29. Keanehan

268 11 7
                                    

Saat mataku terbuka di pagi hari yang aku ketahui adalah aku memimpikan Kai. Ah, ini gila. Apa aku benar menyukainya? Atau sekedar menganguminya? Tapi mengapa semalaman ini aku hanya bermimpi tentangnya? Tunggu, tidak semuanya, ada mimpi dengan orang-orang yang sedang melakukan rapat. Aku rasa itu mimpi tidak penting. Mungkin aku hanya memikirkan perkataan Taecyon yang bilang bahwa ia mengenal Kai atau pernah bertemu dengannya.

Kini aku mencium wangi roti panggang yang masuk ke kamarku, penasaran, aku langsung keluar dari kamarku dan mendengar suara sedikit ribut didapur.
Mom?

Ibu menyeka keningnya. Rambutnya diikat sembarang, bahkan untuk penampilannya ia hanya menggunakan setelan kaos dan celana tidur. Inikah Ibuku? Aku seperti tidak mengenalinya. Tanpa memakai riasan, tanpa perhiasan yang indah ditelinganya, tanpa baju mahal ditubuhnya. Ah ya aku baru ingat ini memang Ibuku. Ibuku yang benar-benar aku ingat.

"Oh Ana sudah bangun? Kenapa hanya berdiri ayo kita sarapan"

Aku tersenyum. Rasanya seperti mengalami dejavu. Aku akan duduk di meja makan sambil mendengar berita pagi dari televisi yang dibiarkan menyala. Ayah menghampiriku dan mengusap rambutku, Ibu menyiapkan makanan sambil mengingatkan jadwal kami hari ini; Aku sekolah dan mengikuti kelas menanam pohon bersama anak kelas 4, Ayah akan membetulkan keran kemudian pergi ke bengkel. Tidak lama nenek Han datang membawa buah-buahan segar dari pasar. Aku juga dapat mendengar suara bel sepeda milik Taecyon, ah waktunya berangkat sekolah.

"Ana, perhatikan sarapanmu jangan melamun" teguran Ibu mengubah kenangan menjadi realita. Meski pagi ini tidak seindah pagi itu aku tetap merasa senang, akhirnya bisa kembali disini bersama Ibu.

Aku menggenggam tangan Ibu "hari ini aku sangat bahagia" ucapku jujur.

"Me too" Ibu menjawab dengan senyum lebarnya.

"Setelah sarapan kita pergi ke pasar ya, belanja sedikit, sekalian kita lihat-lihat kota ini, mom rasa sudah banyak yang berubah"

Aku mengangguk dengan semangat.

The best day of my life. Bergandengan dengan Ibuku berjalan menyusuri jalan di kota Jeonju. Beberapa tetangga masih mengenali kami dan menyapa membuar kami sesekali berhenti. Bahkan aku dan Ibu berkunjung sebentar ke salah satu rumah tentangga. Tidak menyangka mereka akan menyambut kami dengan hangat, seolah kami benar-benar kembali ke kampung halaman setelah sekian lama. Ibuku tidak berhenti tersenyum, ini pertama kalinya aku melihat Ibu sebahagia ini. Aku kira hanya aku yang senang berada di Jeonju.

"Mom sepertinya terlihat bahagia sekali"

"Tentu, kota ini benar-benar membuatku rindu, aku senang sekali berada disini"

"Lalu kenapa Mom pergi?" Ia menghentikan langkahnya "kalau Ibu merasa bahagia disini, kenapa Ibu pergi?" Aku beranikan menatap matanya.

Ibu diam sejenak lalu tersenyum kearahku "kadang pergi adalah satu-satunya jalan keluar" Ibu mengusap pipiku. "Ibu sangat menyesal pergi saat itu, tapi Ibu akan lebih menyesal jika Ibu tidak melakukannya, kita tidak akan seperti sekarang jika Ibu tetap tinggal"

Mataku memanas, rasanya ingin menangis lagi. Apa yang Ibuku sembunyikan? Apa ada hubungannya denganku? Kenapa aku merasa ia menyembunyikan sesuatu yang besar? Kenapa ia menanggung beban sendiri dan tidak membagikannya saja kepadaku, atau mungkin ini rahasianya bersama Ayah yang tidak ingin ia bagikan?

"Mom, nangwenchana, apapun yang Mom lakukan nangwenchana, sekarang aku bahagia bersamamu disini"

Ibu memegang pipiku, "aku senang kau lebih banyak bicara, atau hanya aku yang baru sadar"

"Mom saja yang baru sadar" kataku lagi. Ibuku mulai berkaca-kaca tapi tiba-tiba paman Ok datang menyapa kami.

"Selamat pagi" ia turun dari sepedanya lalu menyapa kami.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang