22. Pekerjaan Rahasia

123 11 0
                                    

Tangannya menyentuh tanganku, tangan milik Kai. Aku kira hanya tangan milik penyihir yang bisa menimbulkan rasa hangat, tapi ternyata anak Immortal ini juga. Kai menatap tanganku yang diraihnya dan aku masih fokus menatap wajahnya. Bayangannya saat menolongku terlintas, lalu bayangan saat ia menyetir mobilnya dalam diam juga terlintas. Yang jelas saat itu wajahnya lebih terlihat menyeramkan dibandingkan sekarang. Aku mencoba bersuara tapi ia meletakan jari telunjuknya di bibir. Aku diam. Ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah kalung, itu adalah kalung milikku, kalung pemberian Lu Han.

"Kau menjatuhkannya" katanya dingin. Aku mencoba mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyakinkan diriku bahwa pria didepanku adalah Kai yang aku lihat saat itu. Saat menolongku, saat mengantarku ke Jeonju.

"Gomawo" kataku.

Akhirnya ia menatapku, menatap tepat dimataku. Entah apa yang membuatku berpikir kalau pria dihadapanku bukan pria kejam yang selama ini aku pikirkan, karena tatapannya tidak setajam tadi. Matanya tidak lepas memandangku seperti mempelajari sesuatu dalam diriku.

"Jangan berharap aku sedang berbuat baik kepadamu, aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan. Kehilangan kalung itu sama saja kau menghilangkan satu harapan seseorang untukmu" ungkapnya.

Aku tahu maksud dari perkataannya, itu harapan milik Lu Han yang ia letakan dikalung ini untukku. Tapi apa pedulinya? Haruskah dia memperdulikannya?

"Jadi kau masih peduli dengan orang lain?" sindirku.

Ia memundurkan langkahnya dan tertawa "peduli?"

Sebelumnya aku tidak pernah mendengar anak Immortal tertawa, seperti ada rasa sakit dibalik tawa itu. Aku bahkan seperti mendengar rintihan, bukan tawaan. Apa semua anak Immortal tertawa seperti itu? Aku mulai berpikir.

"Kau tidak memberitahunya kan?" Kai menyandar pada salah satu sudut tempat tidur.

"Tentang kau yang menyelamatkanku dan mengantarkanku ke Jeonju? Tidak satu pun" jawabku.

Ia menangguk "bagus" ucapnya.

"Kenapa?" Kataku menimpali "kenapa kau tidak ingin Lu Han tahu kalau kau orang yang menjagaku sampai kesana?"

"Tidak hanya Lu Han kau juga harus menyembunyikan hal itu dari saudara-saudaranya dan teman-temanku"

"Apa?" Aku cukup terkejut "Kenapa?" Kemudian memandangnya heran. Kai ditugaskan untuk menjagaku pasti kerajaan dan anak Immortal lain tahu akan hal itu. Lalu kenapa ia harus menyembunyikannya?

Aku melihat senyum masam diwajahnya kemudian ia menegakan tubuhnya dan berjalan kearahku. Aku memperhatikannya dan dia memutar kebelakangku. Satu-satunya yang aku rasakan adalah hembusan napasnya yang berada di telingaku.

"Pekerjaan rahasia"

Aku membasahi tenggorokanku, bisikannya membuatku jantungku berdegup kencang. Pekerjaan rahasia berarti tidak banyak yang tahu tentang hal itu. Tentang Kai yang mulai sejak saat itu menjagaku. Dan napasnya yang hangat masih terasa di telingaku.

"Apa khm.." Aku mencoba menormalkan suaraku "Apa pekerjaan itu salah satunya memberiku saran tentang apa yang harus aku minta besok?" Tanyaku lagi.

Kai masih terus berjalan sampai ke pintu dan ia menggeleng "bayangkan saja jika kau diminta untuk memilih menyelamatkan keluargamu atau menyelamatkan dunia mana yang akan kau pilih?" Aku terdiam tidak bisa membayangkannya. Tentu aku tahu maksud dari menyelamatkan keluargaku tapi aku tidak mengerti tentang menyelamatkan dunia. Apa peranku dalam hal itu?

Tanpa ekspresi yang bersahabat Kai menutup pintu dan pergi meninggalkan pertanyaan. Tapi bisa saja ia mencoba memberitahuku sesuatu. Ternyata semua ini jadi makin sulit. Awalnya aku mengira setelah mendapat Golden Compass ini setidaknya bebanku sudah berkurang satu. Aku tidak akan meninggalkan Ibu secepat yang aku pikirkan, namun bebanku seperti kembali datang dan malah bertambah. Andai saja aku diberi kesempatan pulang malam ini, rasanya aku ingin memeluk Ibuku. Memberitahunya kalau aku hampir saja kehilangannya untuk yang kedua kalinya.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang