7. Teman yang Menghilang

314 22 0
                                    

Aku harus bilang apa ketika aku sudah membereskan pakaianku tiba-tiba Ibu tidak ada dirumah karena harus kembali pergi ke Jepang menemani Teo Joong-lagi-lalu menitipkan surat untukku lewat pelayan.

Aku minta maaf, aku harap kau tidak gegabah untuk kembali ke San Fransisco. Kau baru masuk Sekolah, kita juga belum sempat bicara dengan kepala dingin. Tunggu Mom kembali dan Mom janji akan mendengarkanmu.

I’m sorry

Aku membanting tubuhku dikasur. Ini berarti aku harus kembali tinggal. Tiba-tiba aku jadi sangat merindukan Ayah, aku lama tidak menelponnya semenjak aku tahu ia pergi dengan Stacy. Sebenarnya tidak ada yang salah, Ayah berhak mecari pendamping, tapi jika itu alasannya untuk mengembalikkan aku ke Korea aku benar-benar kecewa.

Mau tidak mau aku harus segera kembali berpakaian untuk berangkat ke Sekolah. Aku turun dari tangga dan melewati meja makan, aku tidak mau merusak moodku untuk melihat wajah Juno yang menyebalkan dan duduk bersamanya untuk sarapan. Tidak, terima kasih.

Setelah mobil ini melaju keluar rumah aku sempat menoleh kearah rumah Taemin, rumahnya tertutup rapat. Biasanya kalau sudah pagi ada beberapa jendela yang sudah terbuka, tapi kali ini, tirai saja masih tertutup.

Sepanjang jalan aku hanya terdiam, bahkan hampir tertidur. Bosan, semua serba membosankan dan menyebalkan. Apa Ayah tidak pernah berpikir bagaimana pendapatku soal kembali ke kampung halaman? Dia hanya tahu aku pasti akan senang. Terkadang Ayah memang sok tahu.

Aku masuk kedalam kelas dengan tidak bersemangat tapi kemudian terdengar suara yang sangat nyaring dan memanggil namaku. “Ana!!” panggilnya, itu Hanyoung. “kau baik-baik saja?” Ia memutarkan tubuhku dan melihatku dari atas kebawah.

“ya tentu saja” jawabku heran. Tak berapa lama kemudian dia memelukku.

“AH! Syukurlah” keningku berkerut, aku melihat Seung Jae dan Hana berdiri dibelakang Hanyong sambil tersenyum.

“memang ada apa?”

“aku kira kau jadi korban tahun ini” Hanyoung duduk ditempat dudukku “tapi kenapa sampai sekarang belum ada kabar murid yang hilang?” aku tahu sekarang mereka sedang membicarakan apa.

“lalu kenapa kemarin kau tidak ada di bus saat kami pulang?” tanya Seung Jae padaku.

“Ah, aku ketiduran, oh ya” aku mengeluarkan iPod milik Hana “ini Hana aku kembalikan terima kasih, aku gampang tertidur kalau sudah dengar lagu” jawabku sambil tersenyum, Seung Jae dan Hanyoung mengangguk samar, sekarang mereka tahu kenapa aku bisa sampai tertidur.

“sudah waktunya masuk kelas, sana kembali ke kelas” titah Hana pada Seung Jae dan Hanyoung. Kita memang tidak sekelas. Setelah Hanyoung menjulurkan lidahnya pada Hana ia bangkit dan pergi disusul oleh Seung Jae, dasar anak itu. Aku tersenyum singkat kemudian duduk disamping Hana.

“kenapa wajahmu ditekuk begitu?” tanya Hana. Sepertinya ia menyadari mood-ku yang sedang tidak bagus.

“tidak apa-apa hanya kurang enak badan saja” jawabku bohong.

“kau benar-benar tertidur di museum itu?” Hana melirikku sambil mengambil buku dari tasnya.

“iya, bahkan hampir terkunci”

“benarkah? Beruntung sekali kau tidak jadi korban” aku mencerna ucapan Hana tadi.

“tunggu, maksudnya kau percaya ada makhluk semacam itu di Museum?” aku memutar tubuhku menghadapnya. Aku lihat matanya berkedip cepat.

“Bu..bukan begitu, Ah mungkin aku sudah mulai terkontaminasi dengan perkataan Hanyoung, aku tetap tidak percaya dengan hal-hal seperti itu” Hana tertawa kaku. Aku memandanginya dengan sedikit aneh kemudian kembali meluruskan tubuhku.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang