28.End

11.2K 912 27
                                    

Triple up

Enjoy

Vote n comment

Typo tandai

















Zayn memasuki area sekolah barunya. Di sebelahnya ada Arsen yang susah seperti bodyguard pribadi nya saja. Yah dia tidak masalah akan hal itu sih, yang jadi masalah sekarang adalah tatapan kagum dari murid lainnya.

Bagaimana tidak, Arsen telihat cool dengan gaya andalannya, dia irit bicara dan hanya akan bicara seperlunya. Sementara Zayn terlihat manis meski pipinya agak tirus apalagi tinggi badannya yang yah bisa di bilang pendek untuk anak seusianya.

Zayn masuk ke kelasnya yaitu kelas bahasa. Dia sengaja karena kata Aldi kelas itu yang paling seru, berbeda dengan kelas IPA yang mayoritas muridnya berwajah datar.

"Pagi Aldi, Fadil"

"Oh Zayn, pagi juga bro. Lo udah baikan?"

"Udah ko"

"Syukurlah"

Arsen tersenyum melihat interaksi adiknya. "Dek, abang ke kelas dulu. Kalau ada apa apa bilang abang ya" ucap nya.

Zayn hanya menganggap sebagai jawaban. Arsen mengacak acak rambut Zayn sebelum pergi ke kelasnya. Dan itu tentu saja membuat Zayn kesal.

"O iya, daddy lo udah baikan juga kan? "

"Udah, udah dari tiga bulan lalu malah. Oh iya, Rachel gimana ya? Gue gak dapet kabar apa apa tentang dia"

"Entah tu. Moga aja dia baik dah. Ngeri cuk gue pas denger lu bilang dia jatoh dari lantai lima"

Bel masuk berbunyi. Tapi Aldi dan juga Fadli masih betah ngerumpi sampai bu Dewi akhirnya turun tangan. Dia menjewer telinga keduanya lalu membawanya ke depan.

"Eeh aduh aduh bu bu tolong lepas elah aa sakit aw "

Bu Dewi baru melepaskannya ketika sudah berada di depan kelas. Dia mengambil tongkat kayu yang menjadi ciri khas guru yang satu ini.

Si kembar yang melihat itu langsung meringis padahal belum ada luka satupun di tumbuh mereka. Sementara anak kelas yang lainnya hanya bisa menahan tawa.

"Jadi, tujuan kalian bersekolah itu apa hm? Ngerumpi? Udah kayak emak emak komplek aja ini mulut. Mana suaranya kayak toa masjid sampe kelas sebelah juga kedengeran"

"Ish ibu mah kalo ngomong suka bener aja. Kan malu kitanya bu. Mana ada murid baru lagi, citra cool kita jadi ilang deh"

"Hahaha sabar Fad, mungkin bukan jodohmu "

"Sianying, kembaran gue kok kek ta* kucing"

"Kalo gue kek ta* kucing berarti lo mirip ta* kebo dong"

"Hah sudah sudah,,,, sekarang kalian tulis materi kemarin yang sempat ibu jadikan PR. Aldi kamu tulis yang nomor satu sampai lima, lalu kamu Fadli, kamu kerjakan nomor enam sampai sepuluh"

Si kembar cengo di buatnya, bukan apa apa hanya saja satu soalnya saja bisa satu papan tulis, mana mereka belum selesai mengerjakan pula.

"Ehhh bu jangan gitu dong itu ga Aldi namanya, masa kita berdua doang sih. Itu mubar kaga di ajak masa?"

Bu Dewi hanya bisa memijat pelipis nya pelan. Setelah beberapa minggu terbebas dari si k3mbar, sekarang dia harus menyiapkan stok kesabarannya lagi.

"Kerjakan atau kalian bersihkan toilet laki laki"

Akhirnya Aldi dan juga Fadli hanya menurut saja. Mereka tidak mau jika harus membersihkan toilet yang iuh kotornya.

.
.
.
.

Xenon | Second Life [End]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang