12. Mimpi Buruk

306 24 2
                                    

Dengan tergesa-gesa aku berlari dan menaiki anak tangga untuk menuju pintu masuk museum. Dengan napas tersenggal-senggal aku berjalan menuju meja informasi.

“Ada yang bisa saya bantu Nona?” sapa seorang wanita yang biasa menyambut rombongan wisata yang ingin masuk ke dalam museum.

“begini, satu minggu yang lalu aku menemukan sebuah barang di museum ini, aku pikir pemiliknya sedang mencari-cari barang miliknya” aku mengeluarkan benda keemasan itu dari tasku. Wanita itu memandang takjub tapi juga heran, mungkin ia kira barang yang ku maksud hanya barang yang biasa tertinggal seperti jam tangan, dompet atau barang lain yang pasti bukan benda antik keemasan yang berada ditanganku.

“Aku dengar ada beberapa orang kehilangan barang-barang mereka disini, tapi tidak satu dari data kami yang kehilangan benda seperti ini Nona” ucapnya yakin sambil melihat sebuah buku di dalam meja informasi.

“kalau begitu, aku akan meninggalkannya disini, akan ada orang yang mengambilnya, Anda bisa memberikan benda ini kepada orang yang mengaku benda ini miliknya dengan membawa bukti” aku menjelaskan. Dia terlihat setuju dan segera mengambil kertas dan pena.

“Nona bisa menulis nama dan nomor yang bisa kami hubungi disini, karena jika seminggu dari sekarang barang ini tidak ada yang mengambil, kami akan kembalikan kepada Anda” ucapnya dengan senyuman yang ramah. Aku memandang benda itu sekilas, benda yang tidak pernah bisa aku buka dan selalu membuatku penasaran dengan bentuk didalamnya.

Sebelum aku menulis namaku di kertas itu aku melihat beberapa orang berjalan menuju salah satu lorong museum. Apa itu para mahasiswa?, aku meninggalkan pena dan membawa benda bulat itu segera mengejar mereka.

“Nona?!” panggil wanita itu karena tiba-tiba aku berlari ke dalam.

“sepertinya aku menemukan pemiliknya, terima kasih” aku mebungkuk sejenak dan kembali berlari.

“tapi museum ini akan tutup” serunya lagi masih dengan wajah heran.

“aku tidak lama” balasku sebisanya. Aku harap bisa mengembalikkan benda ini langsung, aku rasa mereka benar pemiliknya.

Aku melihat mereka memasuki lift, dan benar ternyata mereka para mahasiswa itu. Aku ingat pria bernama Kai dan wajah tidak asing pria berambut merah didekatnya.

“HEI!” panggilku dan masuk ke dalam lift, aku juga menemukan wanita yang biasa bersama mereka yang selalu menatapku dengan tajam. Belum sempat aku bernapas lega seseorang datang dan menyusulku ke dalam lift. Karena terkejut aku menoleh dan mendapati Lu Han yang hembusan napasnya sama denganku.

“Lu Han?”

“Kenapa kau disini?!” ucapnya dengan suara tinggi kemudian menarik lenganku.

“Apa? tentu saja untuk mengembalikkan benda ini” aku menatapnya heran. Ada apa dengannya? Tiba-tiba lupa dengan hal itu dan malah menarik lenganku, kami berbalik tapi pintu lift menutup.

“Wah kita kedatangan tamu jauh” suara wanita yang agak serak terdengar, kami sama-sama menoleh dan mendapati salah satu dari kelompok mahasiswa itu. Siapa lagi kalau bukan wanita berambut kaku, matanya begitu tajam menatap kami dan senyum miringnya yang menyeramkan. Apa mereka saling mengenal? Lu Han dan para mahasiswa itu.

Dengan cepat Lu Han berbalik dan memencet angka yang bisa membuatnya keluar dari lift, tapi sepertinya lift ini terus berjalan bahkan ketika kami sudah sampai di lantai yang paling dasar. Aku menatap angka-angka yang sudah tidak menyala tapi lift masih saja bergerak kebawah.

“Mau kemana? Kami sudah menyiapkan sambutan spesial untuk dua tamu kami” aku kembali menoleh ketika mendengar suara berat itu, ternyata milik seorang pria tinggi yang waktu lalu aku bertemu dengannya wajahnya tidak sedatar ini. Aku bergidik ngeri tapi seketika itu juga Lu Han langsung menggengam tanganku.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang