07

14.6K 1.2K 7
                                    

Note: KATA KASAR TIDAK UNTUK DITIRU

BIJAK DALAM BERKOMENTAR

TERIMA KASIH

.
.
.
.

Xenon mondar mandir di dalam kamarnya. Ini sudah hampir jam dua dini hari tapi remaja prik itu tak juga pergi tidur. Setelah mendapat telpon tadi, pikirannya mendadak gelisah.

"Arkh... Gue harus cari tahu inti masalahnya. Tapi gue bisa apa? Minta bantuan siapa gue? "

Xenon membenturkan kepalanya ke dinding beberapa kali memaksa otak udangnya untuk bekerja lebih keras. Dia menjentikan jarinya saat sebuah ide yang cukup cemerlang (menurutnya ) muncul dengan sendirinya. Xenon menyambar laptop yang ada di meja belajar lalu jari jari kecilnya dengan lihai menari di atas keyboard.

Dua jam berlalu, Xenon tersenyum smirk saat kegiatannya berjalan lancar.

"Ahh cape banget gue cuk. Gue gak tau ini realita apa cuma imajinasi gue aja, tapi yang jelas gue akan rubah semua alur yang ada. "

"Eh tapi, bundanya si Rachel gimana? Ah udah lah gue cape anjir. Mending tidur ya kan. Selamat malam dunia drama, dan selamat datang mimpi indah"

Akhirnya setelah berjam-jam Xenon tertidur juga meski jam sudah menunjukkan pukul empat pagi.

.
.
.
.

Pagi harinya, tepat jam tujuh pagi, Xenon terbangun karena cahaya matahari yang memaksa masuk lewat celah gorden kamarnya. Matanya menyipit menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina matanya. Setelahnya Xenon langsung pergi menuju kamar mandi. Hari ini dia akan mulai bersekolah, dia akan sekelas dengan Zayn yaitu kelas 10 MIPA 3.

Xenon bersenandung kecil di depan cermin full body guna merapikan seragamnya. Dia berdecak kesal melihat penampilannya yang iuh sangat menjijikan menurutnya. Tapi biarlah, dia akan seperti ini sampai tujuannya tercapai.

"Menjijikkan. kalo aja gue lupa lagi cosplay jadi jamet, mana mau gue dandan kek gini. "

Setelah di rasa rapih, Xenon segera menyambar tasnya tak lupa juga membawa HP.

Xenon bersenandung ria menuruni anak tangga, sampai di tangga terakhir kaki Xenon tergelincir. Dia menutup mata menunggu rasa sakit yang akan bersarang di jidat mulusnya.

Merasa tak terjadi apa apa, Xenon membuka matanya dan terkejut saat tubuhnya terasa melayang. Dia menoleh ke arah samping dan

"HUA SETAN..." Xenon berteriak kencang dan itu membuat Arsen, orang yang sudah menolongnya itu meringis saat gendang telinga nya terasa sakit.

"Ciel jangan berteriak"

"Eh bang Arsen hehe. Maaf bang abis Ciel kaget sih, muka abang deket banget tadi. Mirip banget sama setan"

"Mulutnya! "

Xenon yang menyadari kemarahan Arsen langsung berlari ke arah Sela dan bersembunyi di belakang tubuhnya.

"Ciel, kenapa hm? " ucap Sela sambil meletakkan piring di atas meja lalu mengelus pelan surai Xenon.

"Engga papa mah,"

"Yasudah, sekarang kamu makan ya nanti berangkat nya bareng bang Arsen"

Xenon mengangguk lalu duduk di kursi makan sambil menunggu anggota keluarga yang lain.

.
.
.
.

Xenon menganga lebar saat melihat bagunan sekolah yang kelewat megah itu. Sangat jauh dari sekolahnya dulu. Meski sekolah Xenon dulu juga cukup meng wah dengan banyak fasilitas, tapi ini jauh berkali kali lipat wah nya.

Xenon | Second Life [End]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang