San Francisco, California.
Aku berharap akan menangis ketika selesai mengepak pakaian, tapi ternyata tidak. Mungkin aku sudah rela untuk pergi, meski ini bukan keinginanku tapi aku mencoba untuk mengerti. Hari ini aku akan melakukan perjalanan jauh, pulang ke Negara kelahiranku, yang selama sepuluh tahun ini tidak pernah ku kunjungi, Korea Selatan.
“sudah siap?” seseorang mengaggetkanku ketika aku selesai menutup koper. Diambang pintu berdiri Mark yang menyenderkan tangannya pada pintu, Mark Ayahku yang kaku.
“Sudah, Dad” aku kembali memalingkan wajah untuk menyembunyikan wajah –tak suka–ku, sejak ia membuat keputusan untuk aku kembali ke Korea hubungan kami tidak terlalu baik setelahnya.
“kau membawa buku juga?” Ayah masih berdiri di ambang pintu sambil melirik kearah meja belajarku yang rapi. Ayah tidak perlu masuk ke dalam kamarku karena kamar ini sangat kecil jadi dia dapat melihat semuanya hanya dengan sekali pandang.
Aku masih mencoba menyibukkan diri “beberapa” balasku singkat.
Ayah kembali berdiri normal dan siap pergi “sarapan sudah siap, aku tuggu dibawah” suara langkah kakinya mulai menjauh. Aku terdiam, Andaikan dia tahu betapa kecewanya aku sekarang. Aku masih belum rela meninggalkan San Fransisco, kenapa Ayah tidak menungguku sampai lulus kuliah saja?
Aku berjalan menuju sudut tempat tidur mencari sesuatu dengan membuka bantal, disanalah aku menemukan fotoku bersama Ayah. Sebenarnya di foto itu harusnya ada kami bertiga, Ayah, Ibu dan aku. Tapi saat Ibu pergi aku merobek foto Ibu dan menyisakan fotoku bersama Ayah.
Saat itu umurku tujuh tahun ketika Ayah dan Ibu bercerai dan aku memilih pergi bersama Ayah ke San Francisco. Alasanya adalah aku melihat dari permasalah ini Ibulah yang bersalah. Dulu kami tinggal di sebuah pedesaan di daerah Jeonju, hidup kami sederhana dan bahagia, tapi Ibu mulai merasa tidak nyaman dan ingin kembali bekerja di kota. Hanya itu alasan yang aku tahu, tak lama Ayah dan Ibu berpikir bahwa mereka sudah saling tak cocok. Ayah kembali ke San Francisco dan Ibu menetap di Seoul, Ibu tega membiarkan aku pergi dengan Ayah demi mengejar karirnya di kota. Hidup memang kejam.
Tapi beberapa tahun belakangan ini hubungan Ayah dan Ibu membaik, mereka sering menelpon dan aku bisa mendengar suara Ibu lebih banyak dari sebelumnya. Setelah aku merasa semua keadaan membaik, aku malah mendengar keputusan sepihak Ayah untuk memindahkanku. Aku memang kecewa tapi ku sadar, Ibu tetap punya tempat tersendiri dalam hidupku, di dalam hidupku masih ada bagian-bagian memori yang harusnya aku rasakan bersama seorang Ibu. Jadi aku mengambil foto robek itu dan menyimpan foto yang terpisah itu dalam tasku. Aku tidak ingin berlama-lama didalam kamar, aku bisa memperbaiki foto itu nanti aku tidak akan membuat Ayah lama menunggu.
Setelah menuruni tangga aku langsung menginjak lantai dapur dan melihat denga jelas meja bulat tempat biasa kami menghabiskan waktu untuk makan bersama, meja bulat itu ternata sudah terisi dengan salad dan roti keju kesukaanku. Aku juga melihat Ayah sedang sibuk menuangkan susu sambil membelakangiku. Rasa sedih kembali terasa ketika aku menyadarkan diriku bahwa ini hari terakhirku sarapan bersama Ayah, padahal aku sudah mengeluarkan kesedihanku semalam, tapi ternyata itu belum cukup.
Sebelum aku duduk di kursi aku teringat sesuatu dan segera mengecek ponsel tanpa modelku yang aku selipkan di kantong celana. Tidak ada pesan disana, jadi aku memutuskan untuk keruang tamu dan mengintip dari jendela. Belum ada sinar matahari saat itu jadi penerangan masih samar, tapi aku dapat melihat anak laki-laki sedang melemparkan beberapa batu ke udara. Itu pasti L. Iya, L yang kalian ketahui salah satu dari bagian huruf itu teman, nama panggilan sebenarnya.
Aku kembali kedalam untuk meminta ijin pada Ayah “ada L diluar” ucapku memberitahu, berharap Ayah mengijinkannya masuk, atau membawa sarapanku keluar dan mengobrol dengan L atau mungkin.. lebih baik dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anabelle & The Golden Compass
FanficCerita ini adalah cerita tentang seorang gadis yang berjuang melawan orang-orang yang ingin membunuhnya cerita selanjutnya bisa baca di bagian sinopsis. Sebenarnya cerita ini adalah bagian pertama dari trilogy Anabelle yaitu the golden compass. Plis...