30. Terlanjur, Aku Bagian dari Mereka

19 4 2
                                    

Aku duduk disebuah ruangan kecil bercat putih, aku menunggu sambil memainkan kuku. Aku sudah sangat gelisah, entah apa yang sebenarnya terjadi aku masih tidak mengerti. Tidak lama muncul Chanyeol yang membuka pintu dengan kasar.

"cepat bangun, kita harus bergegas" ucapnya dan kembali menuju pintu.

"Tidak, jelaskan dulu apa yang terjadi" Chanyeol berbalik arah dengan wajahnya yang sangat datar, ia seperti ingin berteriak namun tertahan oleh tangan Kai yang menahan dadanya.

"ini biar menjadi urusanku, kembalilah cepat" Ujarnya.

"Dia sudah berani bilang tidak, lihat apa yang sudah kita lakukan untuknya, tidak bisa dipercaya!" Chanyeol terlihat sangat frustasi dan beranjak pergi.

Kai mendekatiku dan jantungku berdegup kencang, aku sampai mendekap tanganku sendiri salah tingkah.

"akan kami jelaskan nanti, tapi sekarang ini bisakah kau percaya dengan kami? Aku mohon"

Aku menatap matanya, ia sepertinya tidak main-main. Kai mulai melangkah untuk pergi tapi aku masih banyak pertanyaan, aku harus memastikan sesuatu.

"kau melihatnya kan? kenapa Juno bisa melihat kita?" suaraku mulai bergetar.

Kai melihat langit sejenak kemudian membalikan badannya. Ia berjalan mendekat kemudian menunduk untuk berbicara lebih dekat denganku.

"aku berjanji akan melindunginya, asalkan kau tetap disisiku"

Mata itu, indah, tapi juga menakutkan. Aku bisa melihat warna keemasan dari matanya, terpaku sampai tidak bisa bicara.

"aku berjanji akan melindunginya, tapi tetaplah bersama kami meskipun ada yang memyuruhmu pergi, meski ada yang meraih tangamu untuk ikut dengannya, tetaplah tinggal... disampingku"

aku merasakan rasa sejuk dilenganku, ternyata tangan Kai menggenggamnya. Sentuhan tanganya terasa begitu ajaib, seperti darahku mengalir cepat, seperti mataku tak berhenti berkedip. Aku melihat matanya lagi, kemudian mengangguk.

Kai tersenyum kecil kemudian meraih tanganku dan menariknya. Aku mulai mengikuti langkahnya, sikapnya hari ini dingin tapi berubah, aku merasa aneh dan senang sekaligus. aku tidak tahu apa yang akan aku hadapi tapi aku merasa yakin dengan langkahku selama tangannya menggenggamku. Aku bahagia, aku tidak takut. Tidak sadar bibirku tersenyum.

Kami sudah berada dihalaman belakang sekolah, disana anak-anak imortal berdiri memunggungi kami. Aku dan Kai yang sedikit berlari tadi memaksakan langkah kami untuk berhenti dan menyusuri kerumunan. Aku merasa bingung sebenarnya apa yang terjadi, sampai kami berada dibarisan paling depan, aku melihat ada beberapa orang yang berdiri juga disana. Tunggu. Aku mengenali mereka.

Luhan.

Astaga, itu mereka, mereka kembali. Aku menutup wajahku karena hampir menangis. Dengan perasaan sangat bahagia aku melangkah menghampiri mereka sampai terlupa kalau tanganku dan Kai masih bertautan. Ia menggenggam tanganku erat, aku menoleh dan memasang ekspresi heran.

Semua orang menatap kami, aku merasa ada keanehan disini. Kai menahanku pergi. Ada apa ini?

"Ana" Luhan memanggil, aku segera menoleh dan menatap matanya yang sayu. Mereka kembali dengan wajah yang pucat.

"Hari ini, anak-anak matahari kesini untuk mengakui penghianatan mereka atas perjanjian yang disepakati" Ujar Luna yang berdiri diujung.

"mereka membahayakan kaum kami dan mengirim rahasia ini ke seluruh penyihir yang mereka temui selama mereka mencari bahan ramuan calamat, mereka menabuh genderan perang"

Aku menatap Luhan tidak percaya.

"kami tidak melakukannya, tidak akan ada perang, kami akan menanganinya, untuk sekarang kami akan menjemput Ana dan akan kami selesaikan ramuannya" Luhan mengatakannya dengan yakin. Aku menatap wajah Kai, dia menatapku tanpa berkedip tangan kami masih bertautan.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang