]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang