26. Mimpi Yang Berkepanjangan

141 10 0
                                    

Aku masih terdiam saat motor yang dikendarai Luhan melaju. Waktunya pulang, dan Luhan bertugas mengantarkanku, atau memang keinginanya untuk mengatarku. Sepanjang jalan kami terdiam, Luhan masih tidak secerah biasanya. Dan aku masih terbayang dengan kejadian hari ini; Serangan seseorang yang tidak dikenal, pertengkaran Luhan dengan Kai, dan pertemuanku dengan Raja penyihir.

Tapi yang paling aku pikirkan sekarang adalah Golden Compass yang menggantung dileherku. Raja Xi mengeluarkan sihir yang menurutku penyebab Golden Compass ini terbuka. Tapi tidak satupun dari mereka menyadarinya, mereka bilang Raja Xi hanya mengeluarkan sihir pelindung untukku, tapi menurutku itu bukan sekedar sihir biasa. Golden Compass ini bukan sembarang benda, dari awal benda ini tidak pernah terbuka, mungkin aku akan mencaritahu lewat buku pedoman.

Sudah setengah jalan menuju rumahku, tapi Luhan malah berbelok kelain arah. Kami berhenti di pinggir taman, dekat jalan setapak terdapat air mancur yang entah kenapa suaranya menyejukan hati. Luhan memintaku turun dari motor dan dia menyusulku.

"Kenapa kita kesini?" Tanyaku padanya.

"Ada yang ingin aku bicarakan" wajahnya terlihat makin serius. Aku tidak mengerti apa yang sedang ia pikir tapi sebenarnya, tapi aku tetap menunggu kata-kata yang sepertinya sulit ia ucapkan.

"Aku.." luhan bersuara akhirnya "besok aku akan pergi, untuk waktu yang cukup lama" napasku terhenti, dan aku mematung sesaat.

"Apa? besok? Kenapa?" Tanyaku bertubi-tubi, aku mendekat kearahnya yang masih memandang taman.

"Aku harus mencari bahan untuk ramuan calmant, bahan-bahannya tidak mudah didapatkan, aku harus segera pergi sebelum musim dingin benar-benar datang"

Tidak tahu lagi apa yang bisa aku katakan, rasanya sedih, dan sesak, matahari itu akan pergi untuk sementara dan hidupku penuh dengan kegelapan. Semenjak mengetahui tentang anak bulan dan matahari dalam buku pedoman, aku jadi menganggap penyihir dan vampir adalah dunia yang berbeda. Bagai didampingi bulan dan matahari hidupku sekarang ini. Dan luhan adalah salah satu bagian dari matahariku, sinarnya dapat membuatku kuat menjalani semua ini, jika dia pergi...

"Lalu bagaimana dengan aku?" Mungkin pertanyaan ini yang ditakutkan Luhan karena ketika aku bertanya, ia langsung menoleh kearahku.

Ia berdiri menghadapku dan meletakan tangannya diatas bahuku "Kau akan tetap aman, banyak yang akan melindungimu Ana" katanya padaku.

"Bagaimana jika yang aku butuh hanya... satu orang?" Aku ingin Luhan tetap tinggal.

Dia menggenggam bahuku dengan kuat "aku berjanji akan segera kembali"

Mau tidak mau aku harus menyetujui itu, bahwa ia akan pergi dan segera kembali. Aku mengangguk sedih, matahari itu akan pergi. Aku bisa merasakan hawa dingin akan membuatku mati membeku. Siangku akan selalu menjadi malam.

Luhan menatap mataku dalam "Ana, cara kau memandangku tidak akan berubah, kan?"

"Apa maksudmu Luhan?"

"Berjanjilah padaku apapun yang terjadi selama aku pergi kau tidak akan merubah cara pandangmu terhadapku"

Aku mengerutkan kening "Tapi untuk apa aku..."

"Berjanjilah Ana, kalau kau akan tetap percaya padaku sampai aku kembali untuk melindungimu lagi"

"Luhan.." aku merasa membuat janji seperti itu padanya adalah hal yang membingungkan. Aku akan selalu mempercayainya dan penyihir yang lain, tanpa ia minta.

"Aku dan sepupu-sepupuku akan pergi ke tempat yang sangat jauh dalam waktu yang cukup lama, dalam waktu yang lama itu penyihir hanya bisa mengawasimu dari jarak yang cukup jauh" Luhan kembali mengalihkan pandangannya.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang