Aku menyentuh kaca kecil yang tertempel di pintu. Setengah wajahku terpantul di kaca itu. Aku mendekat dan melihat Juno berbaring di ruangan itu dengan alat bantu pernapasan di hidungnya. Taemin mendekat kearahku dan ikut menatap Juno nanar.
“dia kenapa?” tiba-tiba jantungku berdegup kenjang.
“Penyakitnya kambuh lagi” balas Taemin yang langsung menunduk sedih. Aku menoleh cepat sangat khawatir dengan apa yang di katakan Taemin. Penyakit? Itu terdengar sangat mengerikan, kenapa aku tidak tahu? Kenapa Taemin lebih tau? Dan bagaimana kalau sampai Ibu tahu?
“Pe..penyakit? dia sakit apa?” aku menatap Taemin dengan alis berkerut. Kepala Taemin bergerak dan ia terlihat terkejut melihat lututku yang babak belur.
“kau terluka?!” serunya sambil memegang bahuku dan menatap lututku “kau jatuh di Sekolah?”
“aku baru kecelakaan” kataku jujur. Taemin mendongakkan wajah dengan cemas menyesal kenapa ia baru sadar kalau aku benar-benar sudah kacau.
“kenapa kau tidak bilang?” dia menatapku dengan amat sedih seolah bebannya bertambah sepertiku.
“kau terlalu panik tadi, sekarang ceritakan Juno sakit apa?” aku menatapnya serius tanpa berkedip, sekarang bagian ini bukan milikku, tapi milik Juno. Taemin menghembuskan napas dan menurunkan tangannya dari bahuku, ia menoleh sejenak kearah Juno kemudian meraih lenganku.
“ikut aku” ucapnya dan membawaku pergi. Dan seolah waktu berjalan melambat, bahkan aku dapat mendengar napasku sendiri.
-
Sekarang mata kami beradu, saling menatap dengan banyak pertanyaan dan pastinya lebih banyak pertanyaanku. Kemudian Taemin-lah yang mengalihkan pandangannya dan menyenderkan tubuhnya pada kursi tanpa tangan yang sedang kami duduki di kantin rumah sakit ini.
“jadi kau tidak tahu?” herannya padaku. “Juno, sudah lama menderita sakit paru-paru, dia tidak bisa terkena debu, tidak boleh banyak melakukan aktifitas berat, bahkan tidak boleh menangis atau tertawa berlebihan karena itu dapat membuatnya sesak napas, paru-parunya parah” penjelasannya membuatku shock. Aku hanya menarik-narik ujung jas seragamku dengan kasar, untuk mengalihkan perhatianku dan agar aku tidak mengeluarkan air mata. Tapi sekarang aku mulai membayangkan, selama ini Juno, anak sekecil itu yang harusnya menikmati masa indahnya harus membatasi diri, menjaga diri, dan mengkhawatirkan dirinya sendiri. Sekarang aku tahu alasannya ia jalan begitu lamban, tidak pernah berisik ketika bermain games, atau berteriak dari kamarnya untuk minta tolong mengambilkan air minum pada pelayan. Bahkan kamarnya begitu bersih.
Oh tidak.
Aku baru menyadari hal itu. Ini semua salahku, Juno masuk rumah sakit karena aku. Andai aku tidak menyuruh pelayan-pelayan itu pergi, andai aku tetap membiarkan mereka membereskan semua sudut rumah. Ini tidak akan terjadi. Dan aku mulai membenamkan wajah sambil meremas rambutku sendiri, aku memang tidak berguna, dan aku menyesali itu.
“Ana, kau kenapa?” aku merasakan tangan Taemin menyentuh bahuku.
“ini salahku” aku mendongak menampilkan mataku yang memerah dan hidungku yang mulai mengikuti warna mataku. “ini salahku, aku meliburkan semua pelayan dan tidak membiarkan pelayan yang lain membereskan rumah terus menerus, aku hanya berpikir mereka benar-benar mengganggu membersihkan setiap ruangan berulang kali, berlalu lalang seperti berada di penyebrangan jalan, aku tidak tahu Juno tidak bisa dengan adanya debu, tidak ada yang memberitahuku, aku sungguh tidak tahu!” air mataku jatuh pada akhirnya, bahkan ketika kecelakaan tadi aku hanya meringis tanpa keluar air mata, sekarang aku benar-benar sedih. Sangat. Ini semua salahku, harusnya aku menjaganya seperti pesan ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anabelle & The Golden Compass
Fiksi PenggemarCerita ini adalah cerita tentang seorang gadis yang berjuang melawan orang-orang yang ingin membunuhnya cerita selanjutnya bisa baca di bagian sinopsis. Sebenarnya cerita ini adalah bagian pertama dari trilogy Anabelle yaitu the golden compass. Plis...