10. Penolong Misterius

320 22 0
                                    

Kami -atau mungkin Lu Han- memilih meja yang jauh dari pintu masuk dan memasuki Café dengan sangat santai, sedangkan aku masih mengatur detak jantungku sambil mengikutinya dari belakang. Setelah kami duduk pelayan datang dan ia memesan minuman, ia sempat menanyakan apa yang ingin aku pesan tapi aku bilang untuk menyamakan dengan pesanannya.

Sambil menunggu pesanan ia menyender pada kursi dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Aku masih meneganggakan puggungku sambil memainkan jariku dibalik meja dengan perasaan gugup. Lu Han melirikku.

"Baiklah," ia mulai bersuara dan memajukan tubuhnya. Tangannya ia letakan di meja dan matanya menatapku serius. Aku tidak tahu apa pekerjaannya, dan berapa umurnya, tapi kalau diperhatikan aku yakin ia masih sangat muda hanya beberapa tahun diatasku dengan wajah cantik dan bulu mata yang cukup lentik, tapi tetap saja terlihat maskulin saat ia menggerakan tubuhnya yang membuat kemeja yang ia pakai membentuk postur tubuhnya yang ramping tapi cukup berisi.

"Aku akan beri tahu dimana posisimu sekarang, selain kau dalam bahaya kau juga berurusan dengan orang-orang yang tidak baik" katanya jujur. Perasaanku tidak enak. Walau begitu aku tidak melihat sisi buruk dari Lu Han yang 'tidak baik' seperti yang dikatakannya.

"Apa kalian pengedar narkoba? Mafia? Atau pengambil barang antik?" tanyaku tanpa rasa takut.

"tidak! Tidak serendah itu" matanya terpejam memilih kata-kata yang tepat tapi tidak bisa menceritakan semuanya, tidak ingin membuatku Shock sepertinya.

Lu Han membasahi bibirnya dan menunduk sejenak, "benda itu sangat berarti, jika benda itu jatuh ditangan yang bukan bagian dari kami, maka bisa saja terjadi perang" jelasnya. Aku tidak tahu yang ia maksud dengan kata perang yang jelas bukan dengan pedang, tombak dan sebagainya. Arti kata perang mungkin mereka akan saling memperebutkan kekuasan.

"jadi?" aku menunggu point-nya.

Lu Han menatapku dalam seperti mencari titik kelemahanku "mungkin terkadang benda yang hilang tidak harus kembali pada yang punya dan kau bisa memberikan pada orang lain yang bisa menjaga benda itu dengan baik" sekarang aku menyambungkan kalimatnya dengan yang terjadi selama ini. Lalu orang-orang yang disebutkan aku ganti dengan namanya dan para mahasiswa itu. "kau bisa memberikannya padaku"

"sudahku duga" aku berdiri dari tempatku, "benda itu bukan milikmu!" aku tersenyum meledek "aku akan kembalikan kepada yang punya, tentu saja" aku mengambil helm ku dan berniat pergi, sejenak melihat Lu Han megusap wajahnya.

"kau tidak mengerti masalahnya dan kau tidak memahami perkataanku" ia berucap dengan penuh penekanan.

"aku tidak peduli masalah kalian, yang jelas aku akan kembalikan" seperti niatku semula, mengembalikan sesuatu yang bukan milikku adalah hal yang harus aku lakukan, karena aku tahu rasanya bila sesuatu yang berharga diambil dariku.

Aku beranjak pergi saat pelayan datang untuk membawa kopi kami. "kalau kau ingin kembalikan benda itu, kembalikan besok atau kau benar-benar dalam masalah" serunya tapi aku tetap tidak menoleh dan melanjutkan langkahku.

-

Aku masuk ke rumah dengan gontai, tubuhku lelah, dan pikiranku juga. Terlalu banyak berpikir dijalan tadi. Sofa yang empuk tidak mungkin aku lewati, jadi aku mebanting tubuku disana saja, diruah tengah. Tidak lama aku melihat Juno yang turun dari tangga dengan masker yang menutupi setengah wajahnyanya dan menyisakan matanya yang tajam untuk menatapku.

"kau kenapa?"

"flu" jawabnya dengan suara tidak jelas karena tertutup masker. Aku bangun untuk memperhatikannya berjalan ke dapur dan mengambil minum sendiri, aku tersenyum, anak itu memang harusnya menjadi mandiri. Dengan cepat aku kembali merebahkan tubuhku ketika ia menoleh kearahku dan aku dengar suara langkah kaki mendekat jadi aku pura-pura memejamkan mata.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang