28. Aku Menyukainya

132 10 0
                                    

Aku terbangun dengan rasa pegal di seluruh kakiku. Aku ingat kalau aku habis berlari jauh, sudah lama aku tidak berlari secepat itu. Aku juga merasa mataku sedikit sembab, tapi aku tetap berusaha membuka mata. Tempat ini tidak asing. Meja belajar, lemari ukuran sedang, cermin yang berdiri diujung ruangan. Ini kamarku. Aku berada di Jeounju sekarang. Aku mengambil ponselku yg ternyata menujukan pukul 4 pagi. Cahaya matahari belum terlihat, hanya ada pemerangan lampu dari luar kamarku.

Kai. Pria itu membawaku kesini. Pilihan yang tepat, meski hatiku masih merasakan sakit, rumah ini mampu memberikan hatiku kehangatan. Tapi mengapa dia memilih tempat ini? Seolah mengerti betul keinginanku. Aku berdiri didepan jendela menghadap langit yang ternyata masih menampakan cahaya bulan, aneh, bulannya sangat besar dan bersinar meski waktu sudah hampir fajar.

Aku bergidik ngeri dan berjalan keluar kamar. Mencari sosok pria yang entah mengapa ingin sekali ku lihat wajahnya. Ternyata ia tidak tidur, malah berdiri didepan jendela, memandang langit. Aku sedikit menyembunyikan tubuhku dibalik dinding dan memandanginya. Begitu sempurna, yah dia berdiri tegap dan meletakan tangannya didalam saku, wajahnya disinari cahaya bulan. Aku terpana, ia terlihat seperti patung bangiku, begitu cantik dan menawan. Apakah semua anak immortal seperti itu? Dan apakah negeri dongeng terasa seperti ini?

Aku baru sadar bahwa aku memasuki sisi lain dunia saat aku memandang wajahnya. Tapi aku tidak bisa terus begini, haruskah ku sapa dia? Atau kembali ke kamarku?

"Kemarilah" dia bersuara dan membuatku terperanjat. Dia tahu aku disini tanpa menoleh.

"Kau sudah bangun?" Aku tertangkap basah memandanginya, bersikap biasa saja akan sedikit membantukun

"Aku bahkan tidak tidur" balasnya. Aku berjalan dan duduk di sofa. Dia masih diam dan hanya menolehku sekali. Aku mencoba untuk tidak canggung tapi sepertinya percuma.

"Omong-omong, terima kasih telah membawaku kesini, aku jadi merasa lebih baik sekarang" Dia tidak mejawab, aku ingin memulai obrolan lagi tapi entah bagaimana. Aku jadi hanya diam di sofa dengan canggung.

"Lebih baik kau kembali tidur, aku akan kembali ke kamarku" aku bangkit namun sebelum aku melangkah suaranya kembali terdengar.

"Kau mirip sekali dengannya, itu yang membuat mereka takut" aku berhenti dan menoleh kearahnya. Dia balik menatapku.

"Roseline, mereka menganggapmu adalah renkarnasinya" ia kembali menatap langit, namun kini tangannya bersandar pada bibir jendela.

"Kau mungkin sudah pernah mendengar ceritanya, tapi masih banyak yang belum kau ketahui, aku yakin mereka akan semakin memburumu jika kau telah mengetahui segalanya"

Aku diam dengan degupan jantung yang tak menentu. Kisah horor ini masih berlanjut ternyata, padahal wajahnya tadi baru menunjukan sejuknya surga.

"Tapi aku harus tetap memberitahumu, apapun yang terjadi" dia menghembuskan napas, seperti sulit mengungkapkan. "Roseline, kata orang-orang dia dikaruniai kekuatan yang begitu hebat karena ia adalah keturunan dewi, tapi ada yang bilang ia dan keluarganya memiliki kekuatan karena bekerja sama dengan iblis" Kai memulai cerita yang bahkan belum aku setujui.

"Tapi tidak satupun informasi itu benar, aku sangat mengetahuinya" ia membalikkan badan dan menatapku. "Duduklah, aku ingin kau mendengarkannya dengan baik" katanya sambil melipat tangan.

Aku menurutinya dan duduk kembali di sofa tanpa mengatakan apa-apa. Dia berjalan kesisi lain rumahku dan menatap bingkai-bingkai foto yang terpajang diatas meja. Matanya mengarah pada foto masa kecilku. Aku tahu dia tersenyum, tapi samar.

"Para vampir takut padamu" ia menoleh kearahku, ia seperti hampir tertawa. "Sangat menggelikan jika tahu sekelompok vampir yang memiliki kekuatan takut pada anak SMA yang bahkan tidak tahu apa yang harus diperbuat" lalu wajahnya kembali murung. "semua orang memburumu karena mereka pikir kau adalah dia"

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang