Oke, untuk satu dan lain hal aku akan melanjutkan FF ini di wattpad juga. Maaf banget kalo updatenya lama, aku harap dapet respon yang lebih baik di wattpad jadi aku bisa aktif update full bab Anabelle disini. Sekian dan terima kasih :)
-
17. Hanya Untuk Sementara
Mimpi buruk kembali datang, kali ini lebih menyeramkan. Memimpikan sekelompok vampir yang membatai seluruh kota termasuk kedua orangtuaku. Aku mencoba meyadarkan diriku kalau hari sudah pagi dan waktunya menyelesaikan mimpi buruk. Aku menjatuhkan diri dari atas gedung, lalu baru aku bisa terbangun dari mimpi. Rasanya badanku sangat lelah seolah kejadian di mimpi itu benar-benar aku alami. Aku mengangkat tanganku dan mengusap keningku untuk memijatnya. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa melewati semua ini, rasanya aku langsung ingin mati saja.
Baiklah, aku memang akan mati tapi tidak sekarang, aku harus tetap berjuang, kan?
Aku memandang langit-langit kamarku sambil mencoba menenangkan pikiran dengan mengusap keningku lagi. Tapi aku menemukan sesuatu yang aneh dari jari-jari tanganku. Mereka begitu kurus seperti hanya tulang yang terlilit kulit dan aku memperhatikan seluruh tanganku yang terlihat sama mengerikannya. Aku mencoba untuk duduk tapi badanku tiba-tiba terasa sakit dan sulit di gerakan. Aku tidak sanggup bangun. Astaga.
Jangan panik Ana, jangan panik. Kau baik-baik saja. Aku mencoba menenangkan pikiranku sendiri sampai air mata tiba-tiba jatuh mengenai kupingku. Aku sekarat, aku tahu itu.
Suara ketukan pintu mengagetkanku. Suara Ibu yang memanggil namaku juga terdengar bersamaan dengan suara ketukan pintu. Aku segera menarik selimut dan menutupinya sampai hidungku.
"Ana, kau sudah bangun?" kepala Ibu muncul dari pintu. Aku sengaja menutup tubuhku dengan selimut agar Ibu tidak tahu apa yang terjadi padaku. Dia bisa membawaku ke dokter dan tidak akan menemukan penyakit apapun di tubuhku. Karena aku memang tidak sakit, hanya sebagian kekuatanku yang menghilang dibawa oleh benda bernama golden kompas.
"Hmm" aku menjawab pertanyaan Ibu seadanya.
"Ayo cepat siap-siap kau harus sekolah" sekarang aku dapat melihat Ibu duduk disampingku. Aku hanya menatapnya mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata. "Hey kau kenapa? Apa kau sedang sakit?" Tanyanya sambil mengelus rambutku.
Aku mengangguk, "sepertinya hari ini aku tidak sekolah dulu badanku tidak enak sekali" ucapku dari balik selimut.
"Oh baiklah tapi mom dan paman Teo akan pergi sampai malam, kalau kau sakit mom akan..."
"No mom, I'm fine" sanggahku dan aku masih mencoba menormalkan suraku yang tiba-tiba terdengar serak.
Wajahnya terlihat khawatir "Baiklah kalau begitu, mom akan suruh pelayan untuk menjagamu, I'm sorry" Ibu tersenyum dan kembali mengusap kepalaku. Tak lama kemudian Ibu beranjak pergi tapi ada yang ingin aku katakan terlebih dahulu.
"Mom" panggilku.
"Ne?" Ibu kembali menoleh.
"I love you, mom" ucapku tulus. Aku ingin ibuku tahu kalau aku sangat menyayanginya sebelum hal yang lebih buruk terjadi padaku.
Dia kembali duduk di pinggir tempat tidurku dan mencium keningku "I love you more" ucapnya dengan senyuman. Kemudian dia benar-benar pergi dan menghilang dibalik pintu kamarku.
Aku mengusap mataku yang kembali basah. Sebenarnya pagi ini mengingatkanku kebeberapa tahun yang lalu ketika terakhir kali ibu bermalam di rumah sebelum benar-benar pergi. Ibu mengelus rambutku dan berbisik padaku yang saat itu masih terjaga, bahwa dia sangat menyayangiku. Hal itu menjadi kenangan indah sekaligus kenangan menyakitkan karena hari itu menjadi hari terakhirku melihat wajah ibu. Dan sekarang mungkin semua itu akan kembali terulang, bedanya aku yang akan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anabelle & The Golden Compass
FanfictionCerita ini adalah cerita tentang seorang gadis yang berjuang melawan orang-orang yang ingin membunuhnya cerita selanjutnya bisa baca di bagian sinopsis. Sebenarnya cerita ini adalah bagian pertama dari trilogy Anabelle yaitu the golden compass. Plis...