25. Anak Bulan dan Ruang Pertemuan

135 11 0
                                    

Ruangan ini jadi begitu sempit ketika para Immortal berdiri tidak jauh dariku. Semakin merapat ketika pintu lift tertutup. Aku mengintip dari celah bahu para Immortal dan menemukan Kai yang berdiri paling depan seperti biasa.

"Aku tidak bisa menemanimu sampai sekolah" suara Sekretaris Lee terdengar meski begitu pelan, mungkin karena ia berdiri di sampingku.

"Tidak apa-apa Tuan" ucapku menanggapi sambil berusaha tersenyum.

"Ketika istirahat kalau terjadi sesuatu bawa saja makan siangmu ke klinik aku berada disana sepanjang hari"

Aku terdiam memandang sekretaris Lee. Ia menangkap pandanganku, apa artinya dengan 'terjadi sesuatu'? Aku tidak bisa memahaminya, hanya ada kekhawatiran dihatiku. Dan aku rasa para Immortal yang pasti mendengar percakapan ini juga mengerti dengan apa yang aku rasakan, apa yang aku khawatirkan.

"Aku rasa tidak akan terjadi sesuatu, aku akan bersama teman-temanku nanti" ucapku berusaha bersikap tenang.

Pintu lift terbuka. Para Immortal melangkahkan kaki keluar lift. "Kau mengetahui maksudku Ana, jika kau merasa kesulitan dan tidak bisa bertemu denganku kau bisa minta tolong kepada mereka" aku menoleh kearah para anak Immortal yang berjalan acuh menuju luar museum.

Aku tidak tahu apa mereka benar-benar bisa diandalkan.

"Baiklah kalau begitu, pergilah" ucapnya sedikit mendorongku untuk berjalan lebih dulu. Membuatku terpaksa mengikuti para Immortal dari belakang.

Aku berjalan tidak semangat dibelakang mereka "Jangan harap kami akan terus mejagamu seperti bayi" sahut Luna yang ternyata berjalan tidak jauh dariku.

"Aku tidak minta kalian menjagaku" Luna langsung membalikan badan saat aku membalas ucapannya, ia seperti akan menghajarku.

"Sudah" sebuah tangan menghalangi kami "kau punya urusan lebih penting dari pada menanggapinya, Noona" ucap Chanyeol yang seperti mengarahkan bahwa ini salahku. Aku menatapnya tidak percaya, padahal Luna yang memulainya.

"Kalian memang aneh" keluhku kemudian berjalan melewati mereka bahkan aku sempat menabrak salah satu bahu mereka, entah siapa. Aku hanya berjalan cepat sambil menekan pelipisku yang mulai terasa pening.

Aku tidak tahu sudah berjalan sejauh apa tapi tiba-tiba tubuhku terhuyung kebelakang akibat tubuh seseorang yang mencoba melindungiku dari sesuatu, kemudian disusul oleh tangan yang menangkap tubuhku, itu Chanyeol yang menangkapku dan yang berada dihadapanku sekarang adalah Kai. Kemudian mereka bergerak secepat kilat membuatku semakin pusing. Setelah itu suara orang-orang berlari memenuhi telingaku.

"Pastikan mereka tidak lari!" Aku mendengar suara Kai berteriak. Aku kembali berdiri dan melihat wajah Luna yang sangat marah menatap sesuatu atau seseorang kemudian berlari mengejarnya, bahkan aku melihat Baekhyun yang melompat sangat jauh.

Aku tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan tapi sesuatu kembali mengangguku, sesuatu mengalir ditangan kiriku dan aku dapat mencium bau anyir yang sepertinya timbul dari bagian tubuhku. Aku menoleh kearah lengan kiriku. Lengan seragamku sudah terkoyak membentuk robekan lurus beserta warna kemerahan yang luntur membanjiri tanganku.

Dengan cepat aku menutup robekan itu dan menyadari bahwa kulit lenganku juga ikut terobek, tentu saja darah yang mengalir itu berasal dari lenganku. Rasa sakit luar biasa menjalar keseluruh tangan kiriku. Aku panik, hanya diam berdiri dan berusaha menahan darahnya untuk tidak keluar lagi.

Sampai tiba seseorang yang memegang kedua bahuku. Aku mendongak dan menatap wajah Kai yang sudah terlihat sangat panik menatap lenganku, bahkan matanya membulat dan memerah.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang