13. Sesuatu yang Aku Lupakan

304 22 1
                                    

Rok miring, dasi belum terpasang dan rambut belum aku sisir, aku tidak peduli, aku merasa ngilu hampir diseluruh tubuhku, apa yang aku lakukan kemarin? Badanku jadi sakit seperti ini. Sambil menuruni tangga dengan gontai pandanganku mengelilingi lantai bawah, beberapa orang yg asing berlalu lalang sambil membawa sapu dan perlatan keberisahan lain. Aku ingat, kemarin Ibu bilang akan memanggil pembersih rumah untuk menggantikan pelayan yang aku pulangkan kerumah masing-masing.

"Mom" panggilku, tapi ibuku tidak menjawab. Rumah ini kembali ramai dengan orang-orang yang membereskan rumah, aku benar-benar tidak suka keramaian. Dengan mempercepat langkah, aku menuruni tangga dan berjalan menuju ruang makan tapi meja makan sudah kosong. "Mom!!" Aku harap kali ini dia mendengarnya.

"Ana" dan akhirnya ibuku muncul entah dari sudut mana rumah ini. "Kau.. Kenapa masih disini? astaga pasti Teo lupa harus mengantarmu juga!" Dia berteriak kemudian berjalan cepat menuju halaman, aku mengikutinya dengan wajah heran. Aku ditinggal?

"Mom, aku hampir terlambat" keluhku masih sambil mengejarnya. Ibuku menghentikan langkah setibanya di depan gerbang kemudian menaruh telapak tangannya di kening, pasti dan tentu saja Paman Teo Joong sudah jauh, mungkin sudah hampir sampai di Sekolah Juno.

"I'm sorry" dia mendatangiku dengan rasa khawatir. "Mereka pasti terburu-buru, Juno juga hampir terlambat tadi" sekarang wajahnya penuh penyesalan. Apa keberadaanku dirumah ini masih kurang jelas? Apa perlu aku mengingatkan setiap hari? Ada apa dengan orang-orang di rumah ini, harusnya setelah kejadian di rumah sakit semuanya akan berjalan seperti yang aku harapkan, ternyata hanya wacana.

"Lalu aku bagaimana?" Bahuku mengendur dan aku merasa mulai mengantuk lagi. Ayolah, semalam aku sudah bermimpi buruk, tolong hari ini jangan memperburuk suasana hatiku.

Biasanya aku akan mengandalkan motor pemberian Taemin untuk berangkat ke Sekolah, tapi setelah kecelakaan aku harus menunggu motor itu selesai di perbaiki.

"Mom ingin sekali mengantarmu tapi Mom baru saja menyewa pembersih rumah, Mom tidak begitu percaya untuk meninggalkan rumah, Ana" sudahku duga.

Baru aku mau mengeluh lagi tapi suara klakson mendahuluiku, kami sama-sama menoleh. Mobil sport putih berhenti didepan rumah. Ibuku mendekat begitu juga aku yang kembali mengikutinya dari belakang. Mobilnya terlihat familiar.

"Selamat pagi, ada yang butuh tumpangan?" Taemin muncul dibalik kaca mobilnya, benar saja. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan sosok Taemin, dia selalu muncul saat aku atau keluargaku butuh bantuan, apa itu gunanya tetangga? Aku tahu Taemin lebih baik dari sebutan tetangga yang suka menolong. Karena setelah melihat kedekatan Taemin dengan Juno dan Ibuku juga tentang kebaikannga selama ini aku merasa Taemin pantas disebut keluarga.

Dengan wajah gembira Ibuku langsung berlari dan berdiri kebelakangku, setelah menangkap bahuku dan mendorong tubuhku untuk mendekat ke Mobil Taemin "Ana harus berangkat ke Sekolah tapi aku tidak bisa mengantarnya, kau kan kuliah di Shinwa, bolehkah Ana menumpang?"

Ah, Mom. Aku benar-benar harus menutup wajahku sekarang. Sebenarnya aku juga tidak keberatan, tapi ingat, aku baru saja menghancurkan motornya, ngilu di lututku ini yang mengingatkan.

"Tidak tidak, aku bisa naik bus saja" tolakku dengan melambaikan tangan sementara mataku membesar kearah Ibu.

"Hya! Kau ini hampir terlambat dan jalan dari rumah ini ke jalan raya sangat jauh" seru Ibuku.

"Tidak apa Ana, kau bisa naik mobilku" dan perkataan Taemin mengalahkanku. Aku melirik Ibuku ragu, tidakkah ia ingat sesuatu? Tentang motor Taemin atau tentang seberapa banyak aku merepotkan Taemin misalnya. Ibuku hanya mengangguk semangat. Hah, Payah.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang